5 hours

Description

5 hours

 

“You know? In 5 hours maybe no one will built something new. But 5 hours is more than enough to repair the broken one. No one knows.”

 

 

Luhan berjalan menerobos kerumunan dengan masker dan jaket yang ia biasa kenakan. Kakinya melangkah bebas. Air mata menetes dari sudut matanya. Siapa yang peduli. Toh dia bukan artis korea lagi. Ia terus membuka tutup handphonenya seolah menunggu sesuatu muncul di layar. “maafkan aku luhan..” kalimat itu terngiang-ngiang di telinganya. Itu kata maaf paling menyakitkan yang pernah didengarnya.

“Tak bisakah aku punya  kesempatan lain?”

Ia berbisik lirih pada dirinya sendiri. Telapak tangannya membuka dan menutup seolah menggapai sesuatu yang hampir hilang dari sana. Ia memejamkan matanya. Mengingat bagaimana rasanya menggenggam sebuah tangan mungil disana, mengingat bagaimana rasanya dicintai..

 

 

 

“Yeol, kau bilang kau punya sepupu yang akan datang kesini?” tanya luhan kepada chanyeol yang sibuk memilih baju. Ia sendiri juga sedang menentukan pakaian apa yang akan ia gunakan untuk pergi keluar hari ini.

“O~ hari ini aku akan bertemu dengannya hyeong.”

“kau terlihat tegang.” Luhan menyipitkan matanya pada chanyeol yang bertingkah tidak wajar hanya untuk bertemu dengan sepupunya. Tiba-tiba setelah lirikan itu, chanyeol mendudukkan luhan disamping kasur tempatnya memilih baju.

“Hyeong. Bantu aku.”

“apa?” ia terlihat curiga.

“dowajwoyo jebal~”

“yayaya arasseo. Apa? Cepat sebelum aku berubah pikiran.”

Ia tersenyum senang sekali. Menggigit gigit bibirnya gugup.

            “hyeong..aku butuh mempersiapkan sesuatu. Bisa kau jemput dia dari bandara lalu ajak ia berkeliling sampai jam 4 sore. Hanya 5 jam. Ia tiba jam 11 nanti kira-kira.”

Mata luhan membulat.

            “4 sore?! Yah! Kau kira aku pengangguran?”

Chanyeol menggosok-gosokkan tangannya memohon. Memasang wajah meprihatinkan sebaik yang ia bisa. Luhan hanya tertawa kecil sambil mendorong kepala chanyol menyingkir dari hadapannya dengan satu jari.

            “Mwoya?! Yasudah. Yayaya. Kuajak dia berkeliling kalau perlu tak ku bawa pulang ia.”

Chanyol tersenyum memperlihatkan seluluh deretan giginya. Lalu mulai kembali memilih.

            “Jadi aku harus tiba sebelum jam 11 kan? Siapa lagi namanya tadi?”

            “Ririn. Cari saja yang paling cantik diantara semua wanita di bandara.” Senyumnya melebar seiring deskripsi yang ia sebutkan.

            “ooh..cousin-zoned kah?” mata chanyeol membulat tapi ia tersenyum. “ah, arasseo. Tapi yeol..”

            “Apa?”

            “kalau aku jatuh cinta padanya selagi kita berjalan-jalan bagaimana?” mata chanyeol membulat lagi. Kali ini ia tidak tersenyum. menggodanya membuat luhan tertawa terpingkal-pingkal.

            “ber. Can. Da. Aigoo~ yasudah aku berangkat.”

Tapi chanyeol tidak merubah ekspresinya. Seolah benar benar memikirkan kemungkinan itu.

            “Yah! Mana ada manusia bisa jatuh cinta dalam waktu 5 jam saja!”

Itu sedikit membantu, setidaknya perubahan wajahnya menunjukkan semua yang dikatakannya masuk akal.

            “aku berangkat~”

 

 

 

            Suasana bandara sangat padat. Luhan memegang kertas bertuliskan ‘ririn’ sambil menunggu. Menunggu adalah aktifitas yang membosankan. Ia sampai mengganti gaya beberapa kali ririn belum muncul.

            “namanya unik. Apa mungkin ia bukan asli orang korea?”

Saat itu lah ia melihat sekelebat bayangan seseorang yang dikenalnya. Matanya menjadi awas. Wanita itu terlihat mencari seseorang. Luhan reflek menyembunyikan dirinya dibalik tiang terdekat dengan posisinya. “mustahil.”

           

            Ia mengambil handphone nya menghubungi chanyeol. Berharap dugaannya salah.

           

“yeol. Mungkinkah dia bukan orang korea? Dia berasal dari mana? Namanya asing..”

Ia berpura-pura merasa namanya asing, menyembunyikan kepanikannya. Ia mendengarkan chanyeol berbicara. Mulutnya perlahan membuka. Matanya menjadi sayu.

            “o..arasseo~” lalu ia menutupnya perlahan. Ia mengamati wanita itu dengan cermat. Ia tampak menunggu seseorang untuk menjemputnya, bukan, bukan ‘tampak’ ia ‘memang’ menunggu chanyeol. “oh, kau sadar? Iya dia dari china. Jika lebih nyaman memanggil nama chinanya pangil saja qiao fan. Dia tidak punya kontak siapapun di korea. Tolong jaga dia ya?”

Jangankan menjaganya, menunjukkan dirinya saja ia tidak punya keberanian.

Akhirnya wanita itu pergi dari sana. Mungkin pergi untuk mencari kontak seseorang di gedung entertainment chanyeol. Akhirnya ia memutuskan untuk mengikuti wanita itu dari belakang. Setiap wanita itu hendak menoleh, ia menyembunyikan dirinya. Terus begitu sampai mereka sampai disebuah toko roti.

 

Qiaofan mengambil beberapa roti lalu membawanya ke kasir. Saat mengeluarkan dompetnya ia melihat bahwa ia belum mengganti mata uangnya. Ia menepuk keningnya lalu bertanya dengan malu “bisa kubayar dengan uang ini?”

Ia kira ia akan mendapat bentakan tepat diwajahnya. Tapi ternyata kasirnya hanya tersenyum “kau pasti turis ya?” lalu mengambil uang yang disodorkan qiaofan tanpa memarahinya sedikitpun. Ia membawa rotinya dengan senang keluar dari toko itu.

Setelah qiaofan pergi, “kamsahamnida atas pengertiannya.” Luhan muncul dari balik meja, mengambil yen tersebut lalu menggantinya dengan won miliknya. Kasir disana hanya tersenyum pada luhan. 

            “kau pacarnya?”

Luhan sedikit terkejut, lalu reflek menggelengkan kepalanya.

            “terserah lah. Yang jelas ia beruntung sekali memiliki seseorang  disampingnya seperti mu.” Luhan hanya membungkuk sambil berterimakasih. Lalu kembali mengikuti qiaofan.

 

 

            Chanyeol memasak dibantu oleh kyungsoo dan baekhyun. Ia mempersiapkan sesuatu dengan sangat sempurnya. Menuarrow-10x10.png yang sudah ia susun jauh-jauh hari dan kehati-hatiannya memilih bahan makanan. Ia bahkan membeli bunga. Lalu dengan bantuan baekhyun ia mulai mendekor.

            “Maaf kyungsoo aku tidak bisa membantu memasak.” Ia tersenyum lebar.

            “yayaya. Kau hanya akan menghancurkannya. Aku mengerti.” Ia mengucapkan itu tanpa merubah wajahnya. Chanyeol hanya melebarkan senyumnya sambil menggoyang-goyangkan siku DO dengan sikunya.

            “ei..diam! kau mau aku menghancurkannya juga?”

Chanyeol membatu dalam sekejap lalu berjalan ala tentara meninggalkan dapur. berusaha tidak merusak apapun. Lalu ia men teks luhan.

            “Hyeong. Dia sudah denganmu?”

            “O~ aku sedang mengobrol. Jangan menghubungiku. Nanti akan mencurigakan.”

            “ok!”

Ia kembali tersenyum. Lalu mulai bersenandung.

 

 

            Luhan sudah mengikutinya kira-kira 3 jam. Ia bahkan tidak membiarkan satupun daun menyentuh wanita itu. tetap tanpa suara. Perlahan..

Lalu di pinggirjalan ia melihat seseorang yang akan melempar bola dan bola itu punya potensi melukai Qiao fan. Jika ia terus bersembunyi ia tidak akan punya kesempatan menangkap bola itu. tapi jika ia menangkapnya besar kemungkinan Qiaofan akan melihatnya. Ingin rasanya ia menyuruh anak-anak itu pergi bermain bola ditempat lain.

            Tapi ia tidak ingin terlihat dan bola itu tidak akan pernah mendengarkannya..

Ia melompat untuk mengambil bola baseball itu. hampir saja ia tak berhasil. Hampir saja bola itu tergelincir dari tangannya.

            Ternyata ia berhasil menangkapnya. Dan saat itu tepat saat qiaofan membelakanginya. “ia tidak melihat!” buru-buru ia bersembunyi lagi dipohon terdekat setelah melemparkan bola itu kembali ke lapangan. Tanpa sadar kakinya terkilir. Ia merintih tanpa suara karena status nya ‘ sedang sembunyi’ saat itu.

            Dan disaat itulah ia berlari kesuatu tempat. Luhan tidak bisa mengikutinya karena sakit kaki yang luar biasa. Kalaupun ia berhasil terincang pincang kesana, ia tidak akan bisa mengikuti qiaofan. “apakah ia sadar ia diikuti?!” Luhan berusaha bangun dari tempatnya bersandar.

            “A!” lalu ia kembali terjatuh.

            “Ah jebal~ kemana ia pergi..” ia memperhatikan sekitar lalu terduduk lemas karena tidak mendapati ia dimanapun.

 

            Qiaofan berlari sekencang mungkin ke toko roti yang tadi ia datangi. Ia meninggalkan sebuah benda yang sangat berharga disana. Lalu ia menghambur masuk kedalamnya.

            “Permisi. Apa anda melihat sebuah gantungan kunci disini. Sepertinya aku menjatuhkannya.”

Kasir itu menunjukkan sebuah gantungan kunci berbentuk panda kepada qiaofan.

            “ini?”

Ia langsung mengambil gantungan itu dengan serakah dan memelukinya seolah itu adalah satu satu nya hal baik yang tersisa dalam hidupnya.

            “emm..chogiyo..”

            “ye?”

 Kasir itu terlihat akan mengatakan sesuatu. Qiaofan memperhatikan.

            “kau tahu..sebenarnya..tadi bukan berarti kau boleh membayar dengan itu. tapi, umm..”

Qiaofan terlihat sedikit panik. Ia tidak punya uang won jika kasir itu berubah pikiran.

            “seorang pemuda mengatakan aku hanya perlu menerimanya lalu ia akan menukar uang yang kau berikan dengan won.”

Qiaofan tertegun sejenak lalu mulai tersenyum. “chanyeol?”

            “ia bersembunyi, jadi kurasa ia tidak ingin kau tahu. Tapi entah kenapa aku merasa kau harus tahu.”

            “apakah tingginya sekitar ini?”

Ia mengangkat tangannya diatas kepala dan menunjukkan tinggi 185 kepunyaan chanyeol.

            “ani. Dia  jauh lebih pendek. Mungkin kisaran 175. Rambutnya pirang. Wajahnya ramah walau ia tidak banyak tersenyum. Badannya sedikit kecil.”

            “apakah suaranya berat?” ia berfikir keras.

            “berat?”

            “seperti chanyeol exo mungkin?”

Lalu kasir itu tertawa.

            “suaranya tidak berat sama sekali. Malah cenderung lucu.”

Ia mulai melintaskan satu dua nama.

Lalu ia merasa harus berlari kembali secepat yang ia bisa. Dan ia mengikutinya. Ia berlari kencang sekali ke tempat ia sebelumnya singgah. Ia percaya ada satu nama.

 

            Luhan menoleh dengan cemas sambil berusaha berdiri. Pelan pelan ia berjalan masih sambil berpegangan dengan pagar di pinggir jalan. Masih mencari gadis itu. “percuma, jika ia merasa diikuti. Ia pasti takkan kembali.” Ia meyakinkan dirinya sendiri lalu duduk di pagar besi yang tingginya hanya setengah paha luhan.

            “Sedang apa kau?”

Luhan reflek menoleh,

Lalu ia melihat gadis itu disana. Dan ia terjatuh.

            “Whoa! Brak!!”

 

            “mwoya?~ kau yang mengikutiku malah kau yang kaget. Seharusnya aku yang kaget menemukanmu disini.” Luhan menarik nafasnya panjang. Ia berusaha untuk kembali berdiri.

            “tidak usah berdiri. Kakimu sakit kan?”

            “Aku baik-baik saja.” Ia menahan airmatanya untuk tetap disana. Tidak bergerak kemanapun. Lalu  ia mencoba berdiri lagi. Jatuh lagi.

            “sudahlah..”

            “Aku baik-baik saja.”

            “cukup, duduk saja.”

Luhan menepis  tangan itu.

            “Aku baik-baik saja!”

Qiaofan terkejut dengan bentakan tiba-tiba itu. kali ini ia berhasil berdiri. Tapi usahanya menahan airmata sudah gagal.

            “luhan..”

            “aku baik-baik saja..”

Ia memukul-mukulkan kakinya yang terluka pada pagar besi disampingnya.

            “lihat? Aku baik-baik saja. Ini tidak sakit kok.” Airmatanya terus mengalir.

            “bisa kau hentikan?”

Ia terus memukulkannya  ke pagar besi itu.

            “XI LUHAN!!”

Ia benar-benar kesal. Melihat perilakunya yang ke kanak-kanakan itu. tapi mendengar betakan itu luhan hanya tersenyum.

            “Kau…ingin aku mengatakan itu kan?”

Matanya menatap Qiaofan tulus. Ia terlihat..lelah dan tertekan. Bibirnya bergetar menahan tangis. Itu membuat Qiaofan mulai berkaca-kaca. Pengelihatannya buram. Tapi ia merasakan sebuah tangan hangat yang  dirindukannya meraih pundaknya, mendekapnya erat.

            “Sakit...rasanya sakit sekali sampai aku tidak bisa berjalan..”

Ia memejamkan matanya. Membiarkan airmata itu mengalir.

            “kau tahu kan? Aku tidak pandai berbohong..” suaranya yang lirih membuat hatinya teriris. Tak pernah dilihatnya luhan selemah ini.

            “Aku tidak bisa mengatakan aku baik-baik saja ketika aku tidak. Karena itulah aku bersembunyi dan memilih untuk tidak mengatakan apapun.”

Suasana menjadi sunyi. Mungkin beberapa orang menatap mereka. Tapi siapa yang peduli?

            “semuanya salahku. Aku tidak seharusnya membiarkanmu terus menungguku. Jadi salahkan saja aku jika itu yang bisa membuat mu kembali..”

 

 

            Chanyeol terdiam disana. Ia kembali menyembunyikan bunga yang ia bawa. Ia menelan ludah saat dilihatnya ririn mengangguk. Itu pertanda kesempatannya sudah hilang. Melihat mereka tersenyum saling memandang. Melihat luhan menghapus air mata ririn. Sesuatu hancur didalam hatinya. Tapi ia tidak sampai hati menghancurkan kebahagiaan itu. lalu ia membalikkan badannya dan berjalan pulang. Dijalan DO menelfon.

            “o~ kau berhasil men track gps hyeong?”

Ia bahkan sudah sulit bernafas.

            “Ani, aku kehilangan sinyal. Nanti sesampainya aku dirumah kita makan saja  makanannya. Toh sebenarnya kedatangan ririn tidak perlu dirayakan. Aku lapar lagipula.”

Ia menghapus airmata yang tidak bisa  berhenti mengalir. Ia bahkan tidak sanggup menatap kebelakang.

            Sejak awal ia sudah merasa ada yang aneh. Saat luhan mengatakan mungkin Ia akan jatuh cinta pada ririn, entah kenapa, ia mempercayai itu walau ia tahu luhan sedang bercanda. Seolah, ia tahu, luhan akan mengambil gadis itu darinya.

Seharusnya ia tidak pernah membiarkan luhan bertemu gadis itu. seharusnya..

 

“You know? In 5 hours maybe no one will built something new. But 5 hours is more than enough to repair the broken one. No one knows.”

Foreword

“You know? In 5 hours maybe no one will built something new. But 5 hours is more than enough to repair the broken one. No one knows.”

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet