Small Rain

Small Rain

Starring

Shin Hoseok (Wonho) x Chae Hyungwon

No Mercy

 

Small Rain

By: Cho Eunhye

 

.:o0o:.

 

Langit gelap menggulung-gulung. Bel sudah berbunyi sejak satu setengah jam yang lalu. Kesibukan dengan club membuat Hyungwon tinggal di sekolah sampai sekarang. Dan yah, sampai ia terjebak hujan.

 

Ngomong-ngomong tentang hujan, Hyungwon tak pernah suka dengan hujan. Ada banyak alasan, salah satunya karena langit yang gelap membuat Hyungwon takut. Lalu ada lagi, air yang turun seperti menusuk kulitnya. Dan dingin. Sejujurnya ia agak sensitif dengan suhu dingin. Kendati kakak perempuannya pernah bercerita ia lahir pada saat hujan badai, tetap saja ia tak pernah punya alasan untuk menyukai hujan. Dadanya sering terasa ngilu tanpa alasan, dan detak jantungnya berubah cepat seiring dengan derasnya hujan yang turun. Orang-orang menyebutnya dengan phobia. Entah phobia apa namanya.

 

Hyungwon merapatnya pelukan pada dirinya sendiri, berupaya mencari kehangatan. Jaketnya tertinggal di laci kelas, ia sedikit ceroboh memang. Sekarang hujan seperti mengejeknya karena turun semakin deras. Angin dingin berhembus meliuk-liuk, mengitari, lalu memeluk tubuhnya erat. Hyungwon benar-benar kedinginan.

 

“Masih takut hujan?”

 

Tanpa melihat pun Hyungwon sudah tahu itu suara siapa.

 

Si Kampungan Shin Wonho.

 

Kekehan kecil yang terdengar makin membuat Hyungwon sebal.

 

Hiraukan, Hyungwon. Hiraukan saja. Bisiknya pada diri sendiri.

 

“Sepertinya tidak akan terang dalam waktu dekat.” Lagi-lagi suara Wonho, “Aku ada payung, kalau kau menumpang, boleh-boleh saja.”

 

“Seingatku kita tidak pernah bicara semenjak berpisah.” Gumam Hyungwon ketus.

 

Suara tawa menyebalkan kembali terdengar, “Bukan aku yang mulai.”

 

Bibir Hyungwon mencebik. Dan tawa rendah itu lagi-lagi terdengar. Apa pria itu sedang bahagia? Kenapa tertawa terus?

 

Wonho tersenyum tipis, menakhlukan singa bukan perkara mudah memang. Tapi akan selalu ada cara, bukan?

 

“Jangan dekat-dekat!” Hyungwon menepis tangan Wonho yang hendak merangkulnya. Well, Wonho bergeser beberapa langkah.

 

“Kupikir kau kedinginan. Selain berbagi payung, kita juga bisa berbagi kehangatan. Itupun kalau kau tidak keberatan.”

 

Suara petir menggelegar. Hyungwon sedikit berjengit kaget. Tidak, ia tidak akan berteriak ketakutan lalu memeluk Wonho. Ia hanya sedikit kaget. Sembari mengeratkan pelukannya, Hyungwon mengetuk-etuk sepatunya. Udara semakin dingin, langit semakin gelap, dan Wonho semakin menyebalkan. Kilat menjilat, mencibirnya yang berdiri diam dengan mantan kekasihnya.

 

Kasarnya telapak tangan itu kini membelai punggung tangan kanan Hyungwon. Ia diam saja ketika Wonho meraih tangannya untuk digenggam. Ada sedikit rindu yang menelisik. Angin seperti menyuruhnya untuk tetap diam ketika Wonho membawa tangannya masuk ke dalam kantong celana pria itu. Sore yang sunyi semakin sunyi, hujan yang deras semakin deras, langit yang gelap semakin gelap.

 

Wonho pun turut diam, enggan memulai percakapan. Mungkin lebih tepatnya karena ia tidak tahu apa yang harus dicakapkan. Yang ia lakukan hanya mengeratkan genggamannya pada tangan Hyungwon, seseorang yang sempat menjadi prioritasnya. Ia dapat merasa genggaman tangannya semakin erat, Hyungwon turut membalas genggamannya. Maka dengan lebih berani, ia menautkan jemarinya. Seperti yang pernah ia lakukan dulu. Dulu sekali.

 

“Sudah mau terang, yakin tidak mau ke halte denganku?” tukas Wonho. Tangan Hyungwon beranjak dari saku celananya. Gelengan kecil cukup menjadi jawaban. Wonho lantas mengangguk paham.

 

Dengan cekatan Wonho melepas sepatu dan menyimpannya di tas. Ia dapat merasakan Hyungwon mencuri pandang. Senyum kecil terkembang, alih-alih beranjak, ia justru melepas sepatu Hyungwon. Pria itu bergidik ketika lantai dingin menyentuh telapak kakinya.

 

“Apa yang kau lakukan?” tanya Hyungwon heran.

 

Wonho membentangkan payungnya, dan lantas menarik Hyungwon untuk berlindung di bawahnya.

 

“Kalau kau mengajakku untuk menerabas, jawabanku adalah tidak.” Tukas Hyungwon.

 

“Oh ayolah, ini hanya gerimis. Kau tidak akan mati hanya karena gerimis.” Rajuk Wonho sembari meraih pundak Hyungwon.

 

“T-tidak tunggu dulu!”

 

Terlambat, Wonho benar-benar menyeretnya seperti narapidana. Rintik-rintik hujan mengetuk payung mereka yang merah. Hyungwon tertegun merasakan telapak kakinya yang dingin beralas rumput basah. Jemarinya mengkerut seiring dengan langkahnya yang kecil-kecil. Angin lagi-lagi meliuk membelit kaki telanjangnya. Senyum kecil terkembang, rasanya tidak buruk juga.

 

“Aku ingin menari” ucap Wonho.

 

Tiba-tiba langkahnya terhenti. Payung yang sedari membentang lepas sudah.

 

Bagi Hyungwon, ini adalah malapetaka. Di bawah kilat yang menjilat, tubuhnya kian basah. Seragam putihnya semakin basah, tampak semakin tipis. Angin seperti menyergapnya dalam dingin. Air yang turun ikut meluruhkan napasnya yang tinggal sejengkal.

 

Senyum nakal terulas di wajah Wonho. Kakinya menghentak, air-air geram menyerang Hyungwon. Sekali, dua kali, Hyungwon akhirnya berlari. Wonho dengan tangkas mengejarnya. Air-air itu ganti menyerang Wonho lewat kaki Hyungwon yang berlari. Tapi Wonho tidak peduli. Larinya kian kencang menerobos gerimis. Langkah demi langkah, injakan demi injakan. Rumput lapangan sekolah itu merunduk.

 

Sedikit lagi sampai, dengan cekatan Wonho menarik krah belakang seragam Hyungwon. Pemuda itu terpeleset, jatuh ke belakang. Wonho sendiri terpeleset, sedikit mengaduh ketika kepala Hyungwon jatuh berdebum di dadanya. Keduanya terengah dalam diam. Lalu kekehan kecil yang keluar dari mulut Wonho menarik Hyungwon untuk turut mengulas senyum.

 

Hyungwon tidak merubah sedikit pun posisinya. Dibiarkan wajahnya menengadah dengan mata terpejam. Masih dengan dada naik turun terengah, dan senyum yang mungil.

 

Hyungwon mulai melihat hujan dengan sudut yang berbeda. Bagaimana dinginnya air itu membelai wajahnya, lalu turun ke leher dan membuatnya bergidik kecil. Bagaimana air menerobos melalui celah kecil di bajunya. Bagaimana air mengalir dari jemarinya.

 

Lalu...

 

Bagaimana kini hujan membuat letupan kecil di rongga dadanya yang mulai menghangat.

 

.:o0o:.

 

Keduanya duduk bersisihan di halte, dengan payung merah yang terlipat di pangkuan, berhadapan dengan matahari setengah galah. Bibir Hyungwon tak bisa mengkerut. Sisa tawa barusan memaksanya untuk tersenyum samar.

 

Wonho mengacak rambutnya. Tetes air berhamburan, lalu tawa kecil kembali lolos. Tawa yang manis dan renyah seperti wafer. Namun bukannya tersenyum, Hyungwon justru berubah muram. Yang ada di pikirannya, semua ini tidak akan bertahan lama, kan?

 

“Bus-mu sudah datang tuh.”

 

Langit jingga adalah hal yang muram. Setidaknya bagi Hyungwon. Segalanya harus berakhir seiring dengan tenggelamnya matahari. Begitupula dengan kisah manis hari ini. Mungkin setelah ini Hyungwon akan membenci sore hari.

 

Hyungwon bergegas mengemasi dirinya dan lantas beranjak. Wajahnya masih muram, Wonho tahu itu.

 

“Terimakasih atas tumpangan payungnya, Wonho.” Ucap Hyungwon sembari memandangi bayangan dirinya yang kian memanjang ditimpa cahaya jingga, sebelum memutuskan untuk segera naik. Sebelum matahari benar-benar tenggelam dan tubuhnya menggigil.

 

“Hei Hyungwon!”

 

Hyungwon menoleh. Wajahnya menyiratkan tanya, sedikit harapan kalau-kalau Wonho mau tinggal dengannya sedikit lebih lama. Walau faktanya adalah, Hyungwon di sini yang akan meninggalkan Wonho.

 

“Telepon aku segera kalau kau jatuh sakit.” Teriak Wonho, lengkap dengan senyum jenakanya.

 

Tidak ada jawaban. Hyungwon diam saja, tidak menolak maupun mengiyakan. Senyum kecil di bibirnya tidak bisa dijadikan jawaban. Mungkin benar, segalanya memang harus berhenti di sini saja. Bahkan seharusnya Hyungwon tidak pernah menyetujui ajakan Wonho untuk menumpang.

 

Jadi di sini Hyungwon menghempaskan tubuhnya. Dipandanginya matahari yang tingal sejengkal melalui jendela yang menjadi sandaran pelipisnya. Dirasanya bus mulai berjalan. Wonho masih tampak melalui jendela seberang. Ia menghela napas ketika menghidupkan ponselnya yang disimpan di tas. Ada beberapa pesan masuk.

 

Hyunwoo.

 

Tidak ada niat membalas, Hyungwon justru mematikan kembali ponselnya. Biarkan sejenak ia berkhianat dengan mendamba tangan pria lain menggenggam tangannya. Biarkan ia mendamba tangan pria lain menarik bahunya. Satu lagi, biarkan ia mendamba kepalanya naik turun seiring dengan dengan napas pria lain.

 

Hyungwon memang tamak dan serakah. Ingatan itu menyakitinya. Bahwa ia sudah punya orang lain, begitu pula Wonho.

 

Petir kembali menyambar. Rintik hujan memaksa menerobos kaca jendela.

 

Hujan yang sama dengan hujan yang turun di suatu sore yang tidak ingin dilupakannya.

 

.:o0o:.

FIN

Remake from "Small Rain" in fanfiction.net with different characters. enjoy this~

 

 
 
 
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Galaxy_FanHan007
#1
Chapter 1: Suka suka suka suka ahhhhhhhh hyungwonho !!!!!! Sequel please napa mereka gak nyatu?!! Kalo gak bikin lagi ff hyungwonho ya ya ya O(≧∇≦)O
barelybearable
#2
Chapter 1: I love this! ♡
SongRachel
#3
Chapter 1: T.T entah kenapa ini sedih banget buat gue T.T


Aaaakkkkkk T.T
Kenapa ??!?!?!!!!!!!!

Pengen sequel sumpah deh T.T aaaaa
ziminsenpai
#4
Chapter 1: Sumpah, aku bahagia luar biasa pas ketemu fic ini. Cause jarang banget ada yang nulis fic Monsta X berbahasa Indonesia apalagi genrenya shounen-ai seperti ini. Ah, author-nim! aku suka gaya penulisanmu~ kalimatnya baku tapi gak berbobot hihi. Dan ini pairing kesukaan banget;_; jadi bacanya sambil squealing gitu deh lol. Tetap berkarya ya! all the love xx.
SiverYue #5
Chapter 1: Fanfic ini bagus banget. Suka sama pilihan katanya yang ga ribet dan gampang dipahami. Dan lebih suka lagi karena castnya. XD
Habis fanfic Monsta X kan emang belum banyak, jadi pas baca fanfic ini jadi seneng banget.XD
Good job Author-nim.. XD
loel19 #6
Chapter 1: Uwaaaaa my y beast wonho >.<
author-nim, do you write for straight wonho??
Ini keren tapi aku takut bakal ngebias hyungwon heuheu
Friskania
#7
Chapter 1: ide ceritanya bagus authornim, kata katanya pas dan terasa santai , goodjob! ^^
minriya320 #8
Chapter 1: wow aku kaget+seneng liat fic ini apalagi liat castnya. bahasanya enak banget terus bisa bayanginnya. banyakin ff hyungwonho ya!!!^^♥