1/ Love : Without U

Description

Saat Taecyeon putus dengan Kyuhyun, apa dia akan baik-baik saja??

Foreword

 

Genre: Romance, Drama, , Hurt, dll

Rate: T

Pair: 2PM & Suju

Author: Shymi

 

“Fine, kita putus.”

Taecyeon menatap Kyuhyun lama sampai akhirnya dia berpaling dari pemuda itu dan meninggalkannya sendiri di taman. Wajahnya marah. Kyuhyun tidak tahu betapa Taecyeon sangat kecewa.

“Taecyeon-ah,” Junsu bingung dengan sikap sahabatnya itu. Tadi pagi dia baik-baik saja dan sekarang pemuda itu terlihat tidak baik-baik saja.  Ada apa dengannya?

“Aku dengar sih dia baru putus dengan pacarnya,” Sungmin yang baru saja tiba menimpali perkataan Junsu, dirinya segera duduk di samping pemuda itu dengan makanan di tangan.

“Eh, benarkah?” Junsu terkejut. Di pandanginya wajah Taecyeon intens, meminta jawaban.

Taecyeon mendelik kesal kearah Sungmin, kemudian beralih menatap Junsu dengan tajam. “Ye. Geurae. Wae?”

Junsu langsung merenggut. Seram juga melihat sikap sahabatnya yang sensitif seperti ini. Dirinya menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal.

“Tidak kenapa-kenapa juga sih,” kata Junsu salah tingkah, Sungmin cengengesan melihatnya yang langsung mendapat pukulan gratis di kepala.

Taecyeon diam saja setelahnya. Dia baik-baik saja. Putus dengan Kyuhyun adalah sesuatu yang baik, makadari itu dia baik-baik saja.

“Kau nampak tidak baik-baik saja,” kata Sungmin jujur. Taecyeon langsung mendongak. Berpikir, bagaimana bisa pemuda pecinta pink itu tahu apa yang ada dalam pikirannya.

“Karena itu sudah tercetak jelas di wajahmu,” Sungmin meneloyor kepala Taecyeon – lagi-lagi tahu apa yang ada di pikirannya, kemudian memakan makananya kembali. Pemuda itu diam saja, tidak marah. Junsu heran sendiri melihatnya, lalu mulai buka suara.

“Ya, kenapa dengannya kau tidak marah sedangkan denganku kau langsung membentak?” tanya Junsu tak terima.

“Karena kau menyebalkan,” Taecyeon segera bangkit, meninggalkan Junsu yang merenggut dan Sungmin yang ketawa tidak jelas melihat kemalangan sahabatnya itu.

“Ya, berhentilah tertawa seperti itu,” Junsu mencubit kedua pipi Sungmin, menggerakkannya ke kanan dan ke kiri.

“Hyung,” pipi Sungmin mengembung kesal. Junsu tertawa. “Kenapa kau manis sekali, sih?!” seru Junsu gemas, mengacak rambut Sungmin hingga berantakan. Sedang sang empunya hanya diam saja menerima perlakuan sahabatnya itu, dirinya kesal juga malu. Kenapa dia selalu berhasil membuatku gugup, sih? Batin Sungmin kesal.

 

Taecyeon berdiri di dekat pohon besar dan terus memperhatikan Kyuhyun yang tertawa bersama teman-temannya. Pemuda itu tertawa seperti tak ada beban, apakah putus dengannya bukan suatu masalah. Taecyeon tertawa kecil.

“Aku akan lebih kuat. Tanpamu aku akan baik-baik saja.”

Namuan kenyataanya semua terasa sulit bagi Taecyeon. Dia telah memberikan segalanya untuk Kyuhyun. Dia percaya pemuda itu maka dia memberikan segalanya. Taecyeon tahu, segalanya terjadi karena suatu alasan. Tapi sampai saat ini dia belum tahu alasannya seperti apa. Bukankah dia berhak tahu.

Pemuda itu segera menidurkan kepalanya di atas meja. Tidak bisa menangkap apa yang di katakan Dosen di depannya. Kepalanya pusing.

“Doue desuka (kamu kenapa) ?” tanya Eunhyuk khawatir. Taecyeon meliriknya. Meski menggunakan bahasa Jepang, dia tahu temannya itu menanyakan apa.

“Daijoubu desu (aku baik-baik saja),” Taecyeon tersenyum lemah. Temannya yang satu ini memang pindahan dari Jepang hampir satu tahun yang lalu, jadi dia mengerti jika pemuda itu kadang tak sadar saat mengucapkan sesuatu dengan bahasa Jepang. Meski ragu, Eunhyuk kemudian mengangguk.

Taecyeon meraih tasnya dan segera keluar dari kelas. Sebenarnya masih ada mata kuliah lagi, tapi dia sudah tidak kuat dan ingin segera pulang.

“Baiklah, aku mengerti,” terdengar suara samar-samar. Taecyeon segera berhenti dan memperhatikan saat Siwon mengacak rambut Kyuhyun sayang, lalu membukakan pintu mobil untuknya.

“Aku mencintaimu!” seru Kyuhyun tersenyum cerah, sebelum akhirnya memasuki mobil. Dan Taecyeon tidak perlu mendengar apapun lagi. Dia sudah cukup mengerti dengan alasan yang Kyuhyun tunjukan itu. Tapi kenapa hatinya tidak mau menerima?

Niatnya untuk segera pulang telah pupus. Dia hanya diam di dalam mobilnya seperti orang tolol. Kenapa Kyuhyun selalu bisa membuatnya seperti ini? Kenangannya yang Taecyeon buat seindah mungkin dengan Kyuhyun telah hancur. Apakah ini tidak jadi masalah untuknya. Bahkan sekarang, Kyuhyun baik-baik saja tanpa dia.

 

Taecyeon tidak berharap untuk bertemu lagi dengan Kyuhyun selamanya, namun Tuhan ternyata masih berbaik hati mentakdirkan dirinya bertemu dengan pemuda itu lagi hari ini. Menghindar? Tidak. Dia bukan seorang pengecut

“Perasaanku saja, atau memang suasananya sangat kaku,” Chansung berseru bingung, menatap satu per satu tamu undangannya itu. “Taec-ah, kenapa kau nampak pu – Aw!” perkataannya terpotong saat seseorang menyikut perutnya. “Henry-ah, apa yang kau lakukan?” meringis, pemuda itu menatap kekasihnya dengan penuh tanda tanya.

“Kau terlalu banyak omong, Hyung!” desisi Henry kesal.

“Tidak apa-apa, Henry-ah,” Taecyeon tersenyum manis.

Taecyeon tidak boleh egois. Ini adalah hari bahaga sahabatnya, dia tidak mungkin menghancurkan pesta pertungan ini hanya gara-gara moodnya yang buruk. Dengan ragu dia mendongak, memperhatikan Kyuhyun yang kini tengah tertawa dengan Siwon.

“Taihen desu ne (sangat repot, ya),” Eunhyuk berdiri di samping Taecyeon dengan pandangan lurus ke depan – menatap Chansung dan Henry.

“Kau sedang bicara padaku?” tanya Taecyeon, menoleh ke arah Eunhyuk dengan pandangan datar. Eunhyuk tersenyum kecil, dia lalu menyodorkan sepiring kue kearah Taecyeon. “Sore tabete kudasai (makanlah ini).”

“Wae?” kata Taecyeon bingung.

“Karena kau terlihat sakit,” jawab Eunhyuk, terdengar ambigu baginya. Taecyeon tidak tahu sakit itu menjurus pada perasaannya atau keadaan fisiknya.

“Moutsukareta no (apa kau sudah lelah)?” tanya Eunhyuk kemudian. Dan Taecyeon mengerti. Pemuda itu kemudian menjawab dengan anggukan kecil.

Eunhyuk tersenyum sedih. Taecyeon adalah teman pertamanya saat dia tiba di Korea. Pemuda itu yang membantunya beradaptasi di lingkungan yang baru ini, mengajarinya bahsa Korea, membantunya menerangkan saat teman-temannya yang lain bingung ketika dia tidak sadar mengucapkan kalimatnya dalam bahsa Jepang. Eunhyuk kadang penasaran bagaimana bisa Taecyeon dapat mengerti bahasa Jepang dengan begitu baik. Apa Taecyeon ikut khursus? Atau pemuda itu juga pernah tinggal di Jepang seperti dirinya? Entahlah.

 

Eunhyuk sesekali meloncat menghindari jalanan yang becek – sore itu hujan baru saja reda dan menyisakan rintik-rintik kecil. Dia tersenyum cerah, sebuah kantong belanjaan nampak berada dalam pelukannya.

Eunhyuk baru saja akan berbelok menuju gerbang rumahnya saat dirinya tiba-tiba di kagetkan dengan keberadaan seseorang.

“Ah, Taecyeon-san!” dia terlonjak kebelakang, memegangi debaran jantungnya yang langsung berpacu cepat. Taecyeon tersenyum lebar.

“Annyeong!” sapanya, langsung merangkul Eunhyuk dengan bersemangat.

“Aish, nani o shimaaka (apa yang kau lakukan)?” seru Eunhyuk kesal.

“Nani mo shimasen (aku tidak melakukan apapun),” jawaban polos tanpa dosa, dan Eunhyuk ingin sekali memukul wajah itu.

 

Eunhyuk menyerahkan cangkir berisi coklat hangat itu pada Taecyeon, dan pemuda itu menerimanya dengan senyum, seolah berkata ‘terima kasih’. Eunhyuk hanya mengangguk dan duduk di sebelahnya, ikut mencelupkan kakinya kedalam kolam.

Langit mulai menghitam, dan Taecyeon sudah berada di rumah Eunhyuk hampir satu jam lebih. Eunhyuk bingung, tak biasanya Taecyeon berkunjung ke rumahnya bila tak ada tugas kelompok. Apa pemuda itu ada masalah? Meski penasaran, dia tak berniat menanyakannya. Dia tidak ingin dianggap terlalu ikut campur, biarlah pemuda tampan itu yang menceritakannya sendiri jika mau atau sudah siap.

“Sebenarnya...”

Bola mata Eunhyuk bergerak sekali, menghentikan gerak tangannya yang hendak mengangkat cangkirnya kedekat bibirnya. Dia menunggu, namun sepertinya Taecyeon masih ragu.

“Sebenarnya?” ulang Eunhyuk, berharap Taecyeon akan meneruskan kata-katanya.

“Sebenarnya... tidak ada apa-apa,” kata Taecyeon pada akhirnya. Eunhyuk mendengus, segera menyesap coklat hangatnya yang tadi sempat tertunda.

“Sepertinya kau tidak suka aku datang ke rumahmu,” sindir Taecyeon, melirik Eunhyuk yang nampak bosan.

“Baka (bodoh). Bukan begitu,” kata Eunhyuk. “Aku hanya bingung kenapa dari tadi kau diam saja. Apa kau tak punya tujuan?”

“Apa datang  ke rumahmu harus punya tujuan?”

“Kau menyebalkan ternyata,” tandas Eunhyuk langsung. Taecyeon tertawa kecil. “Ayolah, aku hanya ingin di temani.”

“Karena kau sedang punya masalah?” tanya Eunhyuk cepat, Taecyeon mendongakan kepalanya keatas, seolah berpikir.

“Aaaahhhh, itu...”

“Kau terlalu lama berfikir,” dan tanpa peringatan, Eunhyuk mendorong tubuh Taecyeon kedalam kolam.

“Ya, kau gila!!” seru Taecyeon yang kemudian mucul di permukaan kolam, Eunhyuk tertawa lepas. Dia tidak pernah tertawa senatural ini. Selama ini dia terlalu banyak diam, terlalu banyak fikiran tentang keluarganya. Bahkan saat ini pun dia tinggal sendiri, keluarganya masih ada di Jepang.

“Huacchiii!” Taecyeon menggosok hidungnya kencang, mencoba menghilangkan rasa gatal di dalamnya. “Huachhiii!!”

Sepertinya berendam di kolam renang Eunhyuk tadi malam membuatnya sedikit flu, bahkan berlangsung sangat cepat. Itu membuatnya merasa menyesal datang kerumah pemuda itu. Ugh~

“Hyung, sembunyikan aku!” tiba-tiba Wooyoung muncul di depan Taecyeon, membuat pemuda itu terkejut.

“Wooyoung-ah, wae?”

Belum sempat menjawab, pemuda lainnya ikut menyusul dengan nafas tersengal.

“Zhoumi-ah?” ucap Taecyeon bingung, dia bergantian menatap kedua pemuda di sampingnya. “Ada apa ini?”

“Annyeong,” Zhoumi tersenyum pada Taecyeon setelah mengatur nafasnya, lalu segera menghampiri Wooyoung yang juga langsung merenggut di balik pundak Taecyeon. Dia bingung, sungguh. Ada apa ini sebenarnya.

“Wooyoungie-ah,” panggil Zhoumi selembut mungkin.

Wooyoung tak membalas, malah semakin bersembunyi di balik tubuh Taecyeon yang besar.

“Gege mesuuum!” seru Wooyoung kesal.

“Baby!”

“Hyung, tolong aku!” seru Wooyoung takut saat Zhoumi hendak meraih tangannya.

“Ada apa ini sebenarnya?” teriak Taecyeon kesal pada akhirnya. “ Kalian berdua ini.. Huacchhii! Huachhii!” Taecyeon kembali menggosok hidungnya. “Sudahlah, aku tidak ingin ikut campur,” dan dia kemudian segera pergi, meninggalkan Zhoumi yang sendirian karena Wooyoung langsung kabur setelahnya.

“Aish, Wooyoungie-ah!” teriak Zhoumi, langsung mengejar kekasihnya itu.

Taecyeon segera berjalan keruang kesehatan. Saat ini dia perlu obat flu, dia tidak ingin sakitnya itu bertambah parah.

“Kau benar-benar membuatku khawatir, Kyu-ah,” lengan Taecyeon berhenti di udara saat hendak membuka pintu ruang uks, wajahnya mengeras.

“Maafkan aku, Hyung. Tapi sungguh, ini hanya cape biasa,” suara Kyuhyun terdengar lemah dan itu membuat Taecyeon ikut khawatir juga.

“Aku mempercayaimu,” dan Taecyeon kemudian benar-benar menyesal saat dia membuka pintu ruangan itu sedikit, karena kini Siwon nampak tengah mencium bibir Kyuhyun dengan sedikit nafsu.

Taecyeon menyentuh dadanya perlahan, seperti ada yang retak di dalamnya. Dia tidak bisa berbohong lagi. Dia tidak pernah baik-baik saja tanpa Kyuhyun. Dia ingin Kyuhyunnya kembali, dia sangat cemburu.

“Kyuhyun-ah, apa dalam pelukannya lebih baik? Apa dia menjagamu lebih baik dariku? Kenapa kau membuatku seperti ini, membuatku menangis?”

 

Kyuhyun baru saja melangkahkan kakinya di pintu perpustakaan saat matanya tak sengaja menangkap sosok Taecyeon berada di pojok ruangan dengan beberapa tumpukan buku, tangannya tak hentinya menggosok hidungnya lalu kemudian bersin beberapa kali. Dia ingin sekali menghapiri pemuda itu, dia tahu pemuda itu sedang sakit. Namun keadaannya memang sudah berubah. Selama ini dia tak pernah benar-benar mencintai Taecyeon, berpacaran dengannya hanya untuk membuat Siwon cemburu. Ya, hanya itu. Tidak lebih. Tapi, hampir satu tahun mereka pacaran tentu saja menimbulkan rasa sayang juga padanya. Taecyeon pemuda yang baik, dan dia tidak bisa berbohong kalau dia tak punya perasaan sedikit pun padanya. Apa dia sudah keterlaluan?

“Taecyoan-ah, jangan mencintai orang sepertiku. Jangan pernah bertemu cinta sepertiku lagi. Aku telah menyakiti orang yang baik sepertimu. Selamat tinggal...”

Taecyeon membuka matanya cepat, memperhatikan sekelilingnya yang mulai sepi. Sepertinya tadi dia kedituran, hingga tak sadar bahwa kini sudah hampir sore. Dia segera saja membereskan buku-bukunya dan memasukannya ke tas– ada sebagian yang dia kembalikan lagi ke rak buku, lalu mengais tasnya dan berjalan ke luar dari perpustakaan.

Sepertinya tadi dia bermimpi tentang seseorang...

Kyuhyun keluar dari persembunyiannya saat Taecyeon berlalu, buku yang sedari tadi berada di tangannya, tak sekali pun dia baca – itu hanya alibi. Sebenarnya dia sendiri bingung, kenapa setiap kali menatap Taecyeon tatapannya berubah rindu. Bukankah cintanya pada Siwon lebih besar.

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet