Part 2

The Best Mission

Sunmin’s POV

Mina menarik tanganku menjauh dari tempat duduk ...., meninggalkannya yang sedang membaca novel.

“Kau ingat kata-kataku kemarin, kan?”

“Ya.. ya.. aku ingat”

Aku agak malas sebenarnya mendengar kelanjutan dari percakapan ini. Menjodohkan .... dengan Jongin. Yang benar saja.

“Aku sudah persiapkan rencana ini dengan matang, besok kau harus membantuku menjalankannya, arrajji?”

Mina memberikan tangannya, aku mengerti maksudnya, lalu kami saling menepukkan kedua tangan kami dan melakukan high-five.

Sungguh aku menyesalkan keputusanku untuk memendamnya, seharusnya aku memberitahu mereka dari awal kalau aku menyukai Kim Jongin. Dengan begitu mungkin saja aku yang akan dijodohkan dengan Jongin, dan bukan .....

 

Author’s POV

Esoknya, Mina dan Sunmin sudah berada di DM, Daegu Mall, tepatnya di sebuah restoran yang sudah mereka janjikan pada ...., eh ralat, di sebuah tempat yang tidak terlalu dekat dengan restoran itu. Mereka sedang bersembunyi.

Mina terlihat sangat sibuk menelpon ...., sedangkan Sunmin hanya diam saja menunggu rencana selanjutnya. Tak berlangsung lama, .... datang dan masuk ke dalam restoran yang dimaksud.

Mina mengirim .... SMS dan menyuruh memesan makanan, kemudian disibukan dengan menelpon Jongin. Mina memberitahu Jongin tempat tujuan serta nomer meja yang sudah .... dapatkan dari memesan makanan.

Sunmin memutar kedua bola matanya. Semakin malas dia melihat adegan selanjutnya. Kalau bukan karena Mina dan .... adalah sahabatnya, dia tidak akan pernah mau menerima rencana konyol ini.

 

....’s POV

Mina dan Sunmin secara sepihak membatalkan pertemuan kami. Aku sudah memesan dan pesanannya pun belum keluar. Apa yang harus aku lakukan? Mereka egois sekali sih!

“Ekhm”

Suara? Suara siapa itu?

Aku mendongak untuk melihat siapa yang datang, dan.. OMO!! KENAPA ADA KIM JONGIN DISINI???

“Boleh aku duduk disini?” suara beratnya, suara seksinya. Ya Tuhan, apa yang aku pikirkan!

Segera aku mempersilahkannya duduk. Ponsel yang sedang ku pegang tiba-tiba menjadi licin, dan seketika itu juga jatuh ke lantai. Aku meraihnya kemudian meminta maaf pada Jongin. Sial, memalukan sekali!

“Dimana Mina?” tanyanya.

“A-aku tidak t-ahu,” ya Tuhan, kenapa aku menjadi gugup begini?

Aku melihat Jongin sedikit terkekeh, sepertinya dia sadar apa yang sedang terjadi padaku.

“Kau, kenapa bisa disini?” yeay! Aku berhasil mengeluarkan kalimat.

Kau tahu, kan, susahnya bicara ketika kau sedang terperangah, dengan jantung yang menjadi tidak normal, otak yang seperti berhenti berpikir seketika, dan tangan yang menjadi basah dan dingin?

“Diundang Mina,” jawabnya.

Diundang Mina? Bukankah dia bilang akan membeli sepatu bersama Sunmin? Kenapa mengundang Jongin?

Tidak lama makanan pesananku datang, atau pesanan Mina tepatnya. Oughh, baunya membangkitkan rasa laparku.

“Sebenarnya, Mina sudah membatalkan acara kami,” kataku. Jongin menatapku tidak mengerti.

“Aku juga tidak tahu kenapa. Setelah dia membatalkan janji, kau langsung datang”

Jongin kembali menatapku bingung, tapi sedetik kemudian dia seperti mengerti situasi sekarang ini.

Malah aku sendiri yang bingung apa yang sedang terjadi. Aku menghela napas sangat pelan, ku yakin tak ada seorang pun yang menyadarinya.

“Kau sudah lama?” tanyanya. Aku menjawab seadanya. Belum lama juga, tidak sebentar juga.

Kemudian obrolan kami berlanjut mengenai kegiatan di sekolah. Hal yang sangat basi menurutku, tapi demi kedekatanku dengan Jongin, tak apa lah.

“Ngomong-ngomong, ini makanan siapa?”

“Astaga, aku lupa. Sebenarnya ini Mina dan Sunmin yang memesan, tapi mereka tidak jadi datang”

“Kalau begitu kita makan saja. Aku yakin mereka tidak akan keberatan juga”

Aku setuju dengannya. Dari pada membuangnya ke tempat sampah dengan keadaan utuh begini, aku putuskan untuk memakan ini semua bersama Jongin.

Mimpi apa aku semalam.

Ketika makan, kami diselimuti kesunyian. Sebenarnya aku bisa saja bicara, tapi aku berusaha meminimalisir tersedak, atau mungkin menjatuhkan sendok. Itu akan sangat memalukan.

“Setelah ini kau mau kemana?” tanyanya setelah menyeruput jus jeruk di depannya.

“Mungkin pulang”

“Hmm.. bolehkah aku minta tolong padamu?”

“Apa?”

“Temani aku membeli sesuatu, boleh?”

Deg

Dia mengajakku jalan? Atau.. Ah, apapun ini namanya, bagaimana bisa dia meminta tolong yang sepert itu? Jelas-jelas aku tidak akan menolaknya.

"Aku ingin memberi kado untuk seseorang. Mungkin kalau sesama wanita akan mengerti mana yang bagus"

Sesama wanita? Jadi dia ingin memberi kado untuk seorang wanita? Apa itu pacar barunya??

“Emm, baiklah”

Oh, God, ku harap tidak. Ini akan menjadi mimpi buruk seumur hidupku!

***

Author’s POV

Suara alarm membangunkan .... dari tidur lelapnya. Pukul 7 pagi dini hari, tiba-tiba suara pesan masuk LINE berdering di ponselnya.

Im Mina

‘Selamat pagi, ....! Bagaimana tidurmu? Nyenyak kah? Hmm sebenarnya bukan itu yang mau aku tanyakan. Yang ingin aku tanyakan itu, bagaimana kencanmu dengan Jongin kemarin? Kekeke~’

“Mwoya?” .... jadi terkekeh sendiri karena mengingat kembali kejadian kemarin. Ketika dia bertemu Jongin karena gagal pergi dengan Mina dan Sunmin. Dan dia baru menyadari kalau ini semua ulah Mina.

‘Selamat atas keberhasilan rencanamu. Huh!’ Aku membalas pesannya.

Sedetik setelahnya, .... mendapat pesan text baru.

Hidden Number

‘Berhati-hatilah karena kau mendekati Jongin.’

.... mengerutkan kening. Siapa yang mengirimku ini?

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Miochin
#1
Chapter 2: Ya ampun gue penasaran gilak dengan apa yang terjadi selanjutnya. pleasebaget dilanjut thor. Ini bagus banget kalik. Udah lama juga. Tolong dilanjut asap yak thor :*
Miochin
#2
Chapter 1: Gue suka ceritanya. Gak bgitu pasaran juga ide ceritanya. Beda dari yang laen. Apalagi pakek nama sendiri. Jadi berasa yang maen :D