To Wait Around

Description

Junsu nampaknya terlalu lama pergi. lalu kenapa Chae Won masih menunggunya dengan setia. sebenarnya kemana Junsu selama ini????

Foreword

Tittle          : To Wait Around

Genre         : Hurt/Confort & Angs

Rate           : T

Pairing        : Kim Junsu (2PM) >< Moon Chae Won

 

“Tunggu aku di sini.”

          Kalimat itu adalah alasan bagi Chae Won untuk menunggu Junsu di dekat zebra cross saat kekasihnya itu tengah pergi mengambil sesuatu yang tertinggal di cafe seberang sana. Chae Won melirik jam tangannya, ini sudah pukul 09.13 PM, dan dia sudah menunggu dari empat jam yang lalu.

          “Junsu-ah...”

 

***

 

Kim Junsu melihat tanggalan di depannya dengan minat, besok tanggal 22 April dan tiga hari lagi adalah hari jadiannya dengan Chae Won yang ke tiga. Tentu saja Junsu akan menyiapkan kejutan yang menarik untuk kekasih tercintainya itu.

          “Junsu-ah, kau sudah siap?” seorang wanita paruh baya muncul di balik pintu kamar Junsu. Pemuda itu mengangguk.

          “Ne, Eomma.”

 

***

 

“Ya! Kim Junsu, neo eodiseo?” teriak Chae Won pada teleponnya, itu membuat mata di cafe tersebut memperhatikannya. Chae Won yang melihat itu langsung memelankan suaranya.

          “Kau membuatku menunggu lama!” desisnya tajam, dan dia hanya mendengar cekikikan di seberang sana. Chae Won bertambah geram.

          “Jangan tertawa, bodoh!” teriakannya itu kembali membuat para pengunjung cafe melihatnya.

          “Ah, mianhamnida,” seru Chae Won sambil membungkuk hormat. Setelah itu, gadis itu kembali pada teleponnya.

          “Kalau kau tak datang dalam waktu lima menit, aku pulang!” ancam Chae Won sangar.

 

***

 

“Oke teman-teman, dua minggu lagi kita akan mengadakan bazar untuk amal!” seru Il Woo dari depan kelas. “Persiapkan semuanyadengan baik, tanggal 10 Juni nanti akan menjadi hari sibuk kita!”

          “Ne!!!” seru anak-anak di dalam kelas tersebut dengan kompak.

          Chae Won nampak tersenyum kaku saat mendengar tanggal 10 Juni, dia lalu menatap keluar jendela kelasnya.

          “Tunggu aku di sini,” kalimat itu terus berputar di kepalanya seperti kaset rusak.

          “Chae Won-ah, kau sudah membuat bahan untuk skripsi nanti?” tanya Sunye saat mereka berada di parkiran kampus.

          “Tinggal sedikit lagi,” jawab Chae Won.

          Sunye mengangguk, lalu segera berjalan menuju mobilnya.

          “Chae Won-ah, mau ku antar? Nampaknya kau tidak membawa mobil.”

          “Tidak, terima kasih,” tolak Chae Won, tersenyum. “Junsu akan menjemputku.”

          Wajah Sunye seketika menegang , dia menatap sahabatnya itu dengan pandangan sedih.

          “O-oh,” tanggapnya kaku, memasuki mobilnya dan pergi meninggalkan Chae Won.

          Gadis 22 tahun itu mengambil handphonenya di dalam tas dan segera menghubungi Junsu.

          “Yeoboseyo,” sahut orang di seberang sana.

          Chae Won mengernyit, “Kenapa Bibi yang mengangkatnya?” tanyanya heran. Pasalnya, dia menelepon ke nomor handphone Junsu bukan  nomor telepon rumahnya.

          “Chae Won-ah...”

          “Bibi, mana Junsu?”

          “...”

 

***

 

Junsu melihat baju pengantin di depannya dengan takjub, senyum puas tersungging di bibirnya.

          “Memangnya kau yakin Chae Won akan menerima lamaranmu?” tanya Ny Kim, ibu Junsu.

          “Tentu saja,” jawab Junsu yakin. “Ah, ya!” Junsu segera mengeluarkan kotak kecil di sakunya. “Bagaimana menurut Eomma?”

          “Cantik sekali,” piji Ny Kim, meraih kotak yang berisikan sebuah cincin emas putih dari tangan putranya.

          “Semoga Chae Won akan suka dengan kejutan ini,” gumam Junsu, menghela nafas.

          “Ya. Dan semoga kau tidak akan di tolaknya juga,” goda Ny Kim. Junsu tercengang, pura-pura sakit hati.

          “Eomma!” serunya manja. “ Chae Won tentu akan menerimaku. Wanita mana yang akan menolak pemuda tampan sepertiku ini? Bahkan Eomma saja kalau tidak ada Appa akan tergila-gila padaku.”

          “Begitukah?” Junsu mengangguk. “Eomma hanya berharap agar kau bisa bahagia bersama Chae Won, Junsu-ah.”

          “Tentu aku akan bahagia,” kata Junsu tersenyum.

 

***

 

Chae Won kembali berdiri di dekat zebra cross. Perkataan Junsu seperti mensugestinya agar dia tetap menunggu Junsu di sini.

          “Aku menunggumu, Junsu-ah.”

          Penjual bunga yang berada dekat dengan Chae Won menatapnya iba. Setiap hari dia selalu melihat gadis itu berdiri di sana sampai malam. Tak jarang wanita paruh baya itu sering mengajaknya untuk sekedar duduk di dekatnya dan mengajaknya mengobrol, seperti kali ini...

          “Nona, duduklah di sini,” Chae Won menoleh, dan mendapati Bibi penjual bunga tengah tersenyum ke arahnya.

          “Bibi!” seru Chae Won riang.

          “Masih menunggu kekasihmu?”

          “Iya,” Chae Won mengangguk. “ Dia itu selalu saja datang terlambat. Aku bahkan sampai...”

 

***

 

Mungkin karena terlalu sering pulang malam, Chae Won jadi sakit demam

          “Sudah Ibu bilang kan, jangan sering pulang malam,” nasehat Ny Moon. Chae Won tak mendengarkan Ibunya, dia menarik selimutnya agar menutupi tubuhnya yang t erasa dingin.

          “Aku menunggu Junsu, Eomma,” katanya dengan suara serak.

          Ny Moon menghela nafas, “Jangan menunggunya lagi, Chae Won-ah.” Katanya, nampak lelah.

          “Apa maksud, Eomma?” seru Chae Won marah. “ Tentu saja aku harus menunggunya.”

          “Chae Won-ah...”

          “Sudahlah!” Chae Won memunggungi ibunya dan segera tidur.

          Keesokan harinya Chae Won memaksa untuk pergi ke kampus. Ny Moon tentu melarang anaknya itu karena sedang sakit. Selain itu, Chae Won pasti akan pergi ke sana lagi untuk menunggu Junsu.

          Dan benar saja, sorenya Chae Won sudah stand bye di tempat dengan mantel yang menutupi tubuhnya. Dirinya melirik jam sambil tersenyum, sesekali menggosok ke dua tangannya yang terasa beku.

          “Junsu-ah, di mana kau?” lirih Chae Won, langit sudah gelap dan tubuhnya sudah sangat lemas, kepalanya pusing. “Aku sudah menunggumu sangat  lama di sini.”

---

“Kalau kau tidak datang dalam waktu lima menit, aku pulang!” Chae Won benar-benar geram, kekasihnya itu selalu saja terlambat jika membuat janji. Padahal hari ini adalah hari special, seharusnya Junsu tidak merusaknya dengan kebiasaan buruknya itu.

          “Sayang!” seseorang memeluk Chae Won dari belakang, gadis itu memutar bola matanya kesal.

          “Jadi?” tanyanya, Junsu nampak bingung.

          “Apa?”

          “Ck, kenapa kau terlambat?” seru Chae Won habis sabar.

          “Aku terlambat karena sedang menyiapkan kejutan untukmu, kan,” rayu Junsu. Chae Won mendengus, namun dia penasaran juga dengan apa yang telah di siapkan oleh kekasihnya itu.

          “Mana kejutannya?” tanyanya dengan suara yang lebih lembut.     Junsu segera tertawa melihat ekspresi  lucu Chae Won itu.

          “HAHAHAHA!” Junsu memegangi perutnya. Chae Won cemebrut kembali. “Ya! Kenapa tertawa?”

          “Mianhae, sayang,” Junsu menghentikan tawanya. “Habisnya ekspresimu itu loh...”

          “Sudahlah, katakan saja apa kejutanmu!”

          “Oke oke!” sahut Junsu. “Tapi janji dulu kau akan menerimanya.”

          “Mana bisa begitu?” tanya Chae Won mengernyit. “Aku bahkan tidak tahu apa-apa.”

          “Janji dulu,” kekeh Junsu.

          “Baiklah, aku berjanji.”

          Setelah mengucapkan itu, Junsu segera menarik lengan Chae Won keluar dari cafe itu.

          “Kita akan ke mana?” tanya Chae Won bingung saat mereka tengah menyebrangi zebra cross.

          “Kau akan tahu nanti,” jawab Junsu saat mereka sudah sampai di ujung. “Ah, ya ampun!” pemuda itu menepuk  jidatnya, lalu segera memegangi pundak Chae Won.

          “Ada apa?” tanya gadis itu.

          “Ada yang tertinggal di cafe tadi,” kata Junsu. “Tunggu aku di sini.” Dan setelah itu, Junsu kembali menyebrangi zebra cross dengan sedikit berlari sebelum tanda lalu lintasnya berubah.

          Beberapa menit kemudian, Junsu terlihat di seberang jalan sana sambil menunjukan sebuah kotak kecil ke arah Chae Won. Jalanan di sana cukup sepi, dan hanya Junsu yang akan menyebrang jalan itu. Setelah tanda berubah, pemuda itu segera melangkah. Namun tiba-tiba terdengar suara hantaman, Chae Won berteriak keras saat kemudian tubuh Junsu terlempar jauh.

          “JUNSU-AH!!!”

          “Tunggu aku di sini.”

          Chae Won terusik.

          “Tunggu aku di sini.”

          Suara itu... Junsu.

          “Tunggu aku di sini.”

          “Junsu-ah...”

          “Tunggu aku di sini.”

          “Jangan...”

          “Chae Won, tunggu aku.”

          “JUNSU-AH!!!” Chae Won terbangun dengan keringat dingin membasahi tubuhnya, nafasnya tersengal.

          “Chae Won-ah, ada apa?” Ny Moon terbangun dari tidurnya. “Apa ada yang sakit?”

          Chae Won menatap ibunya, lalu memperhatikan kesekeliling ruangan.

          “Kenapa aku di sini, Eomma?” tanyanya bingung. Seharunya dia sedang menunggu Junsu di sana.

          “Kemarin kau pingsan,” jelas Ny Moon. “Demammu tinggi jadi Eomma membawamu kerumah sakit.”

          “Junsu pasti mencariku,” dengan kalap Chae Won melepas infus di tangan kanannya, dia segera bangkit dari tempat tidur.

          “Chae Won-ah, sudah cukup,” pinta Ny Moon memelas.

          “Aku seharunya menunggu di sana. Junsu pasti mencariku,” Chae Won berusaha melepas pegangan Ibunya. “ Aku mohon, Eomma,” pintanya saat Ibunya tak kunjung melepaskan pegangannya

          “Tidak, Chae Won-ah!” tolak Ny Moon tegas

          “Eomma, Junsu menungguku!”

          “CHAE WONA-AH, JUNSU SUDAH MENINGGAL!”

          “TIDAK!” Chae Won menarik lengannya cepat, segera menutup telinganya rapat-rapat. “Tidak. Junsu akan kembali. Dia menyuruhku menunggu.” Chae Won segera berlari meninggalkan Ibunya yang menangis terisak.

          “Chae Wom-ah.”

 

***

 

Chae Won meringkuk di ruangan yang bernuansa putih itu. Dia ketakutan, dia sendiri ddi tempat ini. Seharunya dia tidak di sini, seharunya dia menunggu Junsu di sana.

          “Junsu-ah,” Chae Won menangis pelan, dan lama kelamaan, tangisnya berubah menjadi teriakan pilu.

          Di luar ruangan, Ny Moon dan kedua orang tua Junsu menatapnya dengan sedih. Mereka lalu meninggalkan rumah sakit jiwa yang merawat Chae Won. Sebenarnya ada perasaan tak rela di hati Ny  Moon saat harus meninggalkan putri satu-satunya di sana. Namun semuanya demi kebaikan Chae Won juga.

          “Mianghae, Chae Won-ah.”

 

END!!!!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet