Chapter 2

CANDY JELLY LOVE

CHAPTER 2

 

Kami telah berada di depan pagar sekolah. Kami melihat beberapa siswa yang terkena hukuman karena bermacam – macam alasan. Aku dan Jinyoung berlalu menuju kelas. Aku menaruh tasku di dalam loker yang berada di belakang kelas dan hanya membawa buku sejarah sebagai pelajaran pertama hari ini.

“Ya! Kim Young Ri..”

Ada sebuah suara yang membuatku mendongak ke atas. Ternyata suara itu adalah suara Yein.

“Ya? Ada apa?”

“Bagaimana ini tugas kelompok kita?”

“Ah.. tugas sains itu? Aduh.. nanti kita bicarakan saat kita pulang sekolah. Oke?”

Ku berikan dia wink sebagai bonus, namun dia berlalu sambil menggelengkan kepalanya.

Aku tidak terlalu hebat dalam ilmu sains. Tapi aku mempunyai keinginan, yaitu mengembangkan energi nuklir sebagai pembangkit listrik. Ide yang terlalu brilian untuk anak yang tidak terlalu pintar sepertiku.

“Jinyoung, sepulang sekolah mari kita main game.” Aku berbisik ke Jinyoung yang duduk di sebelahku.

“Ah kau ini. Tadi kau tidak lihat Yein sudah memperingatkanmu tentang tugas.”

“Ayolah, Cuma 1 sampai 2 jam saja. Aku bisa mengerjakan itu malam hari di perpustakaan umum.”

“Yah.. apa boleh buat kalau kau maunya begitu.”

Aku tersenyum dan membelai rambut Jinyoung. “Kau memang sahabatku.”

Dia tersenyum dan tak protes oleh kelakuanku.

Bel berbunyi dan para siswa telah duduk rapi di kursi mereka masing – masing. Beberapa menit kemudian pak guru masuk.

Kali ini pak guru menerangkan tentang perang dunia kedua. Beberapa orang merasa bahwa pelajaran sejarah tidaklah penting. Namun bagiku itu penting karena sejarah adalah awal mula dimana kita berada sekarang. Apa yang telah diperbuat oleh pendahulu kita sehingga kita bisa menikmatinya pada hari ini. Semua ini bukanlah hadiah, tetapi hasil dari perjuangan pendahulu – pendahulu kita.

 

Dan yang ditunggu, bel istirahat berbunyi. Para siswa seakan kompak keluar kelas. Aku dan Jinyoung pergi ke kantin. Di sana kami bertemu Dongwoo, Hoya, Woohyun. Aku dan Jinyoung bergabung dengan mereka. Walaupun kami beda kelas tapi kami berteman karena ekskul sepakbola. Dan Hoya adalah kapten kami. Hoya terus berbicara tentang kompetisi yang akan kami ikuti. Kompetisi nasional antar sekolah. Aku mendengarkan Hoya, namun pandanganku memandang ke arah lain. Aku memandang sesuatu yang asing bagiku. Aku menyenggol lengan Jinyoung yang sedang asik menyeruput banana milk-nya.

“Eh, kau tau gadis itu?” aku mengarahkan kepala Jinyoung ke arah seberang meja kami.

Dia melototi gadis itu sejenak dan kemudian menjawab. “Oh.. itu.. aku tak tahu.”

“Sialan kau!.” Aku kesal.

Tiba – tiba Dongwoo berkata. “Itu anak pindahan. Dia sekelas denganku dan Hoya. Namanya...” Dongwoo berfikir sejenak.

“Kei. Kim Kei.” Hoya menjawab.

“Ya! Benar. Pindahan dari Jepang.” Dongwoo melanjutkan.

“Kenapa? Kau suka padanya?” tanya Woohyun.

“Yang benar saja. Aku cuma merasa asing saja.” Sangkalku.

Aku terus memandang ke arah seberang dan teman – temanku ini masih sibuk membicarakan kompetisi. Seakan aku berada di duniaku sendiri dan tak menghiraukan mereka. Kei (begitulah namanya, kata mereka.) sedang duduk bersama seorang temannya. Mereka sedang asik tertawa kecil. Kei pun seakan sadar bahwa aku memandangnya, dia melihat ke arahku dan secepat kilat aku membuang muka dan berpura – pura mendengarkan diskusi sepakbola ini.

Pulang sekolah aku janji bertemu dengan Yein di dekat pagar sekolah. Yein sebenernya menyuruh bertemu di bangku penonton lapangan basket. Aku menolaknya karena takut akan terjadi gosip murahan.

“Nanti malam jangan lupa ke perpustakaan ya. Awas kau tidak datang, nanti aku jitak kau. Jam 7 harus sudah di sana. On time.” Ancam Yein.

“Iya.. iya.. aku pasti datang.”

Mataku lagi – lagi menangkap sosok Kei. Dia berada di samping jalan dan sepertinya dijemput oleh sebuah sedan hitam.

“Hey Young Ri, apakah kau mendengarkanku?” Yein tampak kesal.

“Iya, aku mendengarkanmu. Sampai jumpa di perpustakaan ya.”

Aku tiba – tiba meninggalkan Yein, melambaikan tangan ke arahnya dan secepatnya menuju halte bis karena aku melihat tadi temannya Kei menuju ke halte bis. Kebeteluan aku juga menuju ke sana. Aku berlari menuju halte. Dan setelah sampai aku terengah – engah. Aku memegang kedua lututku. Aku melihat teman Kei itu sedang duduk sendiri. Aku mengumpulkan keberanian dan duduk di sampingnya.

“Annyeonghaseyo.” Aku memberi salam ke arahnya.

“Annyeonghaseyo.” Dia menjawab dengan senyuman.

“Benarkah kau sekelas dengan Hoya?”

“Iya benar.”jawabnya singkat.

“Dan kau juga.... te-temannya Kei?” Aku sedikit tergagap.

“Iya, kau kenal dia? Padahal dia murid baru di sekolah kita.”dia sedikit heran.

“Bukan, aku cuma melihatnya hari ini. Sepertinya dia anaknya asik.”

Jawaban macam apa itu? Asik? Adakah kata – kata yang lain?

“Jangan – jangan kau...”

Kata- katanya terpotong karena bus telah datang dan kami bergegas masuk. Aku mencoba duduk di sampingnya tapi gagal. Bus terlalu penuh dan aku pun berdiri sedangkan dia duduk. Aku ingin melanjutkan obrolan tapi apalah daya tangan tak sampai. Setelah halte kedua, teman Kei itu turun dan melemparkan senyum ke arahku. Aku membalasnya.

Aku turun di halte berikutnya dan melihat Jinyoung berdiri di depan PC room. Dia terlihat gusar.

“Hey, kemana saja kau?”

“Maaf Jinyoung, tadi Yein menceramahiku lama sekali.”

“Dan kau tidak mengecek ponselmu?”

Aku mengeluarkan ponselku dari tas dan tak disangka ada 5 missed call dan 5 pesan. Aku pun buru – buru minta maaf ke Jinyoung.

“Tadi aku memakai mode silent, maafkan aku.”

“Baiklah, aku maafkan. Tapi traktir aku main game ya?”                          

“Of course, kan aku yang mengajakmu.”

“Sip!.”diacungkannya jempol ke arahku.

Setalah dua jam bermain dan dikeranakan ibuku telah menelpon. Kami akhirnya menyelesaikan kan permainan kami. Aku dan Jinyoung berpisah di halte kami berhenti karena aku harus ke barat dan dia harus ke timur.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet