the church girl

Description

Dream is almighty, but sometimes dreams can be more cruel than reality. Because in it, we always knew it was a dream and when we have to wake up. Makes us realize, if we can not get up, it is called 'reality'.

 

Foreword

The Church Girl

Dream is almighty, but sometimes dreams can be more cruel than reality. Because in it, we always knew it was a dream and when we have to wake up. Makes us realize, if we can not get up, it is called 'reality'.

 

“aku bertemu dengan cinta pertama ku pertama kali saat kami sama sama sedang berada di sebuah gereja. Kami sama sama masih kecil saat itu. rambut coklat nya yang di kuncir kuda mengayun ke kanan dan ke kiri saat ia bergoyang-goyang bosan. Ketika orang tua nya menatap, ia akan berpura-pura ikut berdoa. Aku mengintip dari sela-sela kursi. Berharap melihat wajahnya lebih lama. Lalu tepat sebelum doa selesai. Kami bertabrakan mata. Saat itu aku kembali berlari ke bangku tempat ayah dan ibuku dengan perasaan senang sekali.”

“siapa namanya?”

“ah, aku tidak tahu. Aku hanya merasa jatuh cinta padanya, lalu aku terus pergi ke gereja hanya untuk melihatnya tanpa pernah tahu namanya.” Chanyeol menggaruk-garuk bagian belakang kepalanya sambil tersenyum lebar.

“apa kau masih menyukai gadis gereja itu chanyeol ssi?”

“ah, mana mungkin. Aku saja hampir lupa wajahnya. Hahaha.”

“Cerita yang menarik! sungguh kisah cinta yang manis. Lalu selanjutnya sehun ssi..”

Ia masih mengingat mata itu. mata coklat bulat yang mengambil perhatiannya. Memutar balikkan dunianya. Bagaimana bisa ia lupa. Senyumnya, cara nya menggumam, tingkah lucunya, bahkan ayunan rambutnya. Tapi bagaimana pula ia akan mengatakan pada semua orang jika ia masih mengingat dengan jelas bayangan itu. bagaimana ia akan mengatakan ia masih tidak bisa lepas dari gadis gereja itu.

 

Beberapa hari kemudian chanyeol punya rencana mengajak kawan-kawannya pergi ke gereja tempat ia bertemu dengan gadis itu. ia hanya tidak bisa melupakannya setelah wawancara itu. karena hari itu mereka sepakat ingin pergi ke suatu tempat bersama, ia mengajak semua yang tertarik untuk berkunjung ke sana. Tapi ternyata semuanya ingin ikut kecuali suho dan kai yang punya acara lain.

Selama perjalanan chanyeol terus menyombongkan suasana di sekitar gereja itu tanpa sedikit pun menyinggung tentang gadis itu. bahkan setelah ia sampai ia tetap tidak membuka mulut untuk mengucapkan sepatah kata tentang gadis gereja itu karena mungkin mereka tertawa. Ia hanya mengingat-ngingat wajah itu sambil menikmati angina yang berhembus pelan. disana banyak yang berubah. Tentu saja. Sudah lama sekali sejak ia berkunjung terakhir kali.

“chogiyo~” ia mendengar suara seorang gadis di belakanya. Tampaknya ia menghalangi jalan gadis itu.

“ah, maaf.” Ia menepi dan membiarkan gadis itu lewat. Ia lewat dengan tenang. Rambut coklat nya yang di kuncir kuda bergoyang ke kanan dan kekiri mengingatkannya pada si gadis gereja itu. gadis itu masuk ke dalam gereja. Chanyeol tanpa sadar mengikutinya.

Yang mengejutkannya adalah ketika gadis itu duduk di tempat si gadis gereja biasa duduk. Dan jika dilihat-lihat, gadis itu juga memiliki mata coklat bulat yang mirip. Ia terlihat sedang berdoa dengan serius. Chanyeol tidak sampai hati untuk bertanya. Air mata mengalir dari sudut matanya. Ia jadi merasa masuk ke situasi yang salah.

Tak lama gadis itu menghapus air matanya lalu tersenyum kecil. Suasana begitu sunyi. Hanya ada mereka berdua disana di dalam gereja yang sepertinya direnovasi menjadi sedikit lebih besar.

“chogi…”

Gadis itu menoleh saat mendengar suara berat chanyeol. Ia terlihat terkejut.

            “o? exo?”

Chanyeol membungkuk sopan pada gadis itu. “annyeonghaseo, park chanyeol imnida.”

            “apa yang exo lakukan disini? Syuting?”

            “bukan. Kami hanya sedang mengisi waktu luang. Kebetulan, apa anda biasa berdoa disini sejak kecil?”

            “mm..eh? duduk saja dulu. Namaku lee sangri.”

Mereka duduk berhadapan. Chanyeol masih tersenyum dengan sopan. Suasana agak canggung saat itu. karena mungkin ia salah mengenali orang.

            “mm..apa mungkin..kau kesini mencari seseorang? Seorang gadis mungkin?”

Chanyeol mengangkat alisnya. “gadis ini tidak mungkin sudah menonton acaranya. Acara itu baru akan ditayangkan besok lusa.” Ia terus berfikir bagaimana menjaawab pertanyaan gadis ini.

            “O~ bagaimana kau tahu?”

Tiba-tiba wajah gadis itu menjadi lebih cerah. Jauh lebih cerah dari sebelumnya.

            “Apa kau..masih..”

Ia membuat gesture tanda hati yang lucu dengan kedua jari telunjuknya. Ia bertanya dengan hati-hati jika ternyata chanyeol tidak begitu menyukai pertanyaan itu. tapi chanyeol hanya menaruh satu jari telunjuk di depan mulutnya sambil tersenyum. Gadis itu menutup mulutnya rapat sambil mengangguk. Tanda sudah terbentuk janji diantara mereka. Bahwa ini hanya rahasia mereka berdua.

            “waah, aku punya rahasia dengan exo.” Ia tampak senang sekali.

            “apa mungkin kau..”

            “bukan. Bukan.  Tapi aku tahu gadis itu.”

Chanyeol merasa mendapat petunjuk besar hari itu.

            “maaf, kukira kau gadis itu. karena kau sedikit mir..”

            “kami kembar.” Gadis itu tersenyum lebar. “i. den. Tik.”

Mata chanyeol membulat. Untuk beberapa alasan, ia percaya pada gadis ini. hanya, percaya saja apapun yang ia katakan. Semenjak masuk exo, ia biasa mecurigai orang dulu pada awalnya. Tapi untuk saat ini entah kenapa ia percaya.

            “kami kembar identic lee sangri dan lee sooyeon. Yang suka dipaksa ke gereja hanya sooyeon. Karena ia dulu nakal sekali. Tapi ia bercerita banyak tentang mu. Misalnya kau yang jatuh dari kursi, kau yang suka merangkak saat orang-orang sedang berdoa, bagaimana kalian bertemu, sampai hal-hal kecil tentang wajahmu.”

Chanyeol tidak bisa menahan senyumnya. Ia menemukan petunjuk asli yang sangat berharga. Ia bahkan tahu chanyeol suka jatuh dari kursi.

            “mm, bagaimana dia tahu kalau chanyeol ekso adalah anak yang jatuh dari kursi itu?”

            “ah itu? kau tiba-tiba tidak pernah datang ke gereja. Ia menjadi khawatir dan mulai mencari tahu. Lalu ia tahu kau ikut sedang sibuk memperbaiki nilai mu karena kau ingin jadi trainee sm. Ia menunggu kau datang tapi kau tidak pernah muncul lagi  sejak itu. aku sampai ikut menangis melihatnya.”

Chanyeol terkejut bukan main mendengarnya.

            “mungkinkah..ia juga..menyukaiku?” dadanya berdebar keras menunggu jawaban.

            “tentu saja.” Senyum chanyeol merekah.

 

            “Chanyeol! Kau dimana?!” teman teman chanyeol mulai mencarinya. Jadi ia hanya sempat meminta nomer sangri dan membuat sangri berjanji akan menceritakan lebih banyak. Ia pulang dengan hati senang.

 

            Sejak saat itu chanyeol suka menghubungi sangri lewat telefon karena jadwalnya padat dan ia belum sempat kesana. Dari percakapannya dengan sangri ia tahu jika sooyeon sedang berada di ulsan dengan pamannya. Mereka terpisah cukup jauh karena keluarga mereka sempat mengalami kesulitan ekonomi. Jadi orangtua nya memutuskan untuk menitipkan salah satu anak mereka pada saudaranya.

“ia bilang senyum mu adalah senyum paling indah yang ia lihat. Tampaknya senyummu tidak berubah ya? Ahahahaha.”

“ia bilang matamu bulat dan terlihat cerdas.”

“kau tahu? Ia menunggu mu mengajaknya berkenalan seperti orang bodoh tapi kau tidak pernah melakukannya. Ahahahaha, ia lucu sekali.”

“kalau saja paman mengizinkan ku memiliki nomer nya ia pasti sudah meloncat kegirangan sekarang.”

 

            Kata-kata itu selalu membuat chanyeol tersenyum. Ia semakin jatuh cinta pada sooyeon yang bahkan belum pernah dilihatnya itu. pokoknya, wajahnya pasti mirip sangri dan mereka dua tahun lebih muda dari chanyeol.

            “oi, kau sedang memikirkan apa sih?” baekhyun menegurnya sebelum rekaman karena chanyeol terlihat sedang sibuk berfantasi.

            “o? bukan apa-apa. Oh ya. Akhir minggu ini kosong bukan?”

Baekhyun mengangguk pelan. “yea!” sedangkan chanyeol hampir meloncat dari bangkunya.

 

            Lalu terjadi lah pertemuan-pertemuan disela-sela jadwal kosong. Ia mendapati bahwa sangri mempunyai tanda lahir di dada dan sooyeon di betisnya juga fakta fakta lainnya. Entah kenapa sangri terlihat begitu lemah. Membuat chanyeol ingin melindunginya. Ia sekarang lebih seperti ingin melihat sangri dibandingkan mendengar cerita-cerita tentang sooyeon. Ia bilang sooyeon biasa nya berkunjung di akhir tahun. Jadi jika sooyeon datang, ia akan memberi tahu chanyeol secepat yang ia bisa. Ia mungkin saja benar-benar bisa melihat sooyeon. Gadis gereja yang tidak pernah lepas dari ingatannya.

 

 

            Tapi saat akhir tahun tiba, ia tidak mendapatkan kabar. Pesan terakhir dari sangri adalah pesan ‘selamat natal’ seharusnya sudah ada pesan baru. Mungkin sooyeon tidak datang.

‘sangri ssi. Kalau sooyeon tidak datang tidak apa-apa. Kau masih bisa menceritakan lebih banyak tentang sooyeon sampai ia benar-benar datang.’

Chanyeol berusaha men teks nya . menghubunginya. Tapi handphone itu selalu mati. Dan chanyeol tidak punya jadwal kosong hanya untuk sekedar memeriksa keadaan sangri.

 

Sebulan, dua bulan, tiga bulan, sampai musim panas tiba. Chanyeol menyempatkan diri untuk berkunjung kesana setelah mendapatkan jadwal kosong. Ia datang ke rumah gereja, taman tempat mereka bertemu tapi ia tidak menemukan gadis itu. lalu ia mulai menanyakan alamat gadis itu pada warga di sekitar sana.

            “Ah, gadis itu? rumahnya jauh. Tapi ia di rawat di rumah sakit besar itu. ia anak yang baik.” “dirawat?”

            “Kamsahamnida.” Chanyeol berlari ke rumah sakit itu. tidak jauh dari sana. Dada nya berdegup kencang. “ia tidak pernah memberitahu apapun tentang dirawat!” matanya berkaca-kaca. Ia menghampiri meja informasi dengan terburu buru.

            “Pasien bernama Lee sangri?”

            “dug dug dug dug.”

            “tuhan..berbaik hatilah. Biarkan aku tahu apa yang terjadi.”

            “dia baru dipindah ke lantai 5 kamar 507.”

Tanpa mengucapkan sepatah kata pun ia berlari. Menembus orang-orang lalu ia mendapatkan kamar yang ia cari. Seorang dokter keluar dari sana.

            “apa itu kamar lee sangri?”

            “apa kau keluarganya?”

            “ya ya,  saya punya hubungan cukup dekat dengan sangri.”

Dokter itu tersenyum, memandang chanyeol lama sekali. Entak kenapa ia tidak menyuai senyum itu sama sekali.

            “Kami sudah melepas alat-alatnya. Membiarkannya bernafas tanpa alat bantu sejenak. Kami tidak bisa melanjutkan pengobatan ini. ia bisa menderita jika kami terus memaksakannya. Maaf kan kami, kami sudah melakukan yang terbaik.”

Itu bukan kata-kata yang ingin ia dengar.

            Kakinya goyah, langkahnya gontai. Ia bahkan sudah tidak yakin apakah kaki nya masih manapak atau tidak. Kepalanya berputar. Ia bahkan tidak mengerti apa yang terjadi. Dokter itu meminta maaf. Hanya itu yang ia tahu.

Perlahan ia meraih gagang pintu dan mendorongnya. Disana terbaring sangri yang terlihat berkali-kali lipat lebih lemah dari yang biasa ia lihat.

            “Sangri ssi?”

Tidak ada respon, perlahan ia mendekati kasur itu. melihat jarum yang menancap ditangannya membuatnya tidak sanggup berdiri. Ia mendekati wajah sangri.

            “sangri ssi? Tidak apa-apa. Aku akan baik-baik saja tanpa sooyeon..” air mata mengalir dari sudut mata nya tanpa ia sadari. Ia meremas kasur, berharap kasur itu bisa membangunkan sangri. “karena itu..kau harus bangun o? kita bisa bercocok tanam di musim panas. Cuaca nya bagus sekali loh.”

Suara mesin mesin itu terdengar menakutkan. Ia takut sekali mendengarkan naik turun alat itu. ia ketakutan sampai ia mampu melemparnya keluar. Tangannya bergetar memegang wajah gadis itu perlahan. “kau seharusnya bilang.”

            “sangri ssi, kau tahu? Aku pergi bertemu denganmu bukan ingin mendengarkan cerita tentang sooyeon. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Jadi bisakah kau bangun, dan melakukannya lagi untukku?”

Air mata mengalir dari sudut mata sangri, mata chanyeol hanya sudah terlalu buram untuk melihat air mata itu. ia hanya sudah terlalu sedih hanya untuk memandang wajah itu. detik detik ia tidak bicara menjadi sangat lama. Sangri bisa merasakan chanyeol.

“chanyeol ssi. Kau baik sekali padaku kamsahamnida. Maaf aku hanya bisa membalas kebaikanmu dengan kebohongan, aku hanya takut kejujuran menyakitimu. Aku tidak ingin melihatmu terluka.

“kau membuat ku ingin sekali hidup. Tapi maaf.. mianhae chanyeol ssi..”

Lalu chanyeol mendengar bunyi statis dari mesin pengukur detak jantung sangri.

            “s..sangri? sangri?” ia melihat garis lurus disana. Dengan cepat ia menghambur keluar memanggil dokter dan suster. Mereka datang, tapi tidak melakukan apapun. Hanya mencopot alat-alat yang tersisa.

            “dokter! Lakukan sesuatu!”

            “kami mencopot alatnya, agar ia bisa tidur dan bernafas dengan tenang.”

            “tapi ia tidak bernafas!!” chanyeol menggoyang-goyangkan tubuh dokter yang tetap tidak bergeming itu. tapi ia tetap tidak melakukan apapun. Ia terjatuh lemas. Ia bahan belum sempat memahami apa yang terjadi saat sangri meninggalkannya. Ia tidak merasa semua yang dialaminya hari itu adalah sesuatu yang nyata. Mungkin saja ia masih tertidur di dorm saat ini atau ia sedang mabuk dan akhirnya tertidur. Tapi terkadang mimpi bisa lebih kejam dari kenyataan. Karena di dalamnya, kita selalu tahu itu mimpi dan kapan kita harus bangun, membuat kita sadar, jika kita tidak bisa bangun, itu di namakan ‘kenyataan’.

 

“sakit apa dia sebenarnya?”

“kau pasti laki-laki yang sering di ceritakan sangri ya? Dia bilang kau artis. Aku kira ia sedang berkhayal. Ahahaha.”

“sakit apa dia?”

“oh ya. salah satu paru-paru nya terinfeksi. Saat kami mengangkat paru parunya, infeksi sudah menyebar. Ia hidup dengan bantuan obat, kami tidak bisa melakukan pengobatan lagi karena itu membuat nya semakin lemah. Dan pengobatan itu membuat nya kadang merasa kesakitan. Tiba-tiba tiga bulan yang lalu keadaannya jatuh menjadi lebih parah dan mungkin karena kesepian ia memutuskan untuk menyerah. Kami bisa mengerti itu.”

“kesepian? Dimana keluarganya? Saudara kembarnya? Kenapa mereka bahkan tidak datang disaat gadis sebaik sangri kesulitan?” air mata chanyeol kembali mengalir.

“chanyeol ssi. Dulu mereka tinggal di sekitar sini tapi sekarang semua keluarganya sudah meninggal. Dan saudara kembarnya, sooyeon, juga sudah meninggal sejak mereka berumur 5 bulan. Jika kau berteman dengan nya cukup lama kau pasti sadar ia memiliki bekas oprasi di dadanya. Dulu mereka kembar siam di dada. Setelah di belah, satu tidak bisa bertahan hidup, dan karena teknologi kami tidak secanggih sekarang, kesalahan terjadi. Kesalahan itu membuat sangri harus mengalami infeksi.”

 

“ini foto gadis gereja itu hyeong?” tanya baekhyun pada foto yang ada di samping kasur chanyeol.

“o~”

“cantik. Siapa namanya?”

“namanya, Lee Sangri.” “dan seharusnya aku sadar lebih cepat..”

       

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet