I Was Happy

Description

Taecyeon memang jauh lebih muda dari Eunjung, tapi dia berusaha membahagiakan wanita yang di cintainya itu...

 

kacau kalo di suruh bikin yg begininan... baca aja lngsung..

Foreword

 

Tittle  : I Was Happy           

Genre : Romance & Hurt/Comfort

Rate   : T

Pair   : Ok Taecyeon (2PM) >< Ham Eunjung (T-ara)

 

Acara pernikahan itu telah berlangsung. Tak ada tamu undangan, tak ada persta, bunga maupun ucapan selamat. Mereka mnikah karena terpaksa, keluarga mereka menikahkan mereka karena terpaksa, semuanya di lakukan karena sebuah keharusan – tanggung jawab.

          Ham Eunjung memasuki rumah barunya, terletak di kompleks perumahan elit di kota Seoul. Tapi, betapa pun indahnya rumah yang akan dia tempati, betapa pun nyamannya rumah yang akan dia tinggali, dia hanya akan hidup sendiri dengan calon bayi yang ada dalam perutnya.

          Eenjung memang telah menikah, dan parahnya dia menikah dengan kakak iparnya sendiri, Lee Jangwoo. Itu terjadi karena sebuah kecelakaan yang membuat dirinya hamil. Namun semua keluarganya termasuk dirinya sendiri menganggap bahwa dirinya adalah orang yang jahat, menghancurkan kebahagiaan rumah tangga kakaknya sendiri yang baru saja berjalan beberapa bulan.

          Malam itu Eunjung nampak menginginkan sesuatu – ngidam. Dengan masih mengenakan pakaian tidur, dia meraih mantelnya dan segera membawa mobilnya ke tempat di mana terdapat banyak  jajanan di pinggiran jalan. Makanan pedas adalah incarannya saat ini, dan dia mulai berkeliling-keliling...

          “Bibi, apa makanan ini tidak akan menganggu kehamilan?” tanyanya, meraih potongan daging ayam dengan bumbu cabai.

          “Apa kau sedang hamil, Nak?” tanya Bibi itu ramah.

          “Iya, Bi,” jawab Eunjung. “Tak apa kan jika aku memakan ini?”

          “Tentu saja!”

          Eunjung tersenyum. Dia lalu  mencoba makanan yang lainnya, hingga saat dia melewati sebuah lestoran...

          “Jangwoo Oppa, seharusnya aku tidak terlalu berharap, bukan?” gumam Eunjung lirih. “Tapi kenapa aku selalu berpikir kau akan berkunjung ke rumah dan menanyakan keadaanku dan bayi kita.” Eunjung menyentuh kaca lestoran itu, memperhatikan dua orang yang di ketahuinya adalah Jangwoo dan kakaknya sendiri, Min Young, sedang makan malam romantis. Tanpa di sadari air matanya jatuh melewati dagunya.

          “Kakakku kini telah berganti marga menjadi Lee Min Young. Apa aku juga telah berganti marga?” Eunjung tertawa hambar semabri menyusut air matanya. “Seharunya iya, kan? Tapi kenapa aku sangat takut mendeklarasikan namuku pada orang-orang, seakan itu bukan namaku?”

          Eunjung berbalik pergi, namun pandangannya kemudian jatuh pada seorang nenek yang sedang pegangan pada tiang lampu. Sepertinya nenek itu akan pingsan karena wajahnya nampak pucat dan sakit, dan benar saja, nenek itu tiba-tiba jatuh. Eunjung yang melihat itu refleks lari mendekati nenek itu.

 

***

 

Taecyeon bersiap diri untuk bekerja seperti biasa pada malam itu. Tak lupa dia memakai mantelnya untuk sedikit menghangatkan badannya.

          “Kau bekerja lagi malam ini?” seseorang menginterupsi dari balik kamar.

          “Iya, Nek,” Taecyeon menghampiri Neneknya yang sedang berbaring di kasur. “Kedainya sedang ramai-ramainya.”

          “Jangan pulang larut malam,” nasehat Neneknya. Taecyeon mengangguk.

          “Nenek jangan menyusulku lagi, nanti kalau pingsan lagi bagaimana? Untung kemarin ada yang mau mengantarkan Nenek pulang,” kata Taecyeon.

          “Nenek menyusulmu karena Nenek khawatir,” kilah sang Nenek.

          “Kalau Nenek bersikap begitu, aku yang jadi khawatir,” ungkap Taecyeon. “Sudah ya, Nek, aku kerja dulu.”

          Ok Taecyeon, remaja berusia 17 tahun ini adalah murid SMA kelas dua di sekolah negeri. Dia bukanlah seorang yang kaya sehingga dia bekerja paruh waktu, sedang untuk sekolah dia mendapatkan beasiswa. Kedua orang tua Taecyeon sudah meninggal dalam sebuah kecelakaan, dan sekarang keluarga satu-satunya hanya tinggal neneknya saja.

          “Suzy-ah.”

          Bae Suzy adalah kekasih Taecyeon. Dia orang kaya. Sikapnya keras, egois, dan mau menang sendiri. Gadis itu juga pernah mengatakan secara terang-terangan bahwa sebenarnya dia malu punya kekasih yang bekerja di kedai pinggir jalan, tapi entah kenapa dia tetap mempertahankan hubungan ini. Dan sebenarnya Taecyeon tak tahu perasaannya pada Suzy bagaimana.

          “Taec-ah, kau masih kerja di sini?” Suzy cemberut, melipat kedua tangannya di dada. “Kau pintar, kau bisa mencari pekerjaan yang lebih baik dari ini. Mungkin perusahaan kakakku bi – “

          “Perusahaan kakakmu tidak butuh murid SMA!” potong Taecyeon tegas.

          “Tapi aku malu,” rengek Suzy.

          “Lalu kenapa kau mau berpacaran denganku?” seru Taecyeon, membuat para pengunjung di kedai itu menatap mereka heran.

          “Taecyeon-ah, jangan berpacaran saat bekerja,” tegur Bibi pemilik kedai.

          “Iya, Bi, maaf,” Taecyeon sedikit membungkuk. “Suzy-ah, sebaiknya kau pulang.”

          “Tidak, aku akan menunggumu,” putus Suzy, lalu melihat sekeliling. “Tapi tidak di sini.”

          Taecyeon menghela nafas, dia mulai bekerja lagi. Sekarang terlihat waktu sudah menunjukan pukul sembilan lebih lima. Taecyeon selesai  jam sepuluh.

 

---

 

Taecyeon baru saja masuk ke cafe yang tadi di sms-kan kekasihnya, namun sepertinya dia melihat seseorang yang dia kenal.

          “Eunjung Nuna!” serunya senang karena bertemu kembali dengan orang yang telah menolong neneknya.

          “Ah, Taecyeon-ssi,” seru Eunjung kaget.

          “Nuna sedang apa di sini?” tanya Taecyeon, sepertinya lupa tujuannya datang ke cafe karena dia langsung duduk berhadapan dengan Eunjung.

          “Entah mengapa aku sedang ingin makan kentang malam ini,” papar Eunjung, mengambil salah satu potonngan kentang goreng. “Apa kau mau?”

          Taec yeon menggeleng, “Nuna sedang ngidam, ya?”

          “Sepertinya begitu,” jawab Eunjung. “Ah, ya! Bagaimana keadaan Nenek?”

          “Beliau sudah baikan,” kata Taecyeon, nyengir. “Lalu kandungan Nuna bagai – Nuna! Kenapa hanya mengenakan pakaian tidur dan jaket saja?!” Taecyeon tiba-tiba histeris. “Ini sudah memasuki bulan Desember, cuaca sangat dingin!”

          “Eh!” Eunjung agak kaget karena tiba-tiba Taecyeon memakaikan mantel kepadanya.

          “Taec-ah!”

          “Suzy-ah!”

          Suzy menatap tak suka pada Eunjung, lalu dengan segera dia menampar pipi wanita itu keras. Taecyeon menatap Suzy tak percaya.

          “Apa yang kau lakukan?” serunya marah, memegang lengan Suzy.

          Tak peduli, Suzy sedikit mendorong tubuh Taecyeon.

          “Kau!” tunjuknya pada Taecyeon. “Setelah merebut suami dari kakakmu sendiri, apa sekarang kau ingin merebut pacar sepupumu, hah? Apa kau ini wanita murahan? Lihat! Dia lebih pantas menjadi adikmu.” tunjuknya pada Taecyeon. Kini semua orang  memperhatikan mereka.

          “Apa yang kau bicarakan, Suzy-ah? Hentikan!” sentak Taecyeon, memegangi kedua bahu Suzy.

          “Diam!” bentak Suzy kasar, lalu kembali pada Eunjung.

          “Kau wanita tak tahu malu!”

          PLAK!!
          Eunjung tersentak, menatap Taecyeon yang baru saja menampar pipi Suzy. Tangan pemuda itu bergetar, nampak menahan amarah.

          “Kau-membelanya?” tanya Suzy terbata, memegangi pipinya yang terasa panas.

          “Apa kau tidak pernah berpikir dulu sebelum bicara?” lirih Taecyeon.

          Suzy m ulai menangis.

          “Suzy-ah, ini salah paham,” Eunjung mencoba menyentuh sepupunya itu, namun Suzy menghentakkan lengannya keras-seras.

          “Jangan sentuh aku!” gadis itu segera berlari meninggalkan cafe.

          “Kejar dia, Taecyeon-ssi, katakan ini semua salah paham,” titah Eunjung, wajahnya sudah basah karena air mata.

          “Tidak, Nuna,” tolak Taecyeon, membantu Eunjung untuk duduk kembali di kursinya. “Ini yang terbaik.”

          “Maafkan aku,” isak Eunjung. “Aku yang membuat kalian seperti ini.”

          “Gwaenchana.”

 

***

 

Taecyeon sudah putus dengan Suzy semenjak kejadin itu, dan kini dia melihatr Suzy tengah dekat dengan seseorang bernama Kim Soohyung. Dia tidak cemburu. Dia hanya menyesal karena harus berakhir dengan cara yang tidak baik.

          Eunjung masih merasa tak enak, namun Taecyeon meyakinkan bahwa ini bukanlah kesalahannya. Dan saat Eunjung berkata bahwa dirinya bukan orang yang  baik, Taecyeon juga membalasnya dengan berkata bahwa dirinya bukanlah orang yang baik pula.

          “Aku anak yang tidak tahu berterima kasih, Taecyeon-ah,” jelas Eunjung. “Padahal mereka sudah berbaik hati mengangkatku dari panti asuhan. Tapi aku malah membalasnya dengan buruk.”

          “Omong kosong!” seru Taecyeon. “Nuna, kau telah membantu Nenekku, bagaimana mungkin kau bisa menyebut dirimu tidak baik?!”

          “Aku telah merebut suami dari kakakku sendiri. Merusak kebahagiaan mereka.”

          “Kakakmu bahkan tak pernah kehilangan suaminya sehari pun!” Taecyeon tetap kekeh.

          “Taec-ah...”

          “Cukup! Aku tidak peduli. Kau Nunaku sekarang,” putus Taecyeon. “Dan aku Dongsaengmu.” Namun Taecyeon cemberut saat meihat reaksi Eunjung.

          “Wae?” tanyanya. “Kau seharusnya senang punya adik yang tampan dan pintar sepertiku!”

          Perkataan Taecyeon itu membuat Eunjung tertawa.

          “Apa boleh begitu?”

          “Tentu saja!”

          “Aku bisa menyuruhmu?”

          “Tentu saja!”

          “Baiklah!” seru Eunjung. “Aku ingin pisang, Taec-ah!”

          “Aish, nanti saja Nuna,” tolak Taecyeon, mengernyit. “Kita jalan-jalan dulu, sepertinya taman ini cukup indah.”

          “Mau sekrang, Namdongsaeng,” rengek Eunjung berlagak manja   .

          “Aish, iya-iya,” kata Taecyeon. “Aduh, semoga Chansung mau membagi pisangnya.”

          Saat mereka tengah tertawa bersama-sama, tanpa sadar ada empat pasang mata yang tengah memperhatikan mereka.

          “Kau payah! Mana mungkin saat istrimu sedang ngidam kau malah diam saja,” remeh Siwon. “Lihat. Bahkan bocah itu mau menuruti keinginan istrimu.”

          “Kami terpaksa menikah. Lagipula kami akan segera bercerai,” kata Jangwoo.

          “Tapi paling tidak kau peduli pada bayimu,” kata Siwon. “Kau bahkan tidak pernah menanyakan keadaan bayimu itu.”

          “Aku memberinya uang setiap bulan, semua itu pasti cukup.”

          “Terserahlah. Aku hanya tidak ingin kau menyesal,” terang Siwon. “Kau tahu, Min Young bahkan belum isi sampai sekarang.”

          Jangwoo diam saja. Sejujurnya dia sedikit cemburu bagaimana istrinya begitu dekat dengan laki-laki lain, meski hanya seorang bocah SMA. Entah mengapa dia merasa tak rela saat yang memenuhi keinginan ngidam istrinya bukanlah dirinya, tetapi orang lain. Namun sekali lagi, karen ego, dia mencoba tak peduli pada semua itu.

 

***

 

 

Lima bulan berlalu, Eunjung baru saja melahirkan seorang bayi laki-laki yang masih belum diberinya nama.

          “Aku bingung. Aku harus memberinya marga Ham atau Lee?” tanya Eunjung.

          Mata Taecyeon memincing, “ Apa –apaan marga itu?! Seharusnya kau memberinya marga Ok.”

          “Kenapa begitu?”

          “Ya, harus begitu. Benar kan, Nek?”

          Nenek tertawa renyah, “Kau ini ada-ada saja.”

          “Dia kan keponakanku, Nek!” seru Taecyeon.

          “Baiklah-baiklah,” lerai Eunjung yang masih berbaring di tempat tidur rumah sakit. “Jadi siapa namanya?”

          “Hmmmm... OK Yeon Jung?”

          “Nama yang bagus,” Eunjung tersenyum.

          “Oke, Ok Yeon Jung!” seru Taecyeon mengulang.

          “Ok Yeon Jung? Apa-apaan nama itu? Bagusan juga Lee Yeon Jung. Tunggu dulu...Yeon Jung? Jangan-jangan...” mata Jangwoo memincing. “Dasar bocah! Bisa-bisanya dia menggabungkan namanya sendiri dengan nama Eunjung untuk menamai anakku. Seharusnya kan Lee Woojung, itu lebih bagus.”

          Jangwoo terus menggerutu di luar kamar inap Eunjung. Tapi mau bagaimana lagi? Dia sudah bercerai, dia sudah mendatangani surat perjanjian mengenai hak asuh anak. Dia tidak berhak sama sekali, dan Jangwoo merasa bodoh karena itu.

 

***

 

7 tahun kemudian...

 

“Ayah! Ayah!” seru seorang bocah laki-laki yang sangat lucu

          Eunjung berdeham melihat kelakukan anaknya.

          “Ok Yeon Jung, dia itu pamanmu. Bukan Ayahmu.”

          “Dia Ayahku!” seru Yeon Jung kekeh. “Ayo kita kerumah Ayah!”

          “Panggil dia paman.”

          “Paman Taecyeon adalah Ayahku,” kata Yeon Jung. “Dia yang menyuruhku berkata seperti itu.”

          “Mwo?” Eunjung sangat kaget. Seharusnya Taecyeon tak berkata seperti itu. Itu membuat harapannya semakin tumbuh. Eunjung menggeleng pelan.

          “Pamanmu hanya becanda,” Eunjung mencoba meyakini anaknya.

          Yeon Jung menggeleng, “ Grandma juga berkata seperti itu.”

          “Hah?”

          “Eunjung-ah,” panggil seseorang.

          Eunjung terlonjak kaget dan segera berdiri, “ Taec-ah.”

          Entah kenapa dia menjadi sangat gugup sekarang. Apalagi Taecyeon tadi memanggil namanya, bukan sebutan Nuna seperti biasanya.

          Taecyeon segera berlutut di hadapan Eunjung, mengamit lengan kanan wanita didepannya dengan lembut.

          “Sebenarnya aku sudah merasakan ini sejak lama, bahkan sebeelum Yeon Jung lahir. Tapi saat itu aku masih remaja dan kau pasti akan sulit menerima perasaanku. Namun sekarang aku sudah bekerja, aku sudah mapan, makanya aku berani untuk mengungkapkan perasaanku ini,” kata Taecyeon.

          “Taec – “

          “Eunjung-ah,” potong Taecyeon. “Maukah kau menikah denganku? Menjadi pendampingku seumur hidup? Aku ingin Yeon Jung bukan hanya sebagai keponakanku, dari dulu aku sulit mengakuinya. Aku ingin dia menjadi anakku, dan aku menjadi Ayahnya. Aku mohon...”

          Eunjung menangis, dan dia segera memeluk Taecyeon erat. Nenek dan Yeon Jung tersenyum puas.

          “Dasar babo, kau membuatku menunggu lama,” seru Eunjung, menangis bahagia.

          “Aku kan harus bekerja dulu,” bela Taecyeon. “Jadi bagaimana?”

          Eunjung mengangguk, “Aku mau!”

          Nenek dan Yeon Jung bersorak gembira.

          “Jadi aku boleh memanggilnya Ayah?”

          “Tentu saja, dari dulu kau memang anakku,” kata Taecyeon, menggendeong Yeon Jung. “Kau pikir aku memberimu nama Ok Yeon Jung karena apa? Karena aku yakin suatu saat nanti kau memang harus menggunakan marga itu.”

          “Aaaaaah, jadi itu alasannya.”

          “Tentu saja!”

          Eunjung benar-benar bersyukur atas hadirnya Taecyeon dalam kehidupannnya. Dulu dia berpikir hidupnya akan menjadi sangat buruk. Namun dia salah, hidupnya jauh lebih baik

          “Terima kasih, Taec-ah. Aku bahagia.”

 

END

Comments

You must be logged in to comment
ffajarr #1
Good job! :)