I Love Him

I Need You

 “Aku sudah menemukannya!!”

“Siapa?”

“Dia..yang selama ini menolongku diam diam, Guardian Angel ku!”

“Benarkah?”

Hayi  mengangguk mantap ke arah laki – laki yang berada di depannya.

“Lalu siapa orangnya?”

Hayi tersenyum sipu dan menundukan kepala untuk apa yang dia katakan.

“Jiwon..!” Ucapnya segera.

Laki – laki di depannya pun merubah ekspresinya seketika.

“Perasaan ku selama ini memang tak salah.. aku tahu kalau dia yang menolongku jauh jauh hari”

“Apa kau yakin? Apa kau tak salah orang?”

“Aku yakin,bahkan sangat yakin”

“Tapi sebenarnya dia~”

“Hanbin aku senannnggg sekali~” Hayi memotong pembicaraannya tiba – tiba.

Dia tahu saat ini wanita di depannya sedang bahagia.

“Kau tahu kan kalau ini adalah salah satu keinginanku? Menemukan siapa orang yang sudah beberapa kali menyelamatkanku saat dalam keadaan bahaya..”

Hanbin hanya terdiam.

“Dan aku sudah berjanji..siapa pun itu orangnya. Aku akan membalas kebaikannya. Satu harapan, apapun itu, akan kukabulkan!”

………………….................................................................................................................................................................

“Kau janjikan akan datang ke rumahku?”

“Siap! Aku sedang dalam perjalanan… 5 menit lagi akan sampai.”

“Baiklah ~ hati – hati , Annyeong!!”

“Annyeong~!!”

Suara Hana  telah tiada di HP, kini digantikan dengan suara mesin mobil Taxi yang berdengung melewati jalan ramai kota Seoul di malam hari. Pukul 06.00 malam, saat dimana ibuku mengijinkanku ke rumah sahabat dekatku serta anak dari sahabat ibuku berada.

Aku sudah mengenal Hana sejak kami masih TK, dan sejak itu pula sekolah kami selalu bersama. Hari ini adalah jadwalku untuk belajar bersama atau lebih tepatnya party time bersama Hana. Apapun yang kulakukan asal berada di rumah Hana dan dalam pengawasan Bibi semuanya BEBAS kulakukan!

“Aigoo~! Bagaimana seorang pencuri bisa setampan itu ><”

“Pencuri tetap saja pencuri, dia orang jahat, mengambil barang yang bukan miliknya, dan membuat seantero Korea harus waspada. Bagaimana bisa kau tergila – gila dengannya?” kataku mengomelinya

Hana tak mendengar semua perkataanku seperti biasa. Pandangannya tak teralihkan dari TV yang ada di kamarnya sedetikpun. Senyumannya  pun tak mau pudar dari wajahnya itu. Membuatku untuk menghela nafas panjang melihat kelakuan anak ini. Walaupun seharusnya aku tidak usah heran karena ini adalah hobinya setiap ada berita “K” (baca: Key / dengan cara mengucapkan huruf K dalam bahasa inggris) yang disiarkan di TV.

“Kepolisian telah berjaga – jaga di area Museum malam ini. Sekitar 100 aparat Polisi telah di sebar di berbagai area untuk mengamankan permata biru yang berada di lantai 2 gedung museum. ‘K’ kemarin siang  telah mengirimkan surat kodenya ke pada polisi. Akankah sang pencuri handal ini bisa mengelabui para polisi lagi? Dari surat kode yang diterima oleh polisi sekitar pukul 07.00 malam ini dia akan melakukan aksinya. Melihat waktunya kurang beberapa menit lagi. Mari kita saksikan apa yang terjadi, mengabarkan langsung dari tempat kejadian kini kembali lagi ke studio. Terimakasih”

Aku menyipitkan mataku mendengar berita yang baru saja dibacakan oleh reporter itu. “Bagaimana bisa seorang pencuri harus terlebih dahulu memberikan surat kode kepada polisi? Apakah dia meremehkannya? Seharusnya pencuri bertindak secara diam – diam dan terorganisir. Sedangkan ini? Dia bahkan membiarkan semua orang tau dia akan berada di mana? Pabo ya~!”

“Ssstttt diam jangan berisik!” kata Hana merasa terganggu. Aku cemberut melihatnya.

“Ah lihat lihat dia datang..aigooo K. Kyaaa!!!! Hayi~~~ dia tampan sekali!!”

Hayi memandang Hana heran dan membiarkan temannya ini melakukan fangirling kepada si K yang sekarang terlihat di layar kaca TV sedang berada di atas sebuah gedung tinggi. Baju putih khasnya ,jubah yang melambai lambai diterpa angin, topengnya yang hanya menutupi sebagian wajah di bagian atas dan tak ketinggalan topi putih khas para pesulap membuat setiap orang Korea tahu siapa dia dengan sekali melihat.

Reporter TV mulai menggebu – gebu atas kalimatnya saat dia melaporkannya langsung. Terlihat di sana para polisi mulai bertindak. Tak kalah segerombolan remaja yang membawa poster bertuliskan kata – kata memuji untuk K mulai berteriak histeris seperti Hana. Aku tertawa ketika sang kameramen mengeshoot seorang polisi yang kewalahan menenangkan para fans dari si pencuri tampan itu.

Hahaha ah tunggu apakah aku baru saja mengatakan dia tampan? Karena dia memakai topeng maka hanya sebagian wajahnya saja yang bisa dilihat. Lagipula aku tidak segila Hana yang benar- benar sangat menyukai laki – laki itu.

…………………………………………………………………………………………………….....................................................

“Selamat pagi…….!!!!”

Hayi memandang ke arah pintu masuk kelas yang baru saja terbuka dan berdiri seorang laki – laki berkacamata di depannya. Hanbin~!

“Selamat pagi pemalas..!! sudah jam berapa ini?” balas Hayi sambil mengarahkan pandangannya ke arah jam yang berada di depannya dan beralih ke laki – laki itu. Pukul 06.55. 5 menit sebelum bel masuk.

“Lee Hayi~!” laki – laki itu berlari kecil ke arah Hayi.

Hayi memandang laki – laki itu dengan heran. Dan setelah Hanbin berdiri tepat di depannya dia berkata “Hayi-ya~ Pinjam PR mu ya?” katanya memohon. Hayi menyipitkan matanya. “Bagaimana kau bisa”

“Ayolah kau baik sekali ~ya? Ya?” katanya dengan memasang muka yang cemberut yang sekaligus imut itu.

Hayi tersenyum melihat aksi laki – laki itu dan melepaskan tangannya yang dipegang oleh Hanbin.

“Baiklah~” katanya mengalah.

Setelah memberikan bukunya kepada Hanbin. Hanbin membalik kursinya lalu duduk berpandangan dengan Hayi. Tak seperti tadi kali ini Hanbin diam dan konsentrasi menulis PRnya.

Hayi dengan diam – diam memandangi wajah Hanbin yang serius itu.

Hanbin~ Laki – laki yang selalu memakai kacamata. Dengan rambutnya yang tertata rapi tak pernah dandan aneh – aneh. Sehingga jika ia diam ia seperti murid yang pernah memenangkan olimpiade matematika. Tapi kenyataannya, dia bukan seperti itu. Usil, tak mau diam,pemalas, tapi dia adalah teman yang baik. Sahabatku yang baik!

Dia selalu mendengarkan ceritaku, dia selalu ada saat aku membutuhkannya. Seperti Hana yang terlalu tergila – gila dengan “K” jika aku bersama dengan Hanbin aku yang bicara banyak dan mengatakanya padanya bahwa aku tergila – gila dengan “GA” –Guardian Angel. Walaupun aku tahu Hanbin akan bosan dengan semua ceritaku, tapi setidaknya dia berakting seperti mendengarkan.

Hayi mengangkat tangannya berada di atas kepala Hanbin. Lalu menurunkan pelan pelan menyentuh kepala laki – laki yang di depannya. Perutnya geli merasakan sentuhan kulit tangannya dengan rambut Hanbin. Melihat sang laki – laki tak ada reaksi dan terus saja menulis, Hayi  tersenyum lalu membelai dengan lembut rambutnya.

“Kau melakukanya  seperti aku adalah binatang peliharaanmu~” kata Hanbin tiba- tiba , dia masih sibuk menulis.

Hayi tertawa kecil, membuat matanya menyipit. “Haha aniya~Aku benar benar suka dengan rambutmu~sangat lembut sekali” Melakukan sesuatu yang random baginya adalah hal yang biasa. Dan Hanbin sudah terlalu biasa untuk mengetahui sifat aneh sahabat perempuannya ini.

Hanbin berhenti dan memandang Hayi lalu mengambil tangan Hayi dari kepalanya. Tampak wajah yang sedikit kaget terdapat jelas pada Hayi.

“Cukup, kau tak boleh terus – terusan menyentuhku seenaknya.” kata Hanbin serius. Ia masih memegang tangan kanan Hayi, lalu ia mengalihkan pandangannya kepada teman – temannya yang sedang bergerombol di pojok kelas memandang mereka dengan berbisik – bisik. “Bagaimana kalau mereka mengira kita berpacaran?” katanya dengan nada menggoda.

Hayi terdiam mendengar kalimat Hanbin. Untuk beberapa saat pikirannya berhenti untuk mencerna dengan baik kalimat yang baru saja terlontar dari mulut Hanbin. Tapi melihat kenyataan bahwa yang mengatakan ini adalah si usil sahabatnya, lengkungan senyum pun mulai membentuk.

“Yah~ bagaimana bisa aku bersama orang pemalas sepertimu.”

Hanbin tersenyum.

“Ya benar.. Lagi pula aku hanya bercanda mengatakannya.”  Ia menjulurkan lidahnya dengan ekspresi seperti bocah 5 tahun yang masih polos. “Ini~ terimakasih sudah meminjamiku..” katanya sambil mengembalikan buku Hayi.

Di kalimat terakhir walaupun hanya kalimat biasa tak ada senyuman disana. Membuat Hayi terdiam meresapi kalimat Hanbin yang lalu. Dan tepat saat Hanbin berbalik arah Mrs. Jun pun masuk kelas.

Bagaimana bisa kau berkata seperti itu dengan wajah yang usil? Tidak bisakah kau mengatakannya dengan serius, sehingga itu akan menjadi nyata?

............................................................................................................................................……………………….

Matahari yang sangat terik, cukup pas jika kau ingin membuat kulitmu sedikit kecoklatan. Hanya melepaskan bosan. Tak ada pemandangan yang lebih menarik dari segorombolan murid perempuan yang sedang berlatih voli. Sudah waktunya untuk pulang, kelas pun sudah sepi. Tapi Hanbin masih disini untuk menunggu seseorang. Pikirannya tak menentu terbang kemana.

Hanya terpaan angin yang terkadang membuatnya untuk menutup mata dan merasakan kelembutanya. Ia membuka mata dan mendapatkan sesuatu yang menarik hatinya yaitu sebuah pot yang berisi sebuah tanaman yang baru mengeluarkan kuncup bunga.  Sebuah pot yang tepat berada di sisi kirinya

Ia memandang kuncup itu sejenak, lalu melihat ke arah pintu luar kelas.Mengamati dengan seksama  agar aksi rahasianya tidak terbongkar. Saat dimana dia merasa bahwa tak ada orang lain disini ia mengangkat tangannya ke atas bunga yang masih kuncup itu.

Hanbin menutup mata , menarik nafas dengan pelan, dan mengucapkan sesuatu di hati yang hanya dia dan seseorang sepertinya yang bisa memahami artinya, lalu membuka matanya pelan pelan.

Pelan tapi pasti, secara ajaib kuncup bunga itu mulai mekar. Tangan Hanbin masih berada di atas bunga itu. Dan tidak sampai 10 detik, bunga itu pun telah mekar menampilkan warna merah merona di setiap mahkota bunganya. Hanbin tersenyum “Kali ini kau terlihat cantik!” katanya pelan.

Tepat setelah itu, tiba – tiba Hanbin dengan cepat berbalik arah. Instingnya kembali berbicara. Melihat ke luar jendela dan menata dirinya untuk bersikap sewajar mungkin adalah hal yang dia lakukan kemudian.

“Apakah aku lama?”suara seorang perempuan menggema di kelas yang sepi itu

Hanbin membalikan badannya dan tersenyum ke arah wanita yang berdiri di depan pintu.“Tidak” jawabnya singkat dan menyakinkan.

“Syukurlah~” kata sang perempuan tersenyum balik.

Hayi mulai berjalan mendekati Hanbin dan berdiri di sebelah kiri Hanbin menghadap ke luar jendela, “Apa yang kau lihat?” penglihatannya mencari – cari sesuatu.

“Hanya sesuatu yang menyegarkan mata.” Kata Hanbin, nada canda tak lupa ditambahkan.

Hayi melihat ke arah pandangan mata Hanbin tertuju saat ini, yaitu para wanita yang kelelahan yang sedang duduk di pinggir lapangan voli sambil sesekali tertawa bersama, Hayipun tertawa kecil “Semua laki – laki sama saja!”

Hanbin tak menjawab ia hanya tersenyum, membiarkan Hayi berinterpretasi salah kepadanya.

“Ah tunggu..sejak kapan bunga ini mekar?” Mata Hayi membulat melihat bunga mawar merah yang tepat berada di sisi kirinya.

“Bukankah ini sudah sejak dari tadi pagi?” kata Hanbin dengan nada biasa.

“Benarkah..?” Hayi mendekatkan matanya kearah bunga itu. “ahh~ pasti aku yang kurang mengamati.” katanya, lalu mencoba menyium wangi bunga itu. Setelah dia bisa merasakan baunya, Hayi pun tersenyum. Melihat sang wanita tersenyum dengan cantik, Hanbin pun ikut tersenyum.“Aku suka sekali bau bunga mawar.” katanya kepada Hanbin.

Disaat Hayi masih sibuk dalam mengamati bunga mawar itu. Hanbin mengalihkan pandangannya kearah pintu kelas yang masih terbuka.Dengan sekali kedipan mata. Pintupun langsung tertutup tanpa mengeluarkan suara sedikitpun. Hanbin pun lalu berbalik memandang Hayi.

“Lalu bagaimana? Kau sudah mengatakan terimakasih padanya?” kata Hanbin memulai pembicaraan.

“Emm!” Hayi memberikan anggukan mantab kearah Hanbin.

“Lalu?” tanya Hanbin penasaran.

Hayi menaruh kembali pot bunga mawar kecil yang dipegangnya, ke tempatnya semula. Lalu mulai memandang ke luar jendela lagi dengan senyum yang mengembang di wajahnya.

“Dia berkata kalau dia suka padaku~” tampak kebahagiaan yang tidak bisa Hayi tutupi dari mimik wajahnya.

Tapi lain halnya dengan sang laki – laki yang berkebalikan dengan ekspresi wajah Hayi. Sebuah kalimat yang langsung saja membuat mendung di wajah Hanbin. Ia mengepalkan tangannya tanpa sepengetahuan Hayi.

“Jangan” kata Hanbin tiba – tiba.

“Kenapa jangan?” Hayipun memberikan pandangan penasaran kepada Hanbin

“Dia tidak baik untukmu!”

Hayi cemberut. Bingung dengan perkataan Hanbin yang tanpa alasan.

“Jika dia tidak baik..kenapa dia selalu menolongku selama ini?”kata Hayi memandng Hanbin dengan tatapan aneh. Ia mulai memberikan tatapan curiga kepada Hanbin.

Sang laki –laki terdiam. Tak kuasa ia mengalihkan pandangannya dari tatapan mata Hayi.

“Mungkin kau salah…”kata Hanbin pelan.

“Apa maksutmu?” kata Hayi.

“Ada apa denganmu Hanbin?” lanjutnya

...................................................................................…………………

Hanbin terdiam. Ia memandang lekat mataku. Aku tahu ada rasa takut dimatanya yang aku tak tau apa itu. Dengan rahasia aku berharap dia mengatakan bahwa dia menyukaiku. Entah kenapa~

Tapi tidak….. ia hanya diam. Jawaban itu tak muncul juga dari bibirnya. Membuatku untuk berteriak.

“Kau jahat!! Kau egois…!!” lalu aku berlari keluar dari kelas ini. Dasar Hanbin Pabo!

……………………...............................................................................................................

(#SEHARI YANG LALU~)

“Buat dia jadi pacarmu selama 20 hari !”

“Apa??” seorang laki – laki memberikan sebuah ekpresi kaget kepada teman- temannya.

Kantin sekolah mulai ramai setelah 2 menit yang lalu bel istirahat berbunyi. Segerombolan murid secara berkolompok ataupun individu mulai memenuhi ruangan yang cukup besar ini. Penjaga kantin pun terlihat kewalahan melayani para pembelinya yang ingin cepat – cepat mendapatkan makanannya.

Di satu sisi, satu geng yang beranggotakan 6 orang murid laki – laki sedang duduk sambil membicarakan topik yang seru. 1 orang diantara mereka menjadi titik pusat mata dari ke 5 orang teman lainnya.

“Yah Jiwon..apa kau setakut ini dengan permainan kita? Kau sudah kalah taruhan. Ingat! Kalau kau juga harus menuruti permintaanku!”

“Tentu saja aku tidak takut.Tapi kenapa harus wanita itu?”Jiwon menunjuk ke arah Hayi yang duduk bersama teman – teman perempuannya di kantin sekolah.

“Haruskah ada jawaban karena.Lakukan saja perintahku!” Jiwon diam sejenak untuk berfikir.Pandangannya belum teralihkan dari wajah Hayi dari tadi.Sedangkan Hayi yang tak tau apa – apa tak mengetahui bahwa 6 orang laki – laki sedang membicarakannya dan akan membawanya ke dalam permainan jahat mereka.

“Hei, Jiwon, ku kira Hayi tak seburuk itu” kata Seokmin yang duduk di depan Jiwon. Yunhyeong  yang dari tadi mengamati Hayi dari atas sampai bawah pun tersenyum mengangguk. “Dia bahkan lebih cantik dari mantan mu.” Yunhyeong tertawa mengejek bersama Seokmin.5 orang sekawan selain Jiwon pun semua ikut tertawa.

“Ku kira Jiwon tidak mementingkan wajah cantiknya. Tapi~~”

“Yah!!bisakah kau diam!” sela Jiwon sebelum Minhyun menyelesaikan kalimatnya.“Baiklah! Lihat saja! 3 hari lagi , aku akan menciumnya dihadapan kalian semua!”

“Bwoh?”5 orang laki – laki itu langsung tersentak kaget.

“Baik! Kami sudah tidak sabar bagaimana setelah itu kami akan melihatmu ditamparnya.” Ejek Seokmin.

“Tenang saja, ia tak akan menolak permintaan pacarnya sendiri.” Jiwon tersenyum menyeringai melihat ke arah Hayi.

Hayi yang akhirnya kali ini merasa bahwa ada seseorang yang memperhatikannya dari jauh tak sengaja melihat mata Jiwon. Melihat laki – laki itu tersenym padanya. Cepat– cepat dia berbalik arah menyembunyikan wajahnya.

............................................................................................……………………..

“Hayi ayo makan malam sayang~”

Hayi tak menjawab ibunya. Ia masih menangis di kamarnya karena kejadian tadi siang. Ia sekarang berfikir bahwa Hanbin memang benar – benar jahat. Ia tak tahu mengapa begitu sakit terasa di dadanya. Hanbin seolah – olah hanya membuatnya jadi boneka mainannya.Memberi harapan kepada Hayi. Dan tak memperbolehkannya untuk suka pada orang lain. Sejujurnya ada rasa suka sedikit di hati Hayi kepada Hanbin. Jika Hanbin mengatakan yang sejujurnya jika ia menyukainya ia akan menuruti permintaanya. Tapi Hanbin bahkan tak memohon padanya untuk tidak pacaran dengan Jiwon. Ia hanya diam. Seperti pengecut! Haruskah aku yang pertama bilang suka padanya?Dasar Hanbin Pabooo!!!!

        “Kau bodoh sekali!” Kata Hana saat ia berada di kamar Hayi di suatu siang.

        “Aku sedang sedih kenapa kau mengataiku bodoh” Hayi mulai mengalirkan air matanya lagi.

        “Hei, kau seperti sedang diputuskan pacarmu kau tahu?” celoteh Hana.

        “Dia hanya teman, bagaimana bisa kau menangisinya seperti dia adalah laki – laki satu – satunya!” lanjutnya.

Hayi mulai menagis dengan kencang.

        “Dia sangat jahat padaku Hana!” Hayi pun mulai memeluk Hana.

        “Ah jagiya~” Hanamulai membelai lembut rambut temannya ini.  ”Jangan bilang kau suka padanya?”

Hayi terdiam mendengar kalimat Hana.

       “Kau suka padanya?” ulang Hana.

Masih diam.

        “Aku tidak tahu~” kata Hayi tidak yakin.

        “Yah..sudah kuduga..” Hana pun menghela nafas panjang lalu memeluk Hayi.

……………………………………………………………………………………………………….....................................................................................................

Ku lirik dengan rahasia kearah Hanbin yang pagi ini begitu ceria berbincang – bincang dengan salah satu teman sekelasku.Aku menundukan kepala saat dia akhirnya sadar kehadiranku.Aku melewatinya dengan diam dan tak melihat ke arahnya. Hanbin yang biasanya memberikan salam selamat paginya dengan wajahnya berbinar – binar padaku kini dia malah sibuk dengan pembicaraannya dengan Minhyuk yang duduk di bangku depannya.

Aku cemburut dan sengaja meletakan tas ku dengan membanting sedikit keras sehingga timbul bunyi di meja. Dan Hanbin tetap saja tak peduli?Apa dia ingin kami bermusuhan? Apa dia ingin kami seperti ini selamanya?

Sepanjang siang ini di sekolah akhirnnya kami tak saling berbicara sekalipun.Tak ada yang ingin memulai pembicaraan. Serasa bahwa kami tak mengenal satu sama lain. Bahkan Bomi sempat bertanya padaku kenapa hari ini ada yang aneh antara aku dan Hanbin karena biasanya di kelas kami berdua saling bercanda bersama.

Jam pulang sekolah berbunyi, aku tak sedikitpun rasa berharapku berkurang. Tapi dia dengan santainya keluar kelas tanpa mengucapkan apapun.Membuatku jengkel. Baik kalau kau ingin begini Hanbin! Aku juga bisa marah padamu!!

...............................................................................................................................................................................…………………………….

Seharian ini aku berfikir keras bagaimana cara aku mengatakannya tanpa memberikannya pikiran curiga. Aku mendengarnya Hayi! Seandainya kau langsung percaya padaku. Dasar Bodoh!bagaimana bisa kau menyukai orang yang salah?? Dia hanya memanfaatmu! Dia hanya mengiyakan semua perkataanmu Hayi!

Saat itu aku sedang bersama teman – teman di kantin.Duduk di belakang 6 orang laki – laki yang sedang berdiskusi tanpa mengetahui bahwa suara mereka cukup keras sehingga membuatku mendengarnya.

Tak ada bukti yang dapat ku berikan kepada wanita malang itu. Dimatanya Jiwon adalah seorang malaikat. Bagaimana kau bisa mempengaruhi sorang wanita yang hatinya sedang berbunga – bunga?

……………………………………………………………………………………………………..

Hayi berjalan pulang ke rumah.Pukul 5 sore setelah mengikuti kegiatan di sekolah.Saat itu dia melewati gang diantara gedung gedung tinggi yang sepi. Ia berjalan disana tanpa mengetahui  bahwa seorang laki – laki dewasa berpakaian preman mengikutinya pelan – pelan di belakang.

Satu orang dari mereka memandang tubuh Hayi dari atas sampai bawah dan tersenyum puas. Hayi masih berjalan santai. Sampai akhirnya berada di jalan yang benar – benar sudah sepi. Satu dari mereka menepuk pundak Hayi.

Hayi yang kaget langsung melihat kearah  seorang laki – laki itu dengan tatapan kaget dan takut. Sang laki – laki terus saja merayu Hayi untuk ikut dengan mereka. Tapi Hayi  dengan gemetar mundur kebelakang untuk menjauh tiap preman itu mendekat.  Sampai akhirnya saat laki – laki itu memegang tangan Hayi dan ingin menariknya dengan paksa. Hayi dengan sekuat tenaga menggigit tangan preman itu lalu lari secepatnya saat preman itu menggeram kesakitan.

Sang preman tak tinggal diam, ia pun segera menyusul Hayi yang sudah berlari jauh didepannya. Berharap ia akan mendapatkan ‘mangsanya’ untuk bertanggung jawab atas apa yang telah ia buat.

Sang premen terus berlari sampai akhirnya ia sadar bahwa si perempuan sudah tak terlihat di pandangannya, dia pun berhenti. Ia agak tidak yakin bahwa perempuan itu bisa berlari cepat sekali. Setelah memastikan keadaan sekitar dan pasti bahwa perempuan itu sudah menghilang preman itu pun berbalik arah berjalan ke tempatnya semula dan pergi.

.................................................................................................................………………………..

Seorang laki laki mendekap mulut Hayi dengan tangan kanannya.Ia ingin berteriak saat dia belum tahu siapa yang sekarang berdiri sangat dekat di depannya. Tapi setelah ia melihat kearah mata sang laki – laki itu ia pun sedikit lega. Dan sampai sekarang ia berdiri mematung melihat kearah mata laki –laki itu yang juga sedang menatapnya dengan lekat. Tatapan itu membuat lupa bahwa sekarang dia sedang di kejar oleh seorang preman, tapi instingnya tahu bahwa ia akan aman karena tong tong besar yang ditumpuk tinggi disebelahnya akan mengamankan mereka dari penglihata preman itu.

Hayi pun sadar ia tak seharusnya menatap Hanbin dengan begini. Kenyataanya bahwa sekarang mereka masih bermusuhan. Hanbin yang pertama mengalihkan pandangannya dari Hayi lalu mulai berjalan menjauh setelah yakin bahwa preman itu juga sudah pergi.

Melihat kenyataan bahwa Hanbin hanya pergi begitu saja tanpa mengatakan sepatah katapun. Atau menanyakan keaadaanya. Hayi sangat sedih. Dadanya terasa sesak untuk menahan beribu kalimat yang ingin ia katakan kepada Hanbin setelah 2 hari ini mereka saling diam. Sebongkah air matapun tergenang di pelupuk mata Hayi. Tanpa bisa menahan , lagi air mata itupun jatuh membahasi pipinya.

             “Kenapa kau pergi begitu saja?” kata Hayi dengan suara bergetar.“Kenapa kau bersikap aneh?” lanjutnya.

             “Bukankah kita teman?” Hayi pun tak kuasa lagi. Seluruh air matanya terus mengalir ia pun harus menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

Sang laki – laki dari tadi hanya diam membelakangi Hayi.

              “Setidaknya berbicaralah padaku, luapkan semua amarahku di depanku. Jangan seperti ini~!”

Wajah Hayi mulai memerah. Dan suaranya mulai serak.

              “Kau membuatku takut Hanbin~ aku..”  Semua terasa terhenti di tenggorokan. Dan isak tangisnya terus saja terdengar.

 

 

 

 

TBC

...........................................................................................................................................

-MayJune- #Remake #from #Kimmyelf

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
fafajung #1
Chapter 2: Ceritanya gantung huhuhu, tapi keren
choaheo #2
Chapter 2: Endingnya gantuuunnggg padahal ceritanya bagus :"D