FIRST

CUTE AND LOVELY

Jaejoong berlari menuju ruang makan dari kamarnya di lantai dua dengan senyuman lebar. Ini hari pertamanya di sekolah barunya. Setelah menghabiskan waktu selama 5 tahun di Jepang, akhirnya pemuda berusia 17 tahun itu kembali ke Korea, dan tentu saja dia sangat senang karena dia akan bertemu dengan teman-teman masa kecilnya lagi, yang dia tahu masuk SMA yang sama dengannya. Jaejoong masuk sebagai siswa kelas 2.

 “Wah, anak eomma kelihatan senang sekali hari ini,” ujar sang ibu, seorang namja cantik bermata besar yang sangat menyayanginya meski kadang lidahnya pedas dan tingkahnya eksentrik.

Jaejoong tersenyum dan duduk tenang untuk menikmati sarapannya bersama sang ibu, ayahnya dan Taemin, adiknya.

 “Tentu saja, aku akan bersama dengan Junsu dan Kyuhyun lagi!” ujar Jaejoong senang, menyebutkan dua nama sahabatnya sejak kecil itu, sejak mereka baru bisa mulai berjalan.

 “Yakin hanya merasa senang karena mereka?” tanya sang appa dengan nada menggoda.

Kim Hankyung sebenarnya pria yang tenang dan pendiam, tapi dia kadang tertular sang istri dan senang menggoda kedua anaknya, anak-anak yang sangat dicintainya. Hankyung akan melakukan apa saja untuk keluarganya ini.

 “Appa…” rengek Jaejoong dengan wajah tersipu malu, membuat wajah cantiknya bersemu merah.

Jaejoong dan sang adik mewarisi wajah sang eomma, cenderung cantik untuk ukuran pria, dengan mata besar, hidung mancung dan bibir berwarna pink alami. Meski terlihat agak feminine, mereka memiliki badan yang cukup kuat dan dibekali ilmu beladiri yang bagus, tentu saja agar mereka bisa melindungi diri sendiri, karena status mereka sebagai putra dari seorang Kim Hankyung, CEO Kim Corp, satu dari tiga perusahaan besar di negeri ginseng ini. Selain itu, dengan penampilan mereka yang seperti itu membuat banyak pemuda yang tertarik pada mereka, dari yang menggunakan cara halus, hingga yang menggunakan cara agak kasar.

“Yang paling utama kan bisa bareng kakak ipar,” ujar Taemin, ikut menggoda sang kakak tercinta.

“Taeminnie, kakak iparmu kan berbeda gedung, jadi ya gak bisa tiap hari juga bertemu,” ujar Jaejoong, agak merengut.

“Hyung pikir aku ga kenal kakak ipar? Dia akan melakukan apapun agar bisa ketemu hyung tiap hari, biarpun habis dari kampus dia harus ke kantornya, tetap saja dia akan punya waktu buat bertemu hyung,” ujar Taemin, tertawa ringan.

 “Iyalah, pria posesif macam suamimu itu pasti akan punya seribu alasan buat bertemu kamu tiap hari,” ujar Heechul, eomma kedua Kim itu, terkekeh geli.

“Tapi aku heran, kenapa sih mereka tidak tinggal satu rumah saja,” tanya Taemin.

“Soalnya hyungmu ini masih SMA, belum boleh hamil,” ujar Heechul.

“Apa hubungannya?” tanya Taemin, bingung.

“Bukan gitu, aku belum mau pisah dari eomma!” tepis Jaejoong dengan wajah memerah.

“Lha, terus kenapa kamu ga sabar buat menikah dengan suamimu itu?” goda Heechul.

“Bukan aku yang mendesak kok!” protes Jaejoong, tak terima.

Heechul dan sang suami hanya tertawa, tentu saja mereka tahu persis bukan Jaejoong yang mendesak untuk segera menikah, melainkan suami dan kedua mertuanya itu yang ingin segera mengikat namja cantik itu dalam ikatan pernikahan. Hankyung yang memberi syarat bahwa anaknya bisa menikah tapi belum boleh hamil, makanya mereka masih tinggal terpisah, meski sebenarnya agak percuma juga karena sang suami punya banyak cara untuk bisa menjalin hubungan intim dengan Jaejoong, dan keluargapun tidak bisa melarang karena mereka toh memang sudah resmi menikah.

“Ya sudah, sana sekolah, nanti kalian kesiangan,” ujar Heechul.

Taemin saat ini duduk di kelas 3 SMP. Mereka sekolah di yayasan yang sama milik keluarga Shim, salah satu keluarga terkaya di Korea Selatan.

“Kami pergi eomma,” ujar Jaejoong, seraya mengajak sang adik untuk cepat.

“Hati-hati, Joongie, baby, jangan terlalu terkejut nanti ya!’ ujar Heechul, mengedipkan sebelah matanya pada sang anak.

“Memang ada apa?” tanya Jaejoong, bingung.

“Jangan terlalu terkejut kalau kamu akan jadi yang paling cantik di sekolah,” ujar sang eomma, membuat kedua anaknya memutar bola matanya.

Tentu saja hal itu bukan hal yang baru bagi kedua Kim bersaudara itu, meski mereka tak mau mengakuinya, hanya orang-orang tertentu yang boleh memanggil mereka dengan sebutan gadis. Hey, walaupun mereka uke, mereka tetap namja kan?!

Jaejoong membawa mobil. Mobil sederhana, bukan mobil sport yang biasa dimiliki pemuda kaya sepertinya, karena dia dan adiknya dididik untuk tetap hidup sederhana. Mereka masih berbagi mobil yang sama, mobil simple buatan dalam negeri, meski orang tua mereka mampu membelikan mereka masing-masing mobil sport mahal. Mereka menggunakan mobil pun karena jarak rumah mereka cukup jauh dari sekolah, meski mereka berdua lebih suka bersepeda sebenarnya.

“Taeminnie, apa kamu tahu apa yang dimaksud eomma barusan?” tanya Jaejoong, yang merasa ada yang aneh dengan ibu mereka.

“Hyung, sudah berapa lama hyung kenal eomma?” tanya Taemin, membuat sang kakak memutar bola mata.

“Pertanyaan kamu aneh,” ujar Jaejoong.

“Kan hyung tahu eomma suka aneh, mungkin ini hanya satu dari keanehannya,” ujar Taemin.

“Iya sih, mungkin. Ah, biar aja deh, oh ya, Minho tahun ini masuk SMA kan? Waah, kasihan ga bisa bareng terus dong! Tapi tenang, hyung akan pastikan dia menjaga matanya!” ujar Jaejoong, membulatkan tekad.

“Kami kan masih bisa makan di kantin bersama, aku percaya my Minho kok,” ujar Taemin, yakin.

“Harus! Mengingat kerasnya usaha dia mendapatkan kamu,” ujar Jaejoong.

“Ya, seperti kakak ipar yang sangaaat gigih!” ujar Taemin dengan nada menggoda.

“Iya dong, kita kan bukan uke murahan! Mereka harus berusaha keras untuk mendapatkan kita!” ujar Jaejoong.

“Setuju!”

Kedua uke itu saat ini terlihat berbulat tekad, tanpa menyadari betapa imut wajah mereka saat ini, dengan bibir pink mengerucut, pipi agak menggembung dan mata berbinar indah. Untung mereka ada di dalam mobil dengan kaca cukup gelap membuat siapapun tak bisa melihat mereka. Terima kasih untuk suami Jaejoong yang meminta mereka memakai kaca gelap seperti itu agar tidak ada yang bisa menikmati wajah imut mereka seenaknya, terutama wajah imut Jaejoong pastinya.

***

Setibanya di sekolah, mereka berdua berjalan menuju gedung berbeda. Jaejoong menuju ruang kepala sekolah, mengetuknya dan masuk ketika dipersilahkan masuk.

“Changmin hyung!” teriak Jaejoong dengan gembira pada sang kepala sekolah, membuat pria tampan berusia 26 tahun itu menggelengkan kepala.

“Joongie, ini di sekolah, masa kamu memanggilku hyung?”

“Kan hyung memang hyung-ku!”

Shim Changmin, anak bungsu keluarga Shim yang genius itu memilih menjadi kepala sekolah bagian SMA di Shim Academy ini. Sementara pimpinan akademi ini adalah sang ibu, Shim Mina. Itupun baru dijalankannya sejak tahun lalu, karena suatu alasan tertentu yang hanya keluarga dan kerabat dekatnya yang tahu.

Keluarga Shim dan keluarga Jaejoong berteman akrab dan Jaejoong sudah mengenal Changmin sejak kecil, dan dia selalu memanggilnya Minnie hyung. Hanya saja mengingat ini di sekolah dia memanggilnya Changmin hyung, meski seharusnya dia memanggilnya dengan sebutan lebih formal.

“Aish, ya sudahlah, terserah kamu, dibanding aku diamuk beruang kalau kamu merajuk!” ujar Changmin, menyerah.

“Jangan lupa satu evil, hyung!” ujar Jaejoong dengan mata berbinar indah dan memeletkan lidah.

“Yup! Bear and evil! Ya sudah, ini jadwal pelajaranmu dan lokasi kelasmu, bisa cari sendiri kan?”

“Bisa, aku kan pernah kesini juga saat liburan sekolah tahun lalu, makasih hyung!”

Jaejoong kemudian keluar ruangan diikuti gelengan kepala Changmin melihat tingkah pemuda imut itu.

“Bear menyeramkan itu terlalu memanjakan gajah cantiknya!’ gerutu Changmin., meski dia tak bisa benar-benar marah karena dirinya pun tak jauh beda.

***

Jaejoong tiba di kelasnya dan dia mengetuk pintu kelasnya. Dia mendengar suara guru perempuan.

“Ah, kamu murid baru itu ya?” tanya sang guru.

“Benar, saya Kim Jaejoong, miss,” ujar Jaejoong, ramah.

“Selamat datang, aku miss Kang Hyejin, ayo masuk.”

Guru perempuan bernama Kang Hyejin itu ternyata guru bahasa Inggris mereka yang menggantikan sementara wali kelas kelas Jaejoong yang baru diganti dan penggantinya belum datang.

Jaejoong memperkenalkan diri dan betapa senangnya dia saat bisa duduk disebelah sahabatnya sejak kecil, Kim Junsu.

“Selamat datang kembali, hyung,” ujar Junsu yang lebih muda 9 bulan darinya itu. Junsu juga sepupunya, karena ibu Junsu adalah adik Heechul.

“Terima kasih Suie, o ya, Kyu dimana?”

“Kyu di kelas sebelah,” ujar Junsu.

KyuHyun adalah sahabat mereka sejak TK. Usia Kyuhyun sebenarnya lebih muda setahun daripada mereka, tapi dia sempat lompat kelas, makanya mereka berada di satu tingkat sekarang. Sebenarnya Kyuhyun bisa lompat dua kali, tapi dia memang ingin bareng dengan kedua sahabatnya itu.

Diantara ketiganya, Jaejoong terkenal paling cantik dan manja, sementara Junsu paling imut dan berisik, dan Kyuhyun paling jahil. Ketiganya termasuk namja dalam kategori cantik.

“Wah, sayang sekali dia tidak sekelas ya,” ujar Jaejoong, mempoutkan bibirnya imut, membuat beberapa orang murid pria teman sekelasnya merasa gemas sekali, dan banyak murid wanita di kelasnya menggigit bibir merasa kalah cantik.

Sebelum mereka bisa bicara lebih lanjut lagi, terdengar pintu ruang kelas itu diketuk kembali. Miss Hyejin membukakan pintu, dan ternyata sang kepala sekolah yang datang.

“Selamat pagi anak-anak, saya akan memperkenalkan wali kelas baru pengganti Mr. Yoo yang baru saja diangkat menjadi wakil kepala sekolah, silahkan masuk,” ujar Changmin.

Seorang pria tampan bertubuh tinggi, lebih pendek sekitar 2cm dibanding Changmin yang 186cm masuk. Ruangan kelas langsung heboh. Para murid gadis menjerit genit karena senang, sementara para murid pria sebagian besar mengeluh kesal. Mereka semua mengenal pria yang baru masuk itu. Siapa juga yang tidak mengenal dia, hanya saja mereka agak heran kenapa pria muda itu memilih menjadi wali kelas mereka, sementara dia adalah dosen di Shim University. Tak mungkin pria dengan prestasi tinggi diturunkan pangkatnya kan?

Jaejoong menatap pria yang baru masuk itu melongo, sedangkan Junsu melirik sahabatnya dengan tatapan aneh.

“YOU!!” teriak Jaejoong sambil berdiri dan menunjuk sang wali kelas baru membuat semua orang terkejut, termasuk Changmin dan wali kelas baru itu.

“Kim Jaejoong ssi, aku yakin kamu tidak boleh bersikap seperti itu pada wali kelasmu,” ujar Changmin, tersenyum miring.

Jaejoong kemudian tersadar dia ada dimana, kemudian dia duduk kembali dengan wajah memerah sekali.

“Murid baru kurang ajar,” bisik beberapa murid perempuan yang sebenarnya mengatakan itu didasari rasa iri mereka saja.

“Maaf,” ujar Jaejoong, lirih, yang tentu saja tak terdengar ke depan.

Ketiga orang guru tentu saja mengerti tentang penyesalannya, tetapi sang wali kelas baru rupanya merasa tak suka dengan sikapnya barusan, maka ketika mereka sudah saling berkenalan resmi Jaejoong diminta keluar kelas sampai setelah istirahat.

Jaejoong untuk sesaat tertegun, tapi kemudian dia memutuskan menurut, tapi sebelum keluar matanya sempat menatap tajam dan kesal pada sang wali kelas yang tenang-tenang saja melihat kemarahannya itu.

Junsu yang melihat semua itu hanya bisa menggelengkan kepala. Sahabatnya itu berhasil membuat kasus di hari pertamanya disini. Ya ampun.

***

Jam istirahat. Sang wali kelas baru bernama Jung Yunho itu melarang Jaejoong makan siang di kantin dan hanya meminta Junsu memberinya sekotak susu coklat yang sangat dibenci Jaejoong, karena dia lebih suka yang vanilla.

Jaejoong memilih tidak meminumnya. Dia masuk kelas dan terus diam sepanjang pelajaran sampai saatnya pulang. Ketika Yunho meminta dia menemuinya di ruang guru, Jaejoong memilih langsung pulang saja, meminta Minho, tunangan Taemin untuk mengantar adiknya itu pulang.

Ketika Yunho mengetahui hal itu dari Taemin dia langsung mengambil teleponnya dan menelepon seseorang.

Telepon yang anda tuju sedang diluar jangkauan

Sudah sepuluh kali Yunho menelepon nomor itu dan sepuluh kali juga dia harus mendengar rekaman itu. Membuat wajahnya menjadi campuran kesal dan gelisah.

“Min, aku pulang dulu ya!” ujar Yunho pada Changmin. Saat itu dia memang sedang berada di ruangan Changmin.

Sebelum Changmin sempat menjawab, Yunho sudah keluar ruangan itu dan menutup pintu kayu berat itu dengan agak keras membuat suara gedebum yang cukup mengagetkan.

“Yup! Yang menghukum malah akan dihukum!” ujar Changmin, tidak pada siapapun, hanya menyengir sendiri.

Sementara itu di sebuah kamar di sebuah mansion besar, seseorang sedang asyik memukuli teddy bear besar dengan gulingnya.

“Kamu menyebalkan!!! Jahat!!! WAAAHHHH!!!!”

Suaranya itu terdengar bahkan sampai ke lantai bawah, tetapi tak ada seorangpun yang menanggapi, para maid hanya tersenyum kecil saja, sementara sang nyonya rumah menyesap tehnya sambil menemani mulutnya mengunyah kue kering yang ada di hadapannya bersama sang tamu yang sudah datang sejak saat makan siang tadi.

Sang tamu bertanya kenapa nyonya rumah tidak berusaha melihat apa yang terjadi di lantai atas. Sang nyonya rumah hanya tersenyum sinis.

“Kalau anakku masih terus menangis, aku tahu harus menghajar siapa, tenang saja,” ujar sang tuan rumah membuat sang tamu agak ngeri karena melihat mata bulat besar itu berkilat berbahaya.

Ketika kemudian terdengar bunyi bel, seorang maid beranjak membukakan pintu, dan kedua orang yang sedang menikmati teh itu mendengar langkah bergegas menuju lantai atas.

Kedua orang itu bertatapan sejenak dan menggelengkan kepala, tapi tetap asyik dengan nyamikan mereka, bahkan saat didengarnya suara gedoran pintu di lantai atas.

“Sudah aku bilang tak akan berhasil baik, kalian tidak percaya! Dasar!”

“Usaha kan gak salah, Chullie ah!”

“Terserah, pokoknya kalau sampai my baby mogok makan malam, lihat saja apa yang bisa kulakukan pada beruang ert itu!”

Mereka kemudian mendengar suara langkah berlari turun dan menghampiri mereka.

“Chullie eomma, boleh aku minta kunci duplikat?”

“Bagus kamu masih nyari kunci duplikat dan tidak memutuskan mendobrak pintunya! Itu pintu baru dua tahun umurnya,” ujar sang tuan rumah yang lalu mengeluarkan kunci yang memang sudah disiapkannya sejak tadi.

“Terima kasih Chullie eomma, eomma, aku naik lagi!”

Pria itu kemudian berlari naik lagi. Kedua eomma meneruskan kegiatannya, para maid pun memutuskan meneruskan pekerjaan mereka dan menyerahkan urusan di lantai atas pada orang yang memang kompeten mengurusnya. Mereka tinggal menunggu hasilnya saja. Seperti biasa.

###

a/n : chapter satu...maaf kalau boring ^^

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
nanajunsu
#1
Chapter 2: Yunho ert tp joongie suka lol

Dtunggu karya2 qm selanjutnya :)
nanajunsu
#2
Chapter 1: Joongie ngambek dah tuh
Kira2 yunho bs ngebujuk jj g yaa XD
Krsobsessions #3
Chapter 2: jj kenapa sih kamu imut bgt :3
kasian kamu dapetmya om om. padahal kamu bisa dapet yang lbh muda :p
momo_chan
#4
Chapter 2: yaaaaaah..... udahaaan......????
maooo lagiii dooonk....kekekkekekeeee
its cute....