they could be wonderful,

nothing's easy, nothing's fair

nothing's easy,

 

 

Kau terlihat berbeda sekarang.

 

Akhir-akhir ini Suji sering mendapatkan komentar itu dari beberapa orang, secara langsung dan tidak langsung, dunia nyata maupun internet. Suji bertanya-tanya apakah perubahannya mengarah pada hal baik atau buruk. Apakah perubahan yang mereka maksud adalah wajahnya, apakah dia memperbaiki hidung atau dagunya dengan pisau bedah, apakah dia menggunakan lebih banyak pemutih sekarang, apakah gaya rambutnya membuatnya semakin aneh. Suji tidak tahu pasti. Dan yang jelas, dia tak mau tahu lebih lanjut, hanya untuk melukai dirinya sendiri.

 

Kadang, di dalam mobil menuju sesi pemotretan, Suji melihat dirinya sendiri terpampang di papan iklan yang berdiri angkuh di atas gedung-gedung tinggi kawasan Kangnam. Rasanya dia sedang melihat gadis lain di sana, dengan perawakan yang sama persis dengannya. Rambut yang ditata sempurna, kulit seputih susu, senyum yang memesona. Tapi matanya kosong.

 

Kadang, di dalam mobil menuju sesi pemotretan, Suji menutup matanya agar dia tak perlu melihat gadis itu.

 

#

 

“Bagaimana rasanya?” Jinyoung bertanya, saat semua orang berkumpul di agensi untuk menyambut tahun baru. Di antara teriakan tak jelas dan gelak tawa, di antara gelas yang berdenting dan dentuman musik yang memekakkan telinga, Jinyoung dan Suji membeku di dalam waktu.

 

Jinyoung tersenyum. Senyum itu, senyum yang biasa Suji temukan di masa-masa sebelum mereka menyentuh panggung, senyum yang membangkitkan semangatnya, senyum yang hanya Jinyoung bagikan di ruang latihan. Bibirnya tersenyum, tapi matanya tidak. Mata Jinyoung terasa dingin dan kaku. Sedingin musim dingin yang dilaluinya akhir-akhir ini, sekaku pelukan Jia dan Fei akhir-akhir ini.

 

“Apa maksudmu?” Suji mengernyit.

 

“Menjadi cinta-pertama-negara-Korea, bagaimana rasanya?”

 

Suji tertawa, karena hanya itu yang bisa dia lakukan. Menyebalkan, dia nyaris menyelipkan kata itu dari mulutnya. Tapi tak bisa.

 

Segalanya terasa sama, sekaligus berbeda. Jinyoung terasa dekat, tetapi rasanya sangat jauh untuk dicapai.

 

(Atau mungkin, Suji sendiri yang sulit untuk dicapai.)

 

#

 

Suji menemukan banyak hal lucu dalam hidupnya. Sejak dulu dia memimpikan ketenaran dan pujian. Tapi sekarang, ketika dia mendapatkannya, dia sering bertanya di antara helaan napasnya: kenapa aku pernah menginginkan ini?  Suji bertanya-tanya apa yang terjadi jika Minyoung yang meraih ini semua. Apakah semuanya akan terasa sama. Apakah Suji akan iri. Apakah Suji akan merasa bangga.

 

Dia hanya gadis berumur dua puluh tahun yang tidak terlalu siap untuk ini semua. Tapi kamera tidak peduli, begitu juga dengan sisa rakyat Korea. Jadi Suji harus terus menghapal skenario, berbicara dan tersenyum dan tertawa seperti yang telah produser arahkan.

 

Kadang, di dalam mobil menuju sesi pemotretan, Suji menutup matanya agar dia tak perlu melihat wajahnya sendiri yang memunculkan sebuah konsep yang sesungguhnya tak pernah ada dalam dirinya. Konsep itu dinamakan Suzy.

 

Di saat Suji memejamkan matanya, dia akan memikirkan banyak hal selain Suzy. Di saat itu, kadang Jinyoung muncul dalam pikirannya, berharap pemuda itu menganggap bahwa Suji tak pernah berubah.

 

 

 

 

nothing's fair.

 

 

Kadang, di tengah perjalanan menuju acara musik di salah satu saluran televisi, Jinyoung dan keenam pria lainnya akan melihat wajah Suji yang terpampang jelas di papan iklan besar jalanan daerah Kangnam. Youngjae adalah yang paling semangat, ia segera menempelkan wajahnya di kaca dan tersenyum lebar. Di sebelahnya, Yugyeom hanya menghela napas panjang.

 

“Dia terlihat berbeda sekarang,” Jaebum bergumam tiba-tiba, “Suji—maksudku.”

 

“Apanya yang berbeda?” Youngjae bertanya.

 

Jaebum mengedikkan bahu, tidak mau melanjutkan percakapan yang bisa jadi tiada akhir dengan fans nomor satu Suji.

 

Jinyoung masih memandang ke balik jendela. Foto Suji telah lama mereka tinggalkan di belakang, tapi Jinyoung masih bisa mengingat jelas wajah gadis itu dalam pikirannya.

 

#

 

Kali terakhir Jinyoung bertemu Suji di pesta tahun baru agensi, dia menanyakan sesuatu. Seharusnya pertanyaan itu hanya gurauan, tapi sepertinya mereka memaknainya jauh lebih serius.

 

“Bagaimana rasanya?” Jinyoung mencoba untuk tersenyum. “Menjadi cinta-pertama-negara-Korea, bagaimana rasanya?”

 

Suji mengerjapkan matanya. Sekali, dua kali. Suji tidak pernah menjawab pertanyaannya, dia hanya tertawa dan menepuk lengan Jinyoung.

 

Jinyoung seharusnya terbiasa dengan tawa itu. Tawa yang selalu bergema di ruang latihan, tawa yang dikeluarkan Suji saat gadis itu melihat Jinyoung melakukan hal bodoh, tawa yang menjadi angin segar di hari-hari yang berat sebelum debut.

 

Jinyoung sempat berpikir dialah yang memiliki tawa itu, tawa Suji. Tapi sekarang tawa itu milik sisa rakyat Korea.

 

(Atau mungkin, Jinyoung memang tak pernah memiliki satu bagian kecil pun dari diri Suji.)

 

#

 

Kali selanjutnya saat Jinyoung dan keenam pemuda lainnya melewati daerah Kangnam, Jinyoung tidak mengenali sosok Suji di setiap papan iklan yang ada. Tapi dia mengenali sesosok gadis yang mirip dengan Suji. Rambutnya, hidungnya, senyumnya, semuanya kecuali sorot matanya.

 

“Oh, itu Suzy!” Semua orang sudah tahu Youngjae akan menjadi yang paling semangat di antara mereka di saat-saat seperti ini.

 

Kadang Jinyoung pikir mungkin itulah perbedaan antara dirinya dan Youngjae. Jinyoung menyukai Suji, sementara Youngjae menyukai Suzy. Jinyoung pikir dia lebih baik daripada Youngjae, karena setidaknya dia menyukai manusia yang utuh, tulang dan daging dan darah, bukan hanya konsep yang beredar di depan kamera.

 

Tapi, tidak. Jinyoung tidak lebih baik daripada itu semua, karena pada akhirnya sosok Suji telah mengabur dari pandangan dan Jinyoung tidak yakin orang yang dikaguminya masih ada dalam tubuh itu.

 

 

 

 

inspired by a lot of amazing fics out there.

just wanna try something new cause i love this ship and angst ; ;

thank you for reading!

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
citriaokta #1
Chapter 1: Wot wot
Ngena banget auhor-nim
Ngga bisa bayangin dah gimana rasanya jadi suzy-,-
nayaniya #2
Chapter 1: Wah , seneng deh ada org indo yg nulis fanfic jrzy...
Suka bgt sama jr&suzy, thanks author nim :)