01

See You Soon!

  Suasananya siang itu sangat menenangkan, angin bertiup perlahan, matahari yang bersinar ragu di balik awan menyusupkan sinarnya di sela dedaunan dan suara obrolan murid-murid yang terdengar di kejauhan terasa seperti nina bobo baginya. Suasanya sangat tenang sehingga Aeri tak tahan untuk tak mengantuk.Tanpa bisa menahannya,sebuah kuap terselip keluar begitu saja.

Tapi ia tidak boleh tertidur, ujian akhir tinggal sebulan lagi dan ia harus berusaha sekuat mungkin agar bisa mencapai nilai tertinggi. Beruntungnya dia,saat ia baru saja akan menutup mata selagi bersandar di bawah pohon tempat ia duduk , sebuah "hey!" menyadarkannya.

Padahal seingatnya ia duduk sendiri dibawah pohon taman sekolah,mencoba untuk mengingat materi pelajaran tahun lalu.Tetapi ia sama sekali tidak bisa mengingat berada disana bersama seseorang, mungkin ada yang datang tanpa ia menyadarinya.


 Saat ia membuka matanya seorang anak laki-laki sudah duduk dihadapannya-nama Luhan seketika terlintas dipikirannya- .

Sinar matahari menyinari sudut sudut wajahnya dengan sempurna Aeri nyaris tidak percaya ia nyata.
Matanya berkilauan seperti-- seperti rusa, pikir Aeri.
Rambut cokelatnya, Aeri menyadari, terlihat sangat halus dan berkilauan diterpa sinar matahari.
Luhan kemudian mulai memunguti bukunya yang berserakan di sekitar situ sambil mengatakan sesuatu tentang betapa menyenangkannya jika ia bisa membiarkan Aeri bersantai disana menikmati hari tapi mereka masih di sekolah dan walaupun ia benci mengganggu istirahat siang si gadis,Aeri masih punya kelas untuk dihadiri.


  Walaupun sebenarnya ia juga mengatakan banyak hal lain dan lain tapi Aeri sama sekali tidak memperhatikan apa pun selain wajah Luhan yang bergerak gerak seiring ia berbicara.

 Kenyataan bahwa ia baru saja melihat Luhan untuk pertama kalinya dalam seumur hidupnya dan sama sekali tidak mengenalnya-walau anehnya nama Luhan langsung terlintas di pikirannya- sama sekali tidak terpikirkan olehnya. Dan anehnya semua itu terasa familiar dan nyaman, cara Luhan berbicara dan berkedip, mengingatkannya akan sesuatu yang familiar yang tidak bisa benar benar dikatakannya.
Ia sudah akan kembali tertidur dengan suara Luhan-yang sangat menyenangkan untuk dijadikan nina bobo- ,yang sedang memberbicarakan entah apa saat sebuah "ring!!" Terdengar.

Saat ia menyadari bahwa itu adalah bel tanda istirahat panjang mereka usai, Aeri akhirnya kembali ke akal sehatnya dan melontarkan sebuah"siapa kau?" Kepada Luhan,

yang hanya tertawa sambil mengatakan betapa konyolnya Aeri karena menanyakan hal itu-seolah mereka adalah teman yang sangat dekat-dan menambahkan sebuah

"sampai jumpa lagi ", 

dan menyuruhnya berlari ke kelas karena "Kalau tidak kau akan terlambat!"


Sebuah "ring!!" Lagi dan Luhan tersenyum kecil padanya sambil mempercepat langkah.
Kupu-kupu serasa berterbangan dalam perutnya.
Aeri tidak yakin ia akan bisa melupakan senyum itu.


.


"Ring!!!"


Suara mengganggu itu lagi, pikir Aeri.

Betapa inginnya ia kembali ke pangkuan sang Tidur, tapi suara menyebalkan itu sudah terlanjur menariknya dari tidur nyamannya dan membuat indra-indranya kembali berfungsi.
 Itulah saat ia merasakan sesuatu seperti kertas di pipinya dan lehernya yang kaku karena berada dalam posisi miring dalam waktu yang lama.


Ya, ia mungkin tertidur di meja saat belajar untuk ujian akhir dikamarnya. Dan ia ingat dengan jelas mimpinya barusan. Rasanya aneh.
Tapi itu jenis aneh yang nyaman. Ia ingat wajah Luhan dengan jelas. Ia ingat suaranya dengan jelas. Tapi yang paling melekat dipikirannya adalah senyum kecil Luhan yang ia lemparkan di akhir. Memikirkan mimpi itu membuat kupu-kupu di perutnya berterbangan tak karuan,
hatinya terasa hangat.
Ia berpikir betapa ajaib otaknya, menciptakan gambaran Luhan sebegitu jelas ia hampir merasa benar benar mengenal Luhan. Belum lagi perasaan dekat yang ia rasakan terhadapnya.
 

Seakan ia begitu dekat

Pada hatinya dan fisiknya.

 

.

 

   'Inilah',pikir Aeri. 'Akibat terlalu lama mengurung diri'. 

Yah, ujian akhir telah membuatnya belajar dari senin sampai sabtu, walaupun saat itu sedang liburan.
Otaknya jadi menciptakan imajinasi tentang seseorang yang sangat dekat dengannya padahal dia tidak punya satu pun-setidaknya tidak dalam cara itu-walau ia juga tidak yakin dalam cara apa yang ia maksudkan di sini.

.


  Satu "ring!!" Lagi mengeluarkannya dari pikirannya.

Ia memandang ponselnya yang ternyata pelaku utama dari keluarnya suara mengganggu itu.
Ralat,sebuah pesan dari Rahee lah yang menyebabkan suara itu. Rahee memintanya berhenti belajar karena menurutnya otaknya "sudah terlalu penuh" dan "perlu sedikit istirahat" dan akan sangat menyenangkan kalau ia bisa "Datang dan bersantai sedikit" .


Dengan sebuah helaan napas akhirnya Aeri memutuskan bahwa ia sudah menguasai materinya-kurang lebih-  dan mampir ke rumah teman karibnya sebentar tidak ada ruginya.

.


  Sebuah perasaan aneh muncul saat Aeri berjalan menuju rumah Rahee dan menyadari bahwa taman yang biasa ia lewati terasa sangat familiar. Bukan, bukan familiar karena ia biasa melewati taman itu setiap hari, tapi karena sesuatu, rasanya taman itu seperti-oh!

Ya dia ingat. Taman itu adalah taman dalam mimpinya bersama Luhan.
Alam bawah sadarnya memasukkan bagian ingatan dirinya tentang taman itu ke mimpi indah yang barusan ia alami.
Pantas saja, tak heran ia merasa sangat nyaman dalam mimpi itu. Taman itu adalah tempat ia biasa bermain dengan Rahee dan mereka menghabiskan kebanyakan waktu mereka disana. Tentu saja ia merasa nyaman disana.

Dan memimpikan taman itu dengan Luhan di dalamnya tidak membantu sama sekali. Dalam hatinya Aeri bersyukur Rahee memutuskan untuk mengirimnya pesan itu. Kalau tidak, bisa-bisa ia tidur selamanya. Oh tidak,lehernya akan patah kalau itu terjadi-karena ia tertidur di meja-.

Tapi ia jadi terpikirkan hal lain.
Taman itu dan sekolah adalah tempat yang familiar baginya,karena itu mereka ada di dalam mimpinya.


Apakah itu berarti Luhan juga sesuatu yang familiar?

Apakah mungkin ia pernah melihat Luhan di suatu tempat?

Bagaimana bisa ia tidak mengingatnya?

Kenapa dia tiba-tiba muncul dalam mimpinya? 

Tidak,Aeri tidak terobsesi dengan Luhan.
Tidak sama sekali. Ia hanya masih terbawa perasaan aneh dari mimpinya.
Tapi tunggu dulu,
apakah bahkan ada seseorang bernama Luhan di luar sana?

.


   Aeri tidak berjalan jauh jauh ke rumah Rahee untuk kemudian diseret keluar begitu saja oleh gadis itu. Ia sama sekali tidak mengharapkannya.
Begitu ia membunyikan bel dan masuk-karena mereka teman dekat seperti itu, dan itu juga sudah seperti rumahnya sendiri- Rahee langsung menyeretnya keluar sambil meneriakkan "aku pergi bu!" Pada ibunya.
Aeri tentu saja langsung meminta penjelasan saat ia sudah dilepaskan.

Jika seseorang menyeretmu keluar begitu saja saat kau mendatangi rumah mereka
"Sepupuku datang" tentu saja bukan alasan yang tepat bagi kebanyakan orang.
 Tapi Aeri bukan kebanyakan orang,
Ia tahu Rahee benci sepupunya.

Ia akan selalu mencoba mewarnai kuku Rahee atau menata rambutnya dan mengajaknya berbelanja bersama, hal-hal girly seperti itu. Ia tahu betapa bencinya sang gadis melakukan hal hal semacam itu. Ditambah lagi, sang sepupu yang kelewat ceria itu tak pernah melepaskan Rahee sama sekali.


Jadi ia rasa wajar saja kalau Rahee memintanya datang-secara teknis untuk menghindar dari sepupu tercintanya-karena ibunya tak pernah membiarkan ia keluar kecuali seseorang mengajaknya.

Itu, ibunya tak bisa menolak.


Mereka memutuskan untuk pergi ke sebuah coffee shop di kota untuk bersantai.
Sepanjang perjalanan mereka mengobrol seolah baru berjumpa setelah sekian lama. Mereka membicarakan banyak hal, dari apa saja kira-kira materi ujian akhir nanti -yang membuat Aeri stres memikirkannya,
dan mau tak mau mengingatkannya akan Luhan- sampai kenapa pria di ujung jalan tidak pernah keluar rumah.


Mereka akhirnya sampai  di coffee shop yang biasa mereka datangi saat pembicaraan mereka menyinggung tentang para ibu tetangga yang terlalu sering mengadakan arisan. Pada saat itu pikiran Aeri sudah kembali normal dan Luhan hampir saja terselip dari ingatannya.

.

Sebagian besar dinding bagian atas  coffee shop itu adalah kaca sehingga mereka bisa bilang kalau tempat itu penuh hanya dengan sekali lihat.
Dengan sebuah " apa boleh buat " dari Rahee, yang mengklaim bahwa ia tahu tempat lain yang katanya, "tak kalah bagus", mereka pun meninggalkan tempat itu.

 


Tempat yang dimaksudkan Rahee berada cukup jauh, sekitar 10 blok dari coffee shop tujuan mereka semula, yang juga dapat dianggap jauh kalau kau berjalan kaki.

Aeri tidak pernah benar-benar memperhatikan bagian kota yang itu.
Tak diragukan lagi mereka kelelahan, dua gadis itu sudah berjalan cukup jauh dari rumah Rahee, terlebih Aeri yang berjalan kaki dari rumahnya; yang kenyataannya tidak sedekat itu dengan rumah Rahee.


Tentu saja mereka berdua merasa lelah, tapi Rahee tidak akan pulang sekarang dan kembali ke cengkeraman sepupu iblisnya kecuali jika ia benar-benar harus. Tidak dengan Aeri, yang akan pergi kemana saja kakinya membawanya-atau saat ini,sahabatnya-.
Begitu mereka sampai Rahee langsung mengeluh ia perlu buang air kecil dan bergegas menuju sebuah pintu bertuliskan 'Toilet' diatasnya, meninggalkan Aeri untuk memesan.

  Ia dapat merasakan jantungnya berdebar-debar, semakin lama semakin kencang.
Selelah apapun, tetap saja Aeri tidak merasa memiliki alasan apapun bagi jantungnya untuk berdetak begitu keras.
Dan seingatnya, ia tidak punya riwayat penyakit jantung dalam keluarganya.


Detaknya begitu mengganggu sampai sampai ia ragu untuk memesan kopi-kalau kalau ia ternyata memiliki semacam penyakit jantung tingkat awal. Sejujurnya ia merasa agak dibingungkan dengan hal itu.

    Walau begitu tetap saja ia menghampiri konter dengan seorang barista di baliknya untuk memesan.
Pria itu terlihat mengantuk, seolah ia tidak tidur sama sekali semalaman.
Setelah sesi pemilihan selama beberapa saat, ia memutuskan ia ingin sebuah latte dan es kopi untuk Rahee.
Ia menyampaikan pesanan mereka pada sang barista-yang harus ia akui tidak jelek sama sekali- di balik konter,yang kemudian mengiyakan dengan sebuah kuapan, dan memilih tempat duduk di dekat jendela.

Jendela kecil itu menghadap ke sebuah taman indah milik sebuah bangunan yang sepertinya, juga milik siapapun pemilik coffee shop ini.


Hanya taman kecil yang sederhana, dengan pagar tanaman dan kolam ikan kecil yang dinaungi oleh sebuah pohon ceri. Yang menarik perhatian Aeri adalah rumpun bunga bunga kecil di bawahnya.
Mereka sangat banyak, terselip di antara rerumputan yang luas, sesekali bergoyang dihembus angin.
 Mereka sedang mekar dengan indahnya, beragam warna segar begitu menyatu dengan rumput hijau yang mengelilingi mereka.

  Sebuah gerakan di seberang taman menarik perhatiannya dari bunga bunga itu. Seseorang pria keluar dari bangunan itu dan mengunci pintunya, kelihatannya masih muda tapi ia tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas, ia punya penglihatan yang buruk. 

Memutuskan bahwa itu hanyalah seorang asing yang tak menarik-kemungkinan pemilik coffee shop itu- , ia mengabaikannya dan memandang sekitar mencari Rahee, tapi ia tak terlihat dimanapun.
Malahan, ia secara tak sengaja melihat pria dari taman tadi berjalan dengan terburu-buru ke arah kafe tempatnya berada.
Bagaimanapun, jarak mereka masih terlalu jauh untuk matanya bisa melihat dengan jelas, tapi ia sepertinya  kenal orang itu.

Aeri menyipitkan matanya.
Sebuah perasaan familiar yang aneh tiba-tiba menyebar dalam dirinya.Tapi kefamiliaran itu terasa nyaman. Jantungnya kembali berdetak lebih keras dari biasanya.

'Apa ini?' Pikirnya sambil meletakkan tangan di atas jantungnya. Ia benar-benar berpikir kalau ia punya penyakit jantung sekarang.

  Walau begitu ia tetap tidak bisa mengalihkan pandangannya dari orang itu, yang sekarang akan memasuki pintu masuk. Ia tak sempat mengingat dimana ia pernah melihatnya karena tepat saat itu Rahee datang dan duduk dengan suara keras di hadapannya.


Sang barista yang selalu terlihat mengantuk menyusul dengan pesanan mereka di tangannya. Latte dan es kopi itu terlihat menggoda sampai seseorang menabrak sang barista dan pesanan mereka terjatuh, meyebarkan isinya ke atas meja.
Dua gadis itu bahkan tidak sempat bereaksi saat tetesan kopi jatuh di celana mereka. 

Barista tampan itu sepertinya langsung tersadar dari keadaan setengah tidurnya.

" Ah maaf, aku tidak sengaja. Maaf sekali, apa ada yang bisa kubantu? ", Ia berkata dengan bersalah sambil membungkuk berulang kali.
Dua gadis itu hanya bisa melongo sampai kemudian mereka tersadar dan buru-buru berdiri sambil berusaha menjatuhkan tetesan kopi dari kaki mereka.
" Maafkan aku, aku buru-buru. Aku benar-benar minta maaf ", Si pria yang menabrak barista tadi, juga membungkuk penuh rasa bersalah. Kemudian ia menyuruh Jongin-yang ternyata nama sang barista- membersihkan kekacauan itu.



Aeri yakin ia pernah mendengar suara itu, seratus persen.

Bahkan kalau boleh jujur, malah kedengarannya cukup familiar.
Ia menoleh untuk melihat si penabrak dan nyaris menghentikan kerja jantungnya sama sekali.

Apakah ia bermimpi?

Apa itu si pria taman tadi?

 

Apa yang dilakukannya di sini?

Apa dia bahkan nyata?


Ia menyipitkan matanya, sepertinya keadaan matanya semakin  memburuk saja.

Ia mengucek matanya.
Matanya hampir keluar dari tempatnya.
Ia dapat merasakan perasaan hangat mulai menyebar dan kupu-kupu itu berterbangan lagi.
Tidak mungkin kan itu.. itu..


" Luhan? "



Ini nyata.

Tentu saja ini nyata, kecuali ia ternyata sedang tertidur di suatu tempat dan ini hanyalah mimpi lagi.

Tapi pria itu, atau Luhan, atau siapapun ia, terlihat sama terkejutnya dengan Aeri. Bahkan -kalau memungkinkan- , lebih terkejut. Matanya yang berkilau membesar dan ia terlihat kebingungan.


 Jelas sekali mereka tidak pernah bertemu sebelumnya, setidaknya tidak di dunia nyata.
 Ia membuka dan menutup mulutnya seakan ingin mengatakan sesuatu tapi ia kelihatannya terlalu terkejut untuk itu.



"Apa.. apa...

apa itu kau,

 


Aeri? "

 

 

 

 




                                            FIN  

 

 

 

- Dinah A, 15 Juli 2015

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
byunseuri #1
daebak...thor lanjut ya