chapter3
Lucky StarKrystal memandang dari kejauhan bagaimana Taemin tertawa dan tangannya berpegang erat pada gadis disebelahnya, sayangnya wanita itu bukan dirinya. Air mata sepertinya sudah kering bagi Krystal, ia hanya bisa memandang sedih melihat betapa bahagianya lelaki itu saat bersama suster yang mendampinginya saat ini. Taemin tampak berjalan dengan perlahan, ia melangkah dengan hati-hati sambil berpegangan pada lengan suster cantik itu. Mereka tertawa bersama saat Taemin berhasil melangkah tanpa berpegang pada suster tersebut, sebuah senyum sedih terukir dibibir Krystal. ‘Aku senang asalkan kau bahagia Taemin-ah’ gadis itu menundukkan kepalanya tak sanggup lagi menonton adegan didepannya itu lebih lama lagi.
*
Krystal melangkah diam-diam memasuki kamar rawat Taemin yang hanya diterangi lampu kecil yang membuat cahaya didalam menjadi remang-remang. Krystal memohon pada Minho untuk membantunya masuk ke kamar Taemin walaupun itu sudah lewat dari jam berkunjung, sekarang pukul satu malam. Krystal memastikan lelaki tersebut sudah terbang ke alam mimpinya, gadis itu duduk dikursi sebelah tempat tidurnya. tangannya meraih jari-jari yang dulu pernah menjadi hak miliknya yang bebas digenggamnya kemanapun kapanpun, namun sekarang bahkan untuk menatap matanya saja sangat sulit apalagi menggenggam tangan lelaki itu. Sudah 2 minggu semenjak Krystal terakhir kali melihatnya dirumah sakit saat di taman hari itu, namun ia tetap tak bisa menahan untuk tidak melihat wajah itu walaupun hanya dari kejauhan. Kondisi Taemin sudah mulai membaik dan hanya butuh kira-kira satu bulan lagi untuk ia kembali pulih seperti semula. Taemin sudah diperbolehkan untuk meninggalkan rumah sakit mulai minggu depan karena proses pemulihan kakinya bisa dilakukan dirumah dan hanya butuh 2 kali seminggu kembali check up kerumah sakit, begitulah yang dijelaskan Minho padanya. Tak ada yang salah dengan ingatan Taemin, semua kembali seperti semula kecuali ingatan tentang dirinya yang benar-benar terhapus tak bersisa dikepalanya.
Gadis itu menatap tangannya yang menggenggam jemari lelaki itu dengan erat, bahkan baginya rasanya masih seperti dulu. “Aku rindu saat-saat kau menggenggam erat tanganku dan dengan keras kepalanya tak ingin melepaskannya saat kita harus berpisah, kali ini setidaknya giliran diriku yang menggenggam erat tanganmu.. hmm jadi seperti ini rasanya saat kau tak ingin melepaskan tanganku. tanganmu masih hangat seperti dulu, apa kau tahu bahwa aku sangat suka berjalan bergandeng tangan denganmu, kau tahu aku sangat bahagia saat melihat tatapan cemburu semua wanita yang melihat kita. Kau tersenyum padaku dan semua tindakan manismu seolah meneriakkan pada dunia bahwa aku milikmu” suara gadis itu bergetar saat menceritakan kenangannya pada Taemin yang bahkan terlalu pulas dalam tidurnya untuk dapat mendengar gadis itu. Air mata mengalir dipipinya namun ia tak ingin melepas tangan lelaki itu bahkan sedetik untuk menghapus air matanya. Ia melepaskan sebelah tangannya dan mengusap kepala lelaki itu, matanya menelusuri wajah yang tengah tertidur nyenyak itu. Ia mengusap rambut hitamnya yang masih lembut seperti dulu, tangannya turun menelusuri matanya yang terpejam, menelusuri hidung, bibir sampai dagu lelaki itu, mencoba merekam semua itu dalam memorinya.
“Aku harus mengingat sebanyak mungkin wajahmu, agar nanti jika suatu saat aku harus kehilangan ingatanku setidaknya satu gambar wajahmu harus muncul dikepalaku. Aku tak tahu harus mulai dari mana mengatakannya padamu, kau bahkan tak ingat siapa aku. Oleh sebab itu aku memutuskan menemuimu malam ini. Mianhae.. karena tak menggenggam balik saat kau dengan eratnya tak ingin melepau, saat itu aku berfikir aku bisa mengandalkanmu jadi aku tak perlu balas menggenggammu jika kau sudah cukup erat menggenggam tanganku. Aku tak pernah berfikir bahwa suatu hari tanganmu akan lelah dan perlahan melepaskannya. Aku terlalu yakin dengan diriku bahwa kau tak akan melepau meski aku meminta, namun ternyata pada akhirnya memang bukan dirimu yang memisahkan kita, takdir yang membalaskannya padaku. Maafkan aku karena terlalu bodoh terbakar amarah sehingga tak mendengar penjelasanmu terlebih dahulu. Malam itu aku melihatmu keluar dari hotel berdua dengan seorang wanita cantik yang tak pernah kulihat sebelumnya, kemudian seseorang mengatakan padaku bahwa kau dan wanita itu adalah pelanggan tetap hotel itu, bodohnya aku langsung percaya dan terlalu takut untuk mendengar penjelasanmu , takut bahwa jika berita itu benar adanya. Aku dengan pengecutnya melarikan diri darimu, menyimpan sakit hatiku dan berpura-pura tak terjadi apa-apa. Aku masih berharap kau akan mengejarku dan menarik tanganku sambil meminta agar aku tetap tinggal disisimu saat itu, namun yang aku dapat adalah sebuah berita yang mengabarkan kecelakaanmu. Aku serasa hampir mati saat mendengar berita itu, dan kau tau betapa leganya aku saat operasimu berjalan lancar.” krystal tersenyum dalam tangisnya, ia membawa tangan Taemin kebibirnya dan mengecupnya berkali-kali.
“Tell me, tell me that you will be healty and happy in the future, setidaknya melihatmu bahagia sudah cukup untuk membuatku bertahan hidup atau tidak aku akan mati perlahan terbunuh rasa bersalah padamu. Kau tidak membuat bintang itu lagi? Apa suster itu tidak tahu cara membuatnya?” gadis itu
Comments