Song On Trouble

Description

Author : AENI

 

Foreword

Suara musik menggema hebat saat Jiyong menapaki kakinya di pekarangan vilanya. Dan untuk kesekian kalinya dia mendengus kesal dengan musik yang sudah pasti sedang didengar anaenya. Bukan dia tidak senang Yuki mendengarkan musik, bahkan dia tahu itu sangat baik untuk bayi mereka yang sekarang tinggal menunggu hari untuk lahir ke dunia. Tapi yang membuat kesal jiyong adalah musik yang diperdengarkan Yuki kepada anak mereka adalah lagu yang bahkan dianggapnya tidak pantas diperdengarkan untuk anak dibawah umur dan Jiyong berpikir anaknya tidak pantas mendengar lagu dengan lirik yang terlalu dewasa.

Jiyong membuka pintu dan suara musik semakin terdengar kencang dari audio ruang tengah. Awalnya dia menerka apa yang tengah dilakukan anaenya, namun sekali lagi dia mendesah. Dia sudah sangat hapal apa yang akan dilihatnya dan memang benar adanya. Jiyong melihat Yuki sedang menari hebat layaknya penari pro. Bahkan dia tidak merasa terhalangi berat beban yang ada diperutnya yang kini sudah sangat besar.

Sejenak dia tertegun menatap pemandangan itu. Walau perut istirnya sangat buncit, namun entah mengapa Jiyong merasa anaenya semakin y. Dia sangat tahu perubahan tubuh Yuki yang sangat signifikan di bagian tertentu karena kehamilannya. Namun entah mengapa itu malah membuat tombol-tombol kejantanan Jiyong semakin mendesak kencang untuk keluar. Dia selalu ingin menyentuh anaenya...bisikan itu selalu terlintas bila dia memperhatikan Yuki. Apalagi disaat sekarang Yuki berusaha meliukkan tubuhnya yang bahkan lebih terlihat seperti robot. Tapi entah mengapa hasrat dikepalanya mengatakan itu sangat menggoda dirnya.

Namun dengan segera Jiyong membuyarkan khayalannya yang sempat merasuki fikirannya. Dia sudah berjanji pada dirinya untuk menjaga Yuki dan anaknya. Dia terlalu takut bahkan untuk menyentuh Yuki dan memperlakukan anaenya seperti boneka porslen yang mudah pecah.

Jiyong akhirnya pasrah dengan pemikirannya dan perlahan berjalan mendekati anaenya yang bahkan masih belum sadar keberadaannya. Anaenya masih sangat asik menari sambil membelakanginya hingga akhirnya Jiyong harus mematikan audio untuk mengambil perhatian Yuki dan menghenti kegiatan anaenya yang nyaris membuat dirinya gila karena menahan hasrat terpendamnya.

Yuki yang merasa kesenanggannya terganggu akhirnya berbalik dan mencari sesuatu yang telah menghentikan musik yang mengalun indah ketelinganya tadi. Wajahnya langsung berubah dengan siapa yang telah berdiri dihadapannya dengan tangan yang sudah terlipat di dada. Wajah lelaki di hadapannya tidak ubahnya dirinya yang juga memberikan ekspresi yang sama. Saling menatap tajam dan muka yang merengut seolah senyum tidak pernah mampir ke bibir mereka.

“Hidupkan kembali!!”Pinta Yuki yang lebih terdengar seperti makian.

“Shireo~yeo...!!!” Jawab Jiyong dengan ekspresi seolah menantang.

“Kamu mau memulai pertengkaran lagi denganku?” Yuki menggepalkan tangannya untuk menahan emosi karena mendengarkan jawaban yang tidak disukainya.

“Aku tidak pernah berusaha memulainya, tapi selalu kamu yang mencoba menyukutkan api!” Ucap Jiyong lagi dengan wajah datar yang sama.

Yuki menghela nafas keras yang sengaja dilebih-lebihkan di hadapan Jiyong dan berlan dengan kaki yang dihentakan sekeras mungkin agar Jiyong sadar dia benar-benar kesal saat itu. Jiyong sebenarnya khawatir dengan apa yang dilakukan Yuki, karena mengingat kaki anaenya sudah membengkak besar karena beban di perutnya. Namun harga dirinya telalu mahal untuk menunjukkan perasaannya itu. Yuki harus dihentikan juga dari kegiatan yang mengancam kecerdasan anaknya itu.

Yuki sudah berdiri di depan audio. Tepat di hadapan Jiyong. Dengan kasar dai meraih remote yang ada ditangan Jiyong dan menekan tombol Power. Jiyong melotot kepada Yuki, namun wanita itu mengabaikannya dan terus saja mencari tombol untuk menghidupkan lagu yang sama yang entah sudah berapa ratus kali didengarnya hari ini.

Musik mengalun lagi, namun dengan cekatan Jiyong menekan tombol power yang ada dialat audionya dan membuat suasana tenang kembali. Bukan hanya itu, Jiyong juga mencabut kabel yang menghubungkan listrik ke alat itu. Jelas saja apa yang dilakukan Jiyong membuat Yuki naik pitam wanita itu bahkan berusaha merebut colokan kabel yang ada ditangan Jiyong.

“Neo!!! Berani-benarninya kamu?!” Pekik Yuki yang sudah sangat kesal.

“Wae?! Kamu pikir aku tidak berani karena kamu sedang hamil anak kita sekarang?!” ucap Jiyong sambil terus menghindari tangan Yuki yang berusaha menggapai-gapai ingin merebut apa yang ada ditangannya.

“Kamu benar-benar tidak sayang anakmu Kwon Jiyong~ssi?!” Pekik Yuki lagi.

“Karena aku sayang kepada anakku makanya aku melakukannya?! Mana ada orang hamil besar mendengarkan lagu seperti itu?!” Mendengar perkataan Jiyong akhirnya Yuki berhenti berusaha lalu kemudain berkacak pinggang sambil menatap Jiyong dengan raut tidak senang.

“Apa salahnya dengan lagu itu?! Bukannya kamu juga membuat lagu seperti itu dialbum barumu?!” Nada kesal masih kental dalam nada bicara Yuki.

“Ya..Ya... aku saja bahkan berusaha keras tidak memperdenagrkan musik yang aku ciptakan walau aku sangat ingin mendengar pujian darimu! Tapi tanpa sepengetahuanku kamu malah mendengar musik dari musisi lain?!” Yuki hanya berwajah datar, dia bahkan hafal apa yang barus aja diucapkan Jiyong karena memeng penyebeb pertengkaran mereka seminggu terakhir ini adalah topik yang sama.

“Apa kamu cemburu aku lebih suka mendengarkan Jay Park bernyanyi dari pada dirimu?” Tanya Yuki dengan nada sinis.

“Ya Yuki bukan karena itu?!” Pekik Jiyong putus asa karena yuki masih belum juga mengerti alasan Jiying melarangnya mendengar lagu rekan seprofesinya.

“Katakan yang sebenarnya Jiyong....jangan mencari-cari alasan.” Ucapan Yuki barusan sukses membuat Jiyong semakin putus asa.

“Demi Tuhan aku tidak cemburu... kamu boleh mendengar lagu apa saja asal jangan lagu seperti itu!”

“Memang apa salahnya dengan lagu itu?? Bukankah karyamu banyak yang seperti itu juga? Seperti Baby Good night, bahkan yang terbaru Bae Bae.” Sebenarnya Jiyong sudah gemas menghadapi Yuki yang semakin keras kepala semenjak hamil, bahkan Jiyong mengkhawatir sikapnya itu akan menurun kepada anak mereka nanti.

“Chagi~ya dengarkan aku baik baik. Aku belum pernah medengar ada ibu hamil yang memperdengarkan anaknya yang didalam kandungan dengan lagu seperti ‘ Trip’ untuk merangsang pertumbuhan anak didalam kandungan. Apa kamu tidak berpikir pengaruhnya bagi anak kita???” Jiyong menjelaskan dengan suara yang dibuat slembut mungkin agar anaenya bisa dengan mudah memahami perhataanya. Namun entah kenapa saat dia melihat Yuki, wanita itu malah menyunggingkan senyum mencurigakan.

“Chagi~ya.... kenapa kamu harus khawatir? Aku juga sedang mengajarkan sesuatu kepada anak kita...” entah kenapa akhir-akhir ini Jiyong sering merinding bila melihat senyuman aneh Yuki yang satu itu. Dia bahkan merasakan firasat buruk.

“Ya..pelajaran apa yang bisa diambil dari lagu itu....” Ucap Jiyong lagi dengan nada meninggi.

“ education....” Ucap Yuki enteng sambil terus tersenyum aneh.

“HYAKKKKKKKKKKK!!!!! Anak kita bahkan belum lahir, masa kamu sudah mengajarkan pelajaran untuk anak dewasa seperti itu?! Apa kamu ingin anak kita seperti Seungri si Yadong itu?!”

(Di tempat yang lain.Seungri tiba-tiba bersin hebat saat namanya diteriakan oleh Jiyong.)

“Chagi~ya.... pelajaran seperti itu memang harus diajarkan kepada anak kita dari sejak dini.... kamu tidak mau kan nanti anak kita terjerumus dengan pergaulan bebas???” Jelas Yuki sambilk menggerak-gerakkan tangannya layaknya seorang guru atau profesor.

Mendengar penjelasan dari Yuki, Jiyong malah menepuk keningnya dengan desahan berat kembali berhembus dari pernafasannya. Dia sebenarnya tidak pula terlalu terkejut dengan penjelasan Yuki yang melantur karena memang semenjak Yuki dinyatakan hamil anaenya itu berubah menjadi anak kecil yang menakutkan dengan teori-teori aneh yang dia jabarkan hasil buah pemikirannya sendiri. Alhasil jiyong harus berusaha ekstra keras untuk menjaga anaknya dan istrinya dari segala bentuk masalah yang selalu ditimbulkan oleh anaenya. Bahkan dia harus memindahkan Yuki yang awalnya diapartement di Seoul ke Villa mereka dan membiarkan dirinya bolak-balik walau jarak yang dia lalui setiap hari tidaklah dekat agar dia tidak ditemukan oleh tetangga dan ngomong melantur tentang teory anehnya seperti orang mabuk.

“Yuki sebenarnya kamu kenapa eoh??? Kamu semakin aneh seiring bulan-bulan terakhir kamu mau melahirkan?” Jiyong melangkah mendekati anaenya hingga tangannya dapat menggapai Yuki dan menenggelamkan wanita yang dicintainya itu dalam pelukannya.

“Apa kamu khawatir karena waktunya sudah dekat?” Tanya Jiyong lagi sambil terus membelai lembut kepala anaenya.

“Aku tidak khawatir chagiya....” suara Yuki terdengar lembut di telinga Jiyong.

Lelaki itu merenggangkan pelukannya dan meletakkan tangannya di kedua sisi kepala Yuki dan memposisikan wajah mereka sejajar agar Jiyong bisa memandanga wajah anaenya itu.

“Chagi~ya....apa ada yang mengganggu pikiranmu sampai kamu bertingkah aneh seperti itu?” Yuki menggeleng cepat. Tatapan Jiyong berubah menjadi teduh saat dia menatap kembali mata Anaenya yang terlihat cerah dan berkilau.

“Lalu kenapa kelakuanmu akhir-akhir ini seperti ini???”Tiba-tiba saja Yuki tersenyum aneh lagi membuat Jiyong menjadi merinding kembali.

“Karena aku tahu... kalau aku bermesraan denganmu, kamu tidak akan bisa menyentuh aku karena kamu tidak ingin kepala anak kita nanti ada tonjolannya.... Jadi aku akan seperti ini untuk menghilangkan otak mesummu setiap hari.” Suara tawa Yuki meledak seketika mengisi seluruh ruangan.

Jiyong menjadi mematung ditempatnya sesaat setelah mendengar penjelasan Yuki. Anaenya itu bahkan meninggalkannya setelah sukses menekan tombol-tombol syaraf kekesalannya karena sudah mengingatkan tentang perjanjian yang dibuatnya sendiri agar tidak menyentuh Yuki selama masa kehamilan agar anak mereka lahir dengan sehat. Namun kejadian yang barusan membuat Jiyong menjadi semakin tidak bisa menahan diri, ditambah lagi ternyata anaenya meledeknya selama ini untuk membuat dirinya tidak sabar.

Dengan langkah cepat Jiyong mengejar Yuki yang tadi berjalan ke arah dapur. Saat menemukan anaenya sedang berada dihadapan kulkas, dengan cepat dia menarik tangan anaenya itu dan dengan sedikit memaksa menggeret Yuki untuk menuju Pintu depan.

“YA...Jiyong apa yang kamu lakukan??? Kamu mau membuat aku jatuh dan membahayakan anakmu apa?” Ucap Yuki yang terheran-heran dengan kelakuan Nampyeonnya.

“Itu sudah pasti tidak akan terjadi! Sekarang kamu harus ikut aku kedokter kandungan?!” Ucap Jiyong dengan setengah membentak.

“Untuk apa?? Bukankah kita sudah kesana kemarin?!” Tanya yuki dengan terus merontah minta dilepaskan.

Jiyong berhenti sejenak dis amping mobilnya. Wajahnya menatap Yuki serius tanpa melepaskan sedikitpun genggamannya di tangan yuki.

“Aku akan bertanya kepada dokter, berhubungan suami istri itu apa akan berpengaruh kepada janin. Dan seandainya itu tidak masalah, maka Neo Kwon Yuki, harus bersiap-siap menerima serangan balasan dariku. Dan jangan berharap kamu bisa tidur...” Yuki menelan ludahnya dengan kasar.

“Tapi Jiyong.. anak kita.. nanti???” Jiyong menaruh jari telunjuknay tepat diatas bibir anaenye agar Yuki diam.

“Dia pasti akan mengerti kebutuhan appanya. Sekarang kamu naik dan duduk manis disitu!” Sekali lagi Yuki menelan ludahnya dengan kasar.

Entah apa yang ada dikepalanya sekarang, yang dia lakukan hanyalah menurut saja kata-kata Jiyong yang tiba-tiba berubah menakutkan baginya dengan senyuman aneh yang membuat dirinya merinding. Yuki sempat menyesal karena kejahilannya beberapa minggu ini, namun dia tidak menyangka Jiyong akan benar-benar segila ini karena mereka tidak pernah bermesraan lagi setelah kehamilan Yuki menginjak umur enam bulan. Apakah ini pertanda yang buruk atau pertanda baik Yuki sendiri tidak tahu. Tapi dia mendapatkan feeling tidak akan tenang tidur dimalam hari sampai anak mereka lahir.

The end

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet