Secret Admirer

Description

Nichkhun berusaha menjaga Sunye meski dirinya bukanlah orang baik. Meski harus menjadi pengagum rahasianya.. karena dia mencintai gadis itu, dan kesalahan yang sangat besar.

"Sunye-ah, akankah kau memaafkanku?"

 

Aneh,, langsung baca aja...

Foreword

Tittle               : Secret Admirer

Genre              ; Romance & Hurt/Comfort

Rate                : T

Pairing            : Nichkhun Buck Horvejkul (2PM) >< Min Sunye (WG)

 

 

Nichkhun Horvejkul,berandalan yang selalu saja membuat keributan. Dan malam itu,di sebuah gang sempit, dia memegangi sebuah balok kayu dan menyeretnya ke jalan hingga menimbulkan suara decitan

            Senyum sinis terukir di bibirnya. Dia mengangkat lengannya, mengepal puas. Wajah, lengan, dan bajunya nampak di penuhi noda darah, yang tentu saja bukan darah miliknya.

            Di belakang Nichkhun, segerombolan preman sudah tak sadarkan diri dengan luka-luka di sekujur  tubuhnya, mungkin ada yang sampai meninggal, ada beberapa juga yang merintih kesakitan.

 

***

 

Sunye terbangun di kamar rumah sakit sambil memegangi dadanya yang tiba-tiba berdenyut nyeri. Nafasnya tersengal dan keringat dingin keluar dari pori-pori tubuhnya

            “Sunye-ah!” seru Ye Eun kaget dari balik pintu kamar, dia segera saja memanggil Dokter untuk memeriksa keadaan adiknya.

            “Bagaimana keadaannya, Dok?” tanya Ye Eun khawatir saat Dokter keluar dari ruang inap Sunye.

            Dokter Kim menggeleng lemah, “Kita harus secepatnya mencari donor jantung untuknya. Jantung buatan itu tak akan bertahan lama.”

            Bibir Ye Eun bergetar, matanya mulai memanas.

            “Saya harus melakukan apa, Dok?”

            Dokter tak menjawab, dia hanya menepuk pundak Ye Eun pelan dan setelah itu pergi.

            Ye Eun memasuki kamar inap Sunye, segera saja dia duduk di kursi dekat dengan tempat yang di tiduri adiknya.

            “Sunye-ah, jangan tinggalkan Eonnie. Sudah cukup Appa dan Eomma, jangan kau juga,” lirih Ye Eun, mengamit lengan Sunye.

 

***

 

Nichkhun berdiri di balik pagar rumah sakit. Setiap sore dia selalu saja datang ke sini untuk memperhatikan seseorang yang telah membuatnya jatuh hati.

            Senyum itu mengembang saat gadis itu datang dengan kursi roda yang di dorong oleh kakak perempuannya. Mereka menuju taman.

            Gadis itu semakin pucat saja. Pikir pemuda itu, lalu dia sedikit mendekat ke arah pagar agar bisa melihat gadis yang di pujanya lebih jelas.

            “Sunye-ah, jangan sakit lagi. Kau alasanku untuk bertahan hidup,” bisik Nichkhun.

            Kemudian pemuda itu berbalik pergi . sambil berjalan, dia membalutkan kain ke tangan kirinya yang sedikit terluka karena perkelahian tadi malam. Nichkhun memang seorang berandalan, bahkan seorang pembunuh bayaran. Namun sungguh, bahkan dirinya masih membutuhkan cinta dalam hidupnya.

 

***

 

Nichkhun duduk di pinggiran sungai Han. Pikirannya jauh menyebrangi masa lalu yang masih sangat di ingatnya. Saat Ayahnya membawanya ke Korea, saat dia di paksa menjadi seorang penjahat, bahkan pembunuh. Lalu saat kejadian yang membuatnya menyesal setengah mati...

            “Sunye-ah, akankah kau memaafkanku?”

            Dan malam itu Nichkhun segera bersiap diri, dia mengganti pakaiannya dengan pakaian yang lebih formal, pemuda itu bahkan terlihat seperti lelaki pebisnis yang terhormat dan berpendidikan. Nichkhun melirik kemeja dan jins kotornya yang biasa dia pakai, tersenyum sinis, segera saja meninggalkan tempatnya itu.

            Dan disinilah Nichkhun sekarang, di sebuah pesta pertunangan yang sangat mewah. Jangan tanya bagaimana dia bisa mendapatkan undangannya, penjahat yang licik seperti dia tentu tahu bagaimana mendapatkan hal-hal sepele seperti itu, meski harus membunuh.

            “Oke, karena semuanya sudah hadir, kita akan mulai acara pertunangan ini!” semua undangan bertepuk tangan riuh, hanya Nichkhun yang diam. Pemuda itu malah menatap pasangan di atas panggung itu dengan benci.

            Saat semua orang sibuk memperhatikan pasangan yang sedang berbahagia itu bertukar cincin, Nichkhun sudah siap dengan pistolnya.

            “Selamat tinggal Donghae-ssi.”

            DOR!!!

            Semua orang langsung menjerit histeris. Ada yang merunduk, ada juga yang berlari mencari pintu keluar dengan panik.

            Nichkhun tersenyum sinis, saat meninggalkan gedung mewah itu, pistolnya sudah aman di saku jasnya. Di belakangnya, Donghae sudah meninggal dengan luka tembak di kepalanya.

            “Lihatlah, Donghae-ssi, bagaimana rasanya melihat keluarga dang orang yang sangat kau cintai, menangis seperti itu? Kau harus melihat itu di neraka.”

***

 

“Ada apa, Eooni?” tannya Sunye saat melihat kakaknya datang dengan wwajah pucat, di tangannya namnpak sebuah koran.

            “Sunye-ah, Donghae meninggal,” ucap Ye Eun hati-hati

            Sunye melotot, dia langsung saja merebut koran yang di yakininya memuat berita mengeni mantan kekasihnya. Tentu saja, karena Donghae merupakan pewaris dari perusahan paling berpengaruh di Korea.

            Pewaris JK.Corp, Lee Donghae, meninggal karena di bunuh saat acara pertunangannya dengan kekasih yang belum lama ini di pacarinya,Im Yoona. Polisi belum menetapkan siapa peluka pembunuhan itu dan belum memastikan motif pelaku atas kejadian ini. Namun di duga ini di lakukan karena persaingan bisnis.

            Sunye berkaca-kaca, meski dulu Donghae meninggalkannya karena wanita lain. Tapi pemuda itu adalah cinta pertamanya, dan  dia masih sangat mencintai Donghae.

            “Maldo andwae,” lirihnya.

            “Ada berita satu lagi,” kata Ye Eun.

            Sunye mendongak, tatapannya seolah bertanya, apa-lagi?

            “Kau ingat kejadian yang membuatmu harus di rawat di sini?” tanya Ye Eun. Sunye meremas seprai kuat-kuat, lalu mengangguk pelan. “Mereka juga telah meninggal seminggu setelah mereka melakukan itu padamu. Sangat mengenaskan.”

            Sunye terperangah. Namun tak dapat di pungkiri, berita tewasnya preman-preman yang hampir saja memperkosanya tempo hari, membuatnya sedikit senang. Siapa pun yang membunuh mereka, Sunye benar-benar berterima kasih padanya karena sakit hatinya telah terbalaskan, termasuk kejadian Donghae. Jangan salahkan dia karena mempunyai pikiran yang jahat. Sunye hanya merasa hidupnya tak adil karena semuanya nampak berusaha menghancurkan kebahagiaannya. Donghae, dia percaya pemuda itu. Namun dua bulan yang lalu dengan teganya dia memutuskan hubungan mereka hanya karena wanita lain. Dan preman-preman brengsek itu, mereka bahkan tak peduli saat Sunye mengeluh dadanya sakit, mereka tetap berusaha memperkosanya. Sunye benar-benar beruntung karena saat itu seorang pemuda datang menolongnya tepat waktu.

            “Lalu, apa sudah ada kabar mengenai pembunuh orang tua kita, Eonnie?” tanya Sunye. Ye Eun menggeleng lemah.

            “Belum ada.”

 

***

 

Malam itu, langkah Nichkhun terseok-seok, tangan kanannya mencoba menekan perutnya yang mengeluarkan banyak darah.

            Di pintu gerbang rumah sakit, pemuda itu berdiri di tengahnya saat sebuah mobil akan berjalan keluar. Tatapannya nampak sendu.

            “Hey!” seorang pria paruh baya keluar dari mobil tersebut, namun saat dia melihat Nichkhun akan ambruk, lelaki itu sigap menangkap tubuhnya.

            “Ya Tuhan, kau terluka!”

            “Tolong saya,” gumam Nichkhun serak.

 

---

 

Sebuah ruang operasi telah di siapkan. Jantung Sunye kambuh lagi. Namun gadis itu sangat beruntungkarena sudah ada orang yang mau mendonorkan jantung untuknya.

            “Ye Eun-ssi, pendonor itu menitipkan surat untuk Sunye,” Dokter Kim menyerahkan sebuah surat pada Ye Eun sebelum dia memasuki ruang operasi.

 

***

 

Hallo, apa kabar Sunye-ah. Apa jantungku bekerja dengan baik? Semoga saja begitu...

 

Dari awal aku bertanya-tanya pada diriku sendiri, apa kau akan merasakan debaran jantungku yang kuat ini? Tapi bagaimana bisa, aku bahkan takut mendekatimu, aku ini busuk. Namun saat ini, aku telah mendapatkan jawabannya: ya, kau akan merasakannya setiap waktu.

 

Kau tahu, menjadi penggemarmu adalah sesuatu hal yang membahagiakan. Ah, apa kau tahu kalau aku seorang penjahat? Tidak? Oh baiklah, aku akan memberitahumu tentang pekerjaanku.

 

Aku adalah seorang pembunuh bayaran. Ayahku yang membuatku menjadi orang tak berguna seperti ini. Awalnya terasa sangat takut, namun kemudian aku menjadi terbiasa. Meski begitu, terkadang aku berpikir bahwa aku ini hanya sebuah mainan yang sebentar lagi akan mati. Namun kemudian kau datang dalam kehidupanku, kau ingat? Tidak? Oke, lupakan saja...

 

Kau orang yang memberiku harapan untuk tetap bertahan hidup. Kau adalah orang yang membuatku harus selamat saat tengah bertarung. Kau orang yang memberiku alasan untuk tersenyum. Dua tahun menjadi penggemarmu bukan sesuatu hal yang mudah. Aku harus menahan diri untuk tidak membunuh seseorang yang tengah dekat denganmu, mencuri perhatianmu secara berlebih, aku bahkan tidak suka saat melihat kau tersenyum kepada seorang lelaki yang baru kau temui di jalanan. Seharusnya aku tidak begitu bukan? Kau memang orang yang sangat baik dan ramah. Tapi bagaimana jika orang itu malah mensalah artikan senyumanmu itu?

 

Sunye-ah, meski aku seorag penjahat, namun aku benci melihatmu terluka. Maka dari itu aku membunuh Donghae di pesta pertunangannya. Apa kau marah? Maafkan aku, aku tidak bisa melihat orang yang telah melukaimu bahagia. Aku jugalah yang telah membunuh preman-preman itu. Apa kau senang? Ada satu lagi berita yang pasti akan membuatmu lebih bahagia:  aku telah membunuh orang yang telah membunuh kedua orang tuamu. Dia telah mati dengan luka tembak di tubuhnya. Apa itu kurang? Seharusnya aku membunuhnya dengan lebih sadis lagi, benar kan? Sunye-ah, apa kau ingin tahu siapa orang yang dengan tega membunuh orang tuamu?

 

Aku!

 

Tolong maafkan aku, Sunye-ah. Sungguh, aku tidak tahu kalau mereka adalah orang tuamu. Aku bahkan tidak memiliki kehidupan yang tenang setelah kejadian itu. Aku, orang yang benci melihatmu terluka, malah menjadi penghancur kebahagiaanmu.

 

Sunye-ah, apa kau menyesal  mendapat donor dari seorang pembunuh orang tuamu? Aku bahkan sempat ragu saat akan melakukannya, namun kau harus sembuh.

 

Akankah kau memaafkanku?

 

---

 

Sunye bergetar saat setelah membaca surat itu. Air matanya sudah mengalir deras. Ye Eun juga menangis di sampingnya. Sunye kemudian menyentuh dadanya, di rasanya detakan jantung yang sangat kuat.

            “Eonnie, dia siapa?” lirih Sunye, menatap kakaknya dengan penuh tanya. “Aku butuh tahu namanya.”

            Ye Eun menggeleng, “Eonnie juga tidak tahu.”

            “Dok?” Sunye kemudian menatap Dokter yang berdiri di dekatnya.

            Dokter Kim tidak langsung menjawab, dia balas menatap Sunye dengan tatapan sendu.

            “Dia... Nichkhun.”

 

***

 

Flashback

 

Nichkhun, dengan kemeja kotak-kotaknya yang kotor dan kusut, serta celana jinsnya yang banya sobek, berjalan dengan santai di pinggaran pertokoan kota Seoul. Namun tak berapa lama, seseorang menubruknya dari depan hingga belanjaan milik orang yang menubruknya berjatuhan ke tanah.

            “Ugh!” keluhnya, segera membereskan belanjaannya dan beberapa kotak kado hingga hampir menutupi wajahnya. Nichkhun memperhatikan gadis yang mengenakan seragam SMA itu, lalu ikut membantu saat sebuah kotak hendak terjatuh dari pegangan tangan kecil gadis di depannya.

            “Terima kasih,” kata gadis itu tersengal. “Dan maaf, aku benar-benar sulit melihat ke depan.”

            “Ya, aku tahu,” kata Nichkhun.

            “Kalau begitu saya permisi dulu,” gadis itu menundukan kepalanya. “Annyeong!”

            Nichkhun tak melepaskan pandangannya meski gadis itu telah hilang di belokan, senyum kecil terukir di bibirnya. Entah kenapa ada perasaan hangat saat gadis itu mengucapkan salam sambil tersenyum kepadanya. Selama ini, orang-orang bahkan cenderung menghindarinya atau menganggapnya tak ada. Tapi gadis itu...

            Nichkhun segera merunduk saat matanya menangkap sesuatu di tanah. Sebuah nametag, sepertinya milik gadis yang tadi.

            “Min Sunye,” ejanya, pandangannya kembali tertuju pada jalan yang tadi di lalui gadis yang ternyata bernama Min Sunye itu. “Kita akan bertemu lagi, Sunye-ssi. Annyeong!”

 

END!!!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet