New School, New Friends

First Love

Hari berganti malam, jarum jam sudah menunjukkan pukul 7, tapi gadis berambut cokelat itu tak kunjung bangun dari tidurnya, sepertinya ia benar-benar kelelahan, sampai-sampai dia tidk mendengar keributan kecil yang dibuat Soyeon saat membenahi barang-barangnya

"Sudah jam segini, tapi dia belum bangun", Soyeon mendecak pelan, "Haruskah aku membangunkannya?"

Soyeon mendekati gadis itu, ia menepuk-nepuk bahunya perlahan, "Bangunlah, sudah malam", ucap Soyeon pelan, namun gadis itu malah menggumam tidak karuan dan kembali mendengkur, sekarang Soyeon mengguncangkan bahunya, sedikit lebih keras, "Ya, bangunlah. Ayo kita makan malam". Gadis itu tetap tidak mau membuka matanya, Soyeon mencoba membangunkannya hingga kesabarannya habis, "Ya! Ppali ireona! Aaah jinjja!", teriaknya kesal.

Akhirnya gadis itu terbangun, ia mengerjap beberapa kali lalu menatap Soyeon yang ada di sebelahnya, "Ya, berisik sekali sih. Dasar kampungan!", ucap gadis itu dengan suara parau.

Kalimat gadis itu sukses menusuk jantung Soyeon, ia menganga, masih tidak percaya dengan apa yang barusan didengarnya. Soyeon mengigit bibir bawahnya, berusaha keras agar tidak meluapkan kekesalannya begitu saja, "Ini sudah malam, kau tidak lapar?", Soyeon bertanya dengan nada semanis mungkin

"Dasar kampungan, perut saja yang dipikirkan", jawab gadis itu dengan mata yang masih tertutup

"Kalau begitu, bereskan barang-barangmu dulu"

"Itu urusanku, apa pedulimu?"

'Cih, gadis ini menyebalkan!', batin Soyeon kesal, "Terserah kau saja!", Soyeon segera keluar dari kamar dan membanting pintunya.

Gadis berambut cokelat itu mendengus melihat tingkah Soyeon, ia bangun dari tidurnya dan mulai membenahi barang-batang yang masih ada di kopernya.

 

 

--

 

 

Soyeon menuangkan sup ke mangkuknya dengan perasaan kesal, ia masih teringat dengan kejadian tadi. 'Apa salahnya peduli pada teman sekamar? Heol, dia memang menyebalkan!', Soyeon terus mengomel dalam hati sambil membawa nampan berisi makan malamnya ke meja yang kosong. Soyeon menghempaskan dirinya di kursi yang terbuat dari kayu itu, ia mulai mengambil sendoknya dan menyuapkan nasi kedalam mulutnya, sambil mengunyah, Soyeon mengamati cafetaria tempatnya makan sekarang. Tempat itu cukup luas dan tinggi sehingga udara masih bisa bergerak dengan bebas walaupun tempat ini dipenuhi orang-orang, dindingnya terbuat dari batu bata yang disusun rapi, jendela-jendelanya pun cukup besar, lantainya terbuat dari kayu berwarna cokelat gelap, senada dengan warna meja dan kursi yang berada di sana.

Kini Soyeon mengaduk sambil meniupi supnya agar tidak terlalu panas di mulutnya, 'Hmm, lezat juga. Tapi masih lebih enak buatan eomma'. Masih berkonsentrasi pada makannya, Soyeon sampai tak menyadari bahwa seseorang kini duduk di depannya, "Supnya enak sekali ya?", tanya orang itu. Refleks Soyeon mengangkat kepalanya dari sup ke sumber suara, ia tersenyum canggung, "Eh.. Lu-lumayan", jawabnya terbata-bata

"Ngomong-ngomong, aku Lee Hongbin, kelas satu", laki-laki bernama Lee Hongbin itu memperkenalkan diri sesaat sebelum memulai aktivitas makan malamnya. 

"Aku juga kelas satu, aku Park Soyeon", ia memperhatikan laki-laki yang sedang makan itu

Mendengar bahwa Soyeon juga kelas satu, Hongbin tersenyum senang, "Jinjja? Kelas apa?"

"Eeeh, kelas A"

"Uwaaaah! Kita sekelas!", seru Hongbin semangat, ia bahkan tidak sadar bahwa beberapa butir nasi melompat keluar dari mulutnya yang terisi penuh oleh makanan.

Soyeon tertawa puas melihat reaksi teman barunya itu, "Kosongkan dulu mulutmu, baru bicara. Nasinya muncrat tuh"

"Ppfftt, mian", Hongbin menunjukkan cengirannya

 

 

--

 

 

Setelah menghabiskan makanan mereka, Hakyeon segera kembali ke asramanya sedangkan Soyeon masih duduk di tempatnya, ia menunggu seseorang tapi orang itu tak kunjung datang, Soyeon menghela nafas dan mengambil 2 bungkus roti dan jus apel yang sudah disediakan, membawanya kembali ke kamarnya.

Sesampainya di depan kamar, Soyeon tidak langsung masuk, pintunya kamarnya terbuka sedikit, 'Apa dia masih ada di dalam?', Soyeon mengintip dari celah pintu yang terbuka, benar saja, gadis itu masih ada di kamarnya, sedang sibuk mengatur barang-barang miliknya. Soyeon masuk tanpa mengetuk, "Lagi beres-beres ya?", tanyanya mencoba basa-basi.

Namun gadis itu tidak memberikan jawaban, dia masih sibuk meletakkan baju-bajunya di lemari. Soyeon mengangkat bahunya, ia kembali ke kasurnya dan memperhatikan gadis yang sedang beres-beres itu.

Begitu selesai, gadis itu menaruh kopernya disebelah lemari. Ia kembali ke kasurnya, memainkan ponsel. Soyeon menopang kepalanya dengan satu tangan, "Hei, tidak lapar?"

"Tidak", jawab gadis itu dingin, tetap fokus pada ponselnya. Meskipun mulutnya mengatakan tidak, tapi perut tidak bisa berbohong, 'Kruuuuuuk~', perutnya berbunyi cukup keras, sontak gadis itu memegangi perutnya sambil menahan malu.

Soyeon berusaha keras menahan tawanya, ia menutupi wajahnya dengan bantal

"Tak perlu ditahan, tertawa saja", kata gadis itu saat melihat Soyeon yang berusaha menahan tawa.

Soyeon menghirup udara sebanyak mungkin, mencoba untuk tidak tertawa lagi, "Sudah kuduga ini akan terjadi", Soyeon mengeluarkan 2 bungkus roti dan jus apel yang sengaja ia bawa tadi. Ia melemparkan roti dan jus itu pada gadis yang tidur berseberangan dengannya, otomatis gadis itu menangkap makanan pemberian Soyeon, "Terima kasih..", sahutnya pelan sambil membuka bungkus roti.

"Kalau lapar, tak perlu ditahan", Soyeon mengamati gadis itu, "Eh iya, namamu siapa?"

Gadis itu menelan roti dimulutnya sebelum bicara, "Naeun, Son Naeun"

Soyeon mengangguk mengerti, "Aku Park Soyeon. Kau kelas apa?", lanjutnya lagi

"Kelas A"

Bibir Soyeon membentuk huruf O, "Aku juga! Nanti kita sebangku yuk!", ajaknya semangat

Naeun mengangguk singkat, membuat Soyeon tersenyum lebar

"Bohong, aku tidak mau sebangku denganmu", Naeun melanjutkan kata-katanya dengan sinis

"Eeeh? Kok begitu? Duduklah dnganku", Soyeon langsung melompat ke kasur Naeun, memeluki gadis itu sambil memasang ekspresi memelas.

Melihat wajah Soyeon, Naeun tersenyum geli, "Baiklah, kalau kau memaksa"

 

 

--

 

 

Keeseokan Harinya

Lagu Atlantis Princess - Boa terdengar dari ponsel Soyeon, ia memang memakai lagu itu sebagai alarmnya, dengan sigap Soyeon meraih ponsel yang terletak di meja di sebelah tempat tidurnya dan mematikan alarmnya. 

"Heol, sudah jam 5 pagi?", ucapnya dengan suara khas bangun tidurnya. Soyeon mengucek matanya dan berusaha untuk duduk, ia melirik Naeun yang masih tertidur pulas diseberang sana. "Naeun.. Ya Son Naeun..", serunya parau sambil menggaruk tengkuknya, sesekali menguap "Bangunlah, kita sekolah.. Hoaaahmm", namun Naeun tidak menunjukkan reaksi sama sekali, Soyeon beranjak ke tempat Naeun dengan mata setengah terpejam, ia menggoyang-goyangkan bahu Naeun, mencoba membangunkan gadis itu. 

"Mmm.. 10 menit lagi eomma..", Naeun menepis tangan Soyeon yang mengganggunya, Soyeon baru bangun tidur, jelas saja kesadarannya masih berterbangan kesana kemari, jadi ia hanya menggoyang-goyangkan tubuh Naeun terus menerus tanpa mengomel ini-itu.

Setelah usahanya selama 5 menit, akhirnya Naeun bangun juga. Naeun duduk di kasurnya dengan mata masih tertutup rapat, Soyeon yang kesadarannya sudah terkumpul sekitar 75% segera pergi ke kamar mandi untuk menggosok gigi dan mencuci muka, bersiap untuk sekolah

 

 

--

 

 

Waktu menunjukkan pukul 06.15, sekolah dimulai pukul 7 tepat, jadi Soyeon dan Naeun punya banyak waktu untuk sarapan dengan tenang.

Mereka berdua berjalan keluar dari cafetaria menuju kelas sambil mengobrol, setelah kejadian semalam, mereka jadi cukup dekat satu sama lain.

"Jadi, kita akan duduk dimana? Depan? Belakang?", tanya Soyeon sambil menggigit roti isinya

Naeun menunjuk kepalanya, "Tergantung ini" 

Soyeon menatap Naeun bingung, "Maksudnya? Ukuran kepala jadi penentunya?", tanya Soyeon polos

Naeun menghela nafas, dia baru tahu kalau Soyeon seperti ini. Ia menyeruput susu strawberrynya sebelum melanjutkan, "Kalau kau pintar, duduklah di depan. Kalau kau bodoh-"

"Duduklah di belakang!", Soyeon menjawab cepat

Naeun mengelus-elus kepala Soyeon, "Nah! Pintar sekali uri Soyeonie. Jadi sudah pasti kita duduk di belakang"

"Loh? Kok dibelakang? Kita kan pintar"

"Iya, kau pintar. Tapi lebih pintar anak SD", Naeun menjulurkan lidahnya.

Soyeon pokerface

Mereka berdua sampai di kelas A, Naeun membuka pintunya dan masuk disusul oleh Soyeon, "Annyeong!", sahut mereka serempak dan disambut hangat oleh para penghuni kelas, beberapa bahkan melambaikan tangan mereka, salah satunya Hongbin. Soyeon tersenyum dan membalas lambaian Hongbin dengan semangat.

Naeun segera menghampiri bagian belakang kelas, "Apa disini kosong?", tanyanya dengan suara agak keras agar semua bisa mendengar.

"Bagian belakang sudah penuh. Kau terlambat", sahut perempuan dengan name tag bertuliskan 'Kim Hyun A'. Naeun mendecak kesal, pilihan satu-satunya adalah meja paling depan yang berhadapan langsung dengan papan tulis.

Soyeon menepuk bahu Naeun, "Tenang saja, aku kan pintar. Percaya padaku", Soyeon memasang tampang yakin yang menurut Naeun tampang konyol

Kini giliran Naeun yang pokerface

 

 

--

 

 

Sekolah pun dimulai, sambil menunggu guru yang masuk, Soyeon dan Naeun kembali mengobrol

"Wali kelas kita siapa ya?", tanya Naeun sambil memainkan pulpennya

Soyeon yang sejak tadi hanya melihat ke arah pintu masuk akhirnya menoleh ke Naeun, "Molla, kuharap perempuan"

"Laki-laki saja, lebih baik kalau dia tampan dan masih muda", timpal seseorang dibelakang mereka

Kedua gadis itu langsung menghadap kebelakang, "Itu benar! Muda dan tampan! Aaah!", sahut Naeun semangat, Naeun dan gadis itu berdebat seru tentang tipe laki-laki idaman mereka, Soyeon tersenyum saja melihat dua orang didepannya, dia memang tidak terlalu tertarik dengan yang namanya 'laki-laki'

Soyeon mengamati name tag gadis itu 'Lee Ah Reum' gumamnya pelan, matanya beralih ke wajah Ahreum, gadis ini memiliki kulit putih pucat, cukup cantik dengan matanya yang besar dan hidung mancung, bulu matanya lentik, rambut cokelat panjangnya dibiarkan tergerai, menambah kesan feminim pada gadis itu, berbeda sekali dengan dirinya yang biasa-biasa saja

Tiba-tiba terdengar bunyi sepatu hak tinggi yang bersentuhan dengan lantai, membuat perhatian Soyeon beralih dari Ahreum ke pintu masuk. Seorang wanita dengan kacamata memasuki kelas, dari pakaiannya sudah terlihat jelas bahwa dia adalah guru.

Wanita itu menepuk tangannya beberapa kali, mencoba mendapat perhatian dari seluruh muridnya. Setelah memastikan semua mata tertuju pada dirinya, wanita itu segera memperkenalkan diri, "Namaku Woo Hyerim, aku adalah wali kelas kalian dan guru fisika di sekolah ini"

Seluruh murid menganggukan kepalanya, ada juga yang ber'ooh' ria dan berbisik-bisik, entah apa yang dibicarakan.

"Dan panggil aku Lim sonsaengnim", tambah wanita itu cepat

"Kami mengerti Lim Sonsaengnim", seluruh murid kompak menjawab, membuat guru itu tersenyum puas, rupanya murid-muridnya tahun ini tidak sulit diatur.

Lim sonsaengnim segera duduk di kursinya dan mengeluarkan sebuah map berisi daftar murid kelas 1-A, "Saya akan mulai mengabsen, acungkan tangan begitu nama kalian disebut"

"Ne, Lim sonsaengnim"

 

 

--

 

 

Setelah mengabsen murid-muridnya, Lim sonsaengnim memberikan penjelasan singkat tentang sistem penilaian disana, acara-acara tahunan sekolah dan lainnya.

Naeun mencatat hal-hal yang dianggapnya penting, tapi Soyeon malah memperhatikan gurunya dengan tatapan kosong, untung saja Lim sonsaengnim terlalu fokus pada penjelasannya, tidak menyadari ada murid yang sedang melamun didepannya.

Sekitar 45 menit lebih, penjelasan Lim sonsaengnim berakhir, "Saya harap penjelasan saya tadi cukup jelas sehingga tak ada pertanyaan"

Tentu saja tidak akan ada pertanyaan, Lim sonsaengnim adalah seorang guru fisika, ia menjelaskan semuanya dengan gamblang dan mendetail, layaknya sedang membahas soal fisika.

"Baiklah, cukup sekian dari saya. Kita akan bertemu Selasa pagi, jangan lupa membawa buku paket dan buku catatan kalian"

"Ne, Lim sonsaengnim"

 

--

 

Bel istirahat berbunyi, Naeun menghela nafas lega, pelajaran tadi sukses membuat otaknya berasap, "Eh Soyeon", panggilnya pada teman sebangkunya yang sedang sibuk menyelesaikan catatannya

"Wae?", tangannya masih sibuk menulis diatas kertas

Naeun memperhatikan temannya ini, "Aku ingin cepat-cepat musim panas"

Perhatian Soyeon masih tertuju pada papan tulis dan bukunya, Naeun melanjutkan kata-katanya, "Aku ingin segera main di pantai"

"Bilang saja ke ketua kelas, supaya liburan musim panas ini kita semua bisa main ke pantai", ucap Soyeon asal. Dia tidak benar-benar mendengarkan Naeun

Naeun menjentikkan jarinya, "Idemu oke juga!", Naeun segera bangkit dari kursinya dan berlari ke arah Jang Hanbyul, ketua kelas mereka, "Hanbyul! Aku mau bicara!"

Hanbyul yang sedang asyik bermain kartu dengan Dongho pun menoleh, "Apa?"

"Jadi begini..", Naeun membisikkan sesuatu ke telinga Hanbyul, perlahan senyum Hanbyul mengembang, semakin lama semakin lebar

"Ide bagus!", seru Hanbyul semangat. Laki-laki itu segera naik keatas meja dan berteriak, "HOI! TEMAN-TEMAN! AKU PUNYA PENGUMUMAN!"

Semua murid langsung terdiam, tampak antusias dengan kata-kata Hanbyul

"Jadi, bagaimana kalau liburan musim panas nanti kita semua pergi ke pantai?", ucapan Hanbyul langsung mendapat reaksi hebat dari penghuni kelas 1-A, Hanbyul tersenyum puas, "Baiklah! Soal dana akan diurus bendahara! Waktu dan tempatnya akan ditentukan nanti! Semua harus ikut ya!" 

Seluruh siswa bertepuk tangan dan berteriak-teriak heboh, hanya seorang yang tidak ikut bergembira, siapa lagi kalau bukan Park Soyeon? Anak itu masih saja fokus pada catatannya

 

 

 

Yap! Episode berikutnya adalah pantai!

Tunggu update dari saya ya, paling lama hari selasa minggu depan :v

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet