Paint

SEVENTEEN Fanfiction

“halo.. Anna? Aku pulang”

Terdengar aneh ya. Saat kau mengucapkan ‘aku pulang’ di tempat yang bukan kediamanmu. Sebenarnya hal ini juga membuatku tak nyaman, tapi ia yang memintaku untuk melakukannya.

Aku memperhatikan seisi rumah. Masih rapi dan bersih, tak satupun benda berpindah dari tempatnya. Tapi aroma bunga yang biasanya tercium tiba-tiba menghilang. Aku berjalan menuju pintu yang mengarah ke taman kecil di belakang rumah.

Kemana semua pot bunga ini pergi?

Kemana aroma bunga-bunga itu pergi?

Kemana pemilik rumah ini pergi?

“Anna?”

Aku kembali melangkahkan kakiku ke ruang tengah.

Mencari tau apabila Anna meninggalkan jejak atas kepergiannya. Aku mulai khawatir.

Seharusnya ia dalam bimbinganku jika ingin meninggalkan tempat ini. Bagaimana jika Anna terjatuh? Bagaimana jika ia tak tau arah jalan pulang?

Aku tak bisa membiarkannya berjalan terlalu jauh dari rumah ini..

Atau Anna akan berada dalam bahaya.

 

A fanfiction by : jiminem

 

Aku melepas tas ranselku dan membiarkannya tergeletak di lantai. Dengan cepat memasang kembali sepatuku, sampai suara yang berbunyi dari dapur menghentikanku.

“Anna? Anna, apa itu kau?”

Tanpa berpikir dua kali, aku berlari menuju dapur, dengan sebelah kaki yang masih terbalut sepatu. Tapi tak ada seorang pun di sana. Kulihat pintu menuju halaman belakang terbuka. Aku menghampirinya dan berharap Anna berada di luar sana.

Benar saja, kulihat Anna duduk di sana dengan sebuah kuas di tangannya. Akhirnya aku bisa bernapas lega. Perlahan aku menghampirinya.

“Seungcheol? Kau datang”

Anna menaruh kuas itu disampingnya, ia bergeser dari tempatnya duduk. Tangannya yang lain menepuk-nepuk tempat di sampingnya, mengajak Seungcheol untuk duduk di sana. Seungcheol menghampirinya, bukan berarti ia tidak menghargai nya tapi ia lebih memilih untuk berlutut di hadapannya.

“apa yang kau lakukan di sini? Aku khawatir setengah mati kehilanganmu”

Saat aku mendaratkan tanganku di tangannya, ia menolak dan menjauhkan tangannya dari genggamanku.

“Jangan, tanganmu akan terkena cat”

Aku menahan tawa, padahal aku tau cat itu pada akhirnya akan mewarnai tanganku juga.

“Mana mungkin kau melarangku untuk menyentuhnya. Aku tak akan membiarkanmu melakukan ini sendirian”

Seungcheol kembali membawa sepasang tangan itu dalam genggamannya. Keduanya tersenyum. Tanpa ragu Seungcheol menghapus noda cat di tangan Anna dengan tangannya sendiri dan menggantikan noda nya dengan kehangatan.

“Terimakasih”

Hatinya tersentuh. Kata itu keluar dari bibir Anna dan membuat Seungcheol tersenyum. Bahkan setelah sekian kali kata itu terucap, senyuman itu akan kembali muncul dan tak pernah pudar.

Seandainya Anna tau..

Seungcheol berbalik dan menemukan kanvas yang telah terisi penuh oleh puluhan warna.

“Kau menyukainya?”

Anna tiba-tiba melontarkan pertanyaannya.

“Tentu saja, kau sangat berbakat”

Seungcheol tersenyum untuk meyakinkannya. Ia mulai bangkit dan duduk di samping Anna.

“Aku tak berharap kau mengatakan itu hanya untuk membuatku senang”

Anna meragukannya.

“Aku tak akan mengatakan kebohongan jika aku bisa mengatakan yang sesungguhnya”

“Jika benar begitu, coba kau tebak apa yang sedang aku lukis?”

Dengan tenang Seungcheol kembali mengamati kanvas itu. Ia bukan seorang seniman, ia juga tidak begitu menyukai seni. Tapi ia akan berusaha. Ada puluhan warna di sana, tapi warna merah mendominasi di atas yang lain. Dan itu membuat Seungcheol semakin yakin akan jawaban yang akan ia ucapkan.

“Hmm.. kau mencoba melukisku ya”

“Apaan, memang apa yang kau lihat”

“Aku melihat ada banyak warna, seperti apa yang selalu kupikirkan. Ada banyak hal yang kupikirkan di kepalaku sampai aku khawatir suatu saat kepalaku akan terbakar”
Keduanya mulai tertawa.

“Tapi aku melihat warna merah yang mendominasi semua warna, sama seperti dirimu yang tak pernah hilang dari pikiranku”

Seungcheol tersenyum puas atas jawabnnya. Tapi senyumannya perlahan pudar saat menyadari Anna terlihat sama sekali tak terhibur dengan jawabannya. Ia mencari tau kesalahannya, sampai Anna mengatakan sesuatu.

“Aku ingin melihat semua warna itu. Aku juga ingin melihat warna merah itu”

Seungcheol menatapnya, melihat Anna tersenyum pahit tanpa mengatakan apapun. Begitupun dengan Seungcheol yang perlahan mulai menundukkan kepala.

“Mereka pasti sangat indah”

Seungcheol mengangkat kepalanya, kembali memperhatikan kanvas di hadapannya.

“Ya, mereka sangat indah”

Keduanya terdiam. Untuk beberapa saat hanya duduk di sana tanpa mengatakan apapun, sampai Seungcheol membuka bibirnya.

“Seandainya aku bisa, akan kubagi sepasang mata ini untukmu”

Anna tersenyum singkat. Menemukan apa yang baru saja Seungcheol ucapkan terdengar manis, namun hal itu membuat hatinya terluka.

Merasa bersalah, dan ia tak menyukainya.

“Kau tak perlu melakukannya, Seungcheol. Kau telah menjadi sepasang mata untukku”

Perlahan tangan Anna meraba, mencoba mencari tangan lelaki di sampingnya. Dengan cepat Seungcheol meraih tangannya, membawanya dalam genggamannya. Mau tak mau kembali membagi noda cat itu di tangannya yang pucat.

“Terimakasih telah membawaku untuk melihat dunia, Seungcheol”
Saat kalimat itu mendarat di telinga Seuncheol, senyuman itu kembali muncul. Walaupun Anna tak akan pernah bisa melihatnya.

“Apapun untuk mu, Anna”

 

 

tamat

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
jiminem
#1
Chapter 4: Kalo Chapter 4 bikin binun :
Cewenya itu dinner sama cowo lain, bukan wonwoo. Jadi (hantu :')) wonwoo cuma nontonin /?
Andin0797
#2
Chapter 4: Wonwoo?? Aku kira hoshi. Plotnya bgus >< jd ceritanya y/n pcrn ama wonwoo tp wonwoo meninggal gtu? Nah terus pov yg awal pov siapa kalau pov akhir yg wonu?
Andin0797
#3
Chapter 2: Ohmy seungcheolllllll. Ini sweet bgtttt. Ga nyangka anna ga bsa ngeliat. Great fanfic! I'm squeal for this ohmy ohmy >~<
sebuentin
#4
Chapter 3: so far ini keren banget author-nim. menunggu update selanjutnya~