Welcome Home, Idiot! [Final]

Welcome Home, Idiot!

‘Kau tahu kita dimana?’

--

 

Jimin keluar dari taxi setelah membayar si supir taxi tadi. Dia keluar beserta barang-barang bawaannya yang besar namun ringan. Jimin bingung harus kemana lagi, dia singgah di pinggir jembatan tanpa tahu dimana. Dia bodoh, hanya menyebut asal nama tempat yang dia ingat dengan tulisan yang gampang disebutnya -tulisan dari peta di tangannya. Dia bodoh dan aneh. Jimin bodoh tapi taehyung tidak kalah bodoh. Sahabat karibnya itu hanya mengangguk-angguk tanda setuju bahwa itu adalah tempat tujuan mereka. Taehyung tak kalah bodoh dengan dua jam tangan di kedua pergelangan tangannya -merah dan biru. Dia memegang dua tas besar di kedua sisinya.

Mereka bodoh keluar dari taxi secara bersamaan dengan mulut terbuka lebar, menguap tanpa peduli harus menutup mulut di depan umum. Jimin bingung harus kemana lagi, begitu pun taehyung. Dia sama saja. Mereka sama saja. Mereka tersesat di pinggir jembatan, sungguh tragis.

“Hyung.. kau tahu kita dimana?” jimin mulai berbicara setelah menaruh barang-barangnya di trotoar. “Bukannya tadi kau yang membaca peta?” taehyung tidak melihat ke arah jimin. Dia sibuk men-scan daerah sekitarnya dan memasukkannya ke kepala, dia sibuk memerhatikan orang berlalu-lalang -memerhatikan gadis-gadis cantik dengan bikini warna-warni mereka menuju pantai tidak jauh dari jembatan. Dimana lagi, mereka ada di suatu tempat di Amerika.

“Arghh… bagaimana ini? Sekarang sudah jam berapa hyung?” jimin mulai gelisah dan panas. “hm? Lihat sendiri jam tanganmu. Kau punyakan?” taehyung menjawab sambil mengotak-atik tasnya. “kau memakai jam tanganku taehyung!” oh? Jam tangan jimin? Jadi salah satu jam tangan di kedua pergelangan tangan taehyung itu milik jimin? Pantas.

Kini taehyung juga mulai kepanasan, dia menegakkan punggung sambil mengangkat kedua pergelangan tangannya bergantian, bingung harus melihat jam tangan yang mana. “ehmm, sekarang jam... eh? Keduanya menunjukkan jam yang berbeda!” taehyung berseru dan jimin kini berdiri di dekatnya. “kau memakainya terbalik bodoh” “oh, maaf!” taehyung hanya tersenyum lebar, jimin penasaran apa pipi taehyung tidak sakit? karena senyumannya sungguh mengagumkan lebarnya. Dan jimin juga ikut tersenyum. Bisa dibilang mereka hanya cengengesan tidak jelas. Yeah, dasar bodoh.

 

Setelah melewati berbagai rintangan di luar, akhirnya mereka sampai di hotel yang mereka idam-idamkan. Jimin dan taehyung telah membereskan semuanya. Meletakkan barang-barang mereka dengan rapi ke dalam kulkas. Uh? Kulkas. Jimin membawa koper besar yang hanya penuh dengan makanan ringan -itu sebabnya kenapa kopernya ringan. Taehyung juga begitu, satu tasnya hanya penuh dengan permen dan yang satunya lagi dipenuhi kaos oblong dan tiga pasang celana jeans -mereka berbagi dan memakainya bersama. euw.

Jimin sudah makan malam, taehyung juga. Ini berkat taehyung yang pintar masak. Setidaknya dia pintar masak, meski itu hanya mie rebus telur dengan sedikit campuran cangkang telur. Taehyung pintar masak tapi juga pintar menghancurkan masakannya sendiri. Telur yang ia pecahkan hampir sempurna, sedikit kuning telurnya keluar mangkuk dan sebagai gantinya cangkang telurnya yang masuk. Sempurna untuk hidangan illegal.

Tak kalah, jimin juga pintar. Dia pintar makan dan menghabiskan semua yang ada di mangkuknya meski mienya bercampur cangkang telur. Menurut mereka, makanan itu adalah makanan yang membuat mereka tetap kuat dan ceria tanpa masalah. Bodoh. Kemana semua uang mereka? Orang tua mereka? Apa semuanya tidak ada?

Tidak. Uang mereka tidak kemana-mana ataupun tidak ada. Mereka kaya. Orang tua mereka juga begitu. Mereka pebisnis yang benar-benar sibuk mencari kemenangan berbisnis dan uang. Mereka percaya jimin dan taehyung bisa menjaga diri. Uang mereka tidak mungkin habis meski membeli seluruh hotel dan restaurant di kota mereka. Jadi, menjadi traveler menjadi pilihan bagi jimin dan taehyung untuk menggunakan uang mereka. pintar. tidak membeli makanan sehat -makanan taehyung meragukan. bodoh.

Ada yang bertanya mengapa orang sekaya jimin dan taehyung itu bodoh dan aneh? Well, mereka sebenarnya tidak pernah bersekolah -formal, mereka hanya homeschooling di rumah. Bukan rumah masing-masing karena mereka aslinya saudara. saudara tiri. Mereka tidak bodoh dalam artian tidak tahu apa-apa dalam pelajaran. Tidak, mereka pintar hanya malas dan kurang peduli.

Mereka malas dan kurang peduli. Itulah mengapa mereka disebut bodoh.

Setelah makan malam mereka tadi, dua saudara bodoh ini duduk terdiam memandangi TV sampai pada akhirnya - “Arghhh.. menyebalkan! Kenapa dia harus jatuh lagi?” jimin berteriak kencang di samping taehyung yang mengunyah popcorn. “bukannya dia baru jatuh satu kali min? kau menyebutnya seakan dia jatuh sudah berkali-kali. Apa aku ketinggalan? Ahh.. tapi aku yakin yang bercelana merah akan menang” taehyung bicara sambil terus mengunyah dan jimin menghiraukannya.

Beberapa detik kemudian dia merubah posisi duduknya dan kembali berbicara, merespon ucapan taehyung yang tadi. “kau yakin? Aku justru yakin yang bercelana biru yang akan menang!” sahutnya penuh percaya diri. Mereka menonton acara tinju Amerika dan saling berteriak menyemangati jagoan mereka masing-masing.

“ARGHH.. tidak mungkin!!” jimin menggerutu sebal dan mengacak-ngacak rambutnya. Membuatnya terlihat.. yeah, tampan namun.. bodoh. Acara di ring tinju telah berakhir dan si celana merah pilihan taehyunglah yang keluar sebagai pemenang. “hahaha… aku menang! Ku bilang apa!!” soraknya gembira dan mengeluarkan lidahnya untuk mengejek jimin.

“kenapa dia harus kalah lagi? Acara kemarin dia juga kalah.. ahh! Bodoh. Kenapa dia memakai gaya yang sama dengan yang kemarin? tentu saja kalah” suara jimin melemah dan mencibir. Dia menyalahkan jagoan bercelana birunya dengan memakai gaya yang sama. “what? Mana ada yang seperti itu..” taehyung melihat jimin bingung. "gaya yang sama? maksudmu?" Oh rupanya ia dengar. “hm.. yeahh, acara ini tayangan ulang dari tiga hari yang lalu.” Ucap jimin lagi dengan tampang polosnya.

“what the heck jimin!! Tentu saja kalah bodoh. Bukannya seharusnya kau tahu?!” taehyung tidak habis pikir. Meski mereka bodoh, tentu dia tidak akan memilih orang yang sama kalau tahu akan kalah. Bodoh. “yeahhh.. karena kau tadi sudah memilih yang merah jadi aku memilih yang biru dan berharap dia akan menang kali ini.” Jimin menyahut panjang lebar dan rasanya ingin menangis. “arghh.. terserah. Aku mengantuk.”

Taehyung beranjak dan meninggalkan jimin tanpa berbalik untuk mengajak jimin juga. Kepalanya sudah berat dan kelopak matanya sudah mau tertutup. “hyung…” jimin ikut di belakangnya sambil menggosok hidungnya setelah mematikan TV tadi. seperti anak hilang yang perlu dikasihani. “apa? Aku mengantuk min. ayo tidur!” kali ini taehyung ingat untuk mengajak jimin. Jimin hanya menurut dan melupakan kekalahannya tadi. Hari yang melelahkan untuk mereka.

--

Beberapa hari kemudian mereka telah bersiap-siap dan menunggu taxi untuk membawa mereka ke bandara. Sama seperti biasanya, hanya tas taehyung yang terisi. Terisi kaos dan jeans dan tas satunya lagi juga kosong. koper jimin kosong, makanan oun tak ada. Mereka berniat singgah untuk mengisinya nanti. Mengisinya dengan minuman dan snack-snack berbagai rasa.

Di depan toko makanan di bandara, jimin telah membuka kopernya lebar-lebar dan siap diisi dengan berbagai macam makanan. Begitu juga taehyung, ia sibuk memasukkan permen ke dalam tasnya. Penjaga toko hanya melihat mereka berdua bergantian tanpa protes -efek dari ketampanan mereka mungkin. Boleh diakui mereka memang tampan. Begitupun anggapan penjaga toko tadi yang seorang wanita paruh baya berumur empuluh tahunan -membandingkan kira-kira siapa yang cocok untuk menjadi menantunya nanti.

 

Mereka kembali duduk di dalam pesawat. Dengan makanan di tangan mereka masing-masing. Taehyung bernyanyi dengan earphone di telinga. Menyenandungkan nada dengan irama teratur. Pintar, ia pintar bernyanyi –semua orang begitu. Tapi taehyung tidak, ia pandai dan mahir. Beda dari jimin yang sebenarnya lihai dalam menari. Berhubung dia tidak bisa menari di dalam pesawat, jadi jimin hanya duduk diam dan menggerakkan kepalanya mengikuti taehyung.

Untungnya taehyung pandai bernyanyi, suaranya merdu jadi orang-orang disana tidak ambil pusing. Yeah, setidaknya kali ini mereka pintar dan tidak membuat masalah. Orang yang baru melihatnya akan berpikir mereka bukanlah orang yang aneh. Mereka orang tampan dengan gaya keren. Jeans robek-robek dan jaket kulit. Mereka orang kaya. Tapi siapa yang tahu, celana robek-robek yang dipakai jimin bukanlah style, melainkan hasil dari sesi jatuhnya saat menari di taman berkerikil di belakang hotel tempo hari. Tapi dia keren.

 

Sampai di rumah dengan selamat adalah dambaan orang-orang yang ada dalam perjalanan begitu juga dengan jimin dan taehyung. Mereka senang akhirnya bisa sampai lagi di rumah mereka yang luas. Tapi taehyung sepertinya tidak sadarkan diri sejak turun dari pesawat. Di dalam taxi selama perjalanan pulang dia hanya sibuk tidur dengan permen tertancap di mulutnya, setia dengan mulutnya yang terbuka lebar dan mengeluarkan dengkuran halus. Mungkin efek menyanyi dan makan banyak selama dalam pesawat.

Mereka sama-sama kelelahan. Tapi jimin tetap saja melompat ke depan TV dan PlayStationnya. Tidak menghiraukan apapun, termasuk panggilan makan malam dari pelayannya. Sampai akhirnya suara taehyung menginterupsi. “jimiinn..” hm? Jimin berbalik dan menatap taehyung dengan pakaian lengkapnya sejak di Amerika sebelum kembali pulang. “apa?”

Jimin masih menatapnya sambil menyipit-nyipitkan matanya yang memang sudah sipit, kini matanya hampir tidak terlihat. Tapi terserahlah. “ini dimana? Kau tahu kita dimana?” Tanya taehyung lagi sambil menguap lebar, dia benar-benar mengantuk. “di rumah” dan dengan jawaban itu jimin kembali bermain PS. Mereka sudah sampai dan belum ada yang mandi dan makan. Mereka itu- “WELCOME HOME, IDIOT!!!” tunggu, itu.. siapa? Taehyung tersentak bangun, jimin juga menjatuhkan stickgamenya dan naik ke sofa tempat taehyung tidur tadi. kantuk taehyung telah menghilang. kini, jimin dan taehyung dalam posisi yang kurang nyaman. Jimin duduk di atas perut taehyung sambil memegang lehernya. “astagaaaaa…” mereka berdua kompak berteriak.

Jeon jungkook. Sepupu mereka yang menyeramkan dengan senyum aneh dan misteriusnya, kini duduk di seberang sofa yang diduduki jimin juga taehyung. Jungkook hanya tersenyum lebar dan cekikikan geli melihat sepupu-sepupunya terlonjak kaget seperti tadi. Merek tetap kelihatan idiot meski bertahun-tahun telah berlalu, pikir jongkook. Jungkook kembali tertawa dan kali ini terbahak-bahak sambil memegang perutnya.

Jimin taehyung sudah berpisah dan duduk dengan tegak di tempat mereka masing-masing. Menatap jungkook dengan tatapan menyeramkan. “welcome home, idiot!” jungkook mulai lagi dan merentangkan kedua tangannya. Jimin dan taehyung tidak menerimanya dan hanya memandangi jungkook kesal. Tapi itu tidak bertahan lama. Taehyung juga jimin tiba-tiba melompat ke arah jungkook dan memeluknya erat. Kini, mereka saling tindih dan berteriak-teriak. “welcome home, idot!” jimin dan taehyung menyambut sepupu mereka dengan gembira begitupun jungkook. Mereka bahagia bisa bertemu lagi.

“welcome home, idiot!” sapaan mereka aneh dan.. well, konyol.

Tapi itu yang membuat mereka bahagia.

“kau tahu kita dimana?” jungkook tiba-tiba berhenti dan berbisik. Semua terdiam. “astagaa.. kita di ruang keluarga di samping kamar ayah dan ibu” taehyung berbisik. Jimin mengangguk menyetujui. “jam begini mereka pasti sudah pulang” jimin bergidik takut membayangkan apa yang akan terjadi besok. Jungkook mengangguk membenarkan bahwa mereka telah pulang dan tidur sejak tadi, itu berarti mereka bisa bangun mendengar teriakan-teriakan heboh mereka tadi.

“welcome home, idot!” mereka membeku. Tidak ada salah satu dari mereka berani berbalik. Itu suara ayah. Mereka berdiri dan mulai berbalik perlahan. Itu memang benar. tadi itu suara ayah. “cepat kembali ke kamar kalian dan tidur. Kita semua bisa bicara besok pagi.” Ucapnya dengan senyuman menakutkan, dan langsung menutup pintu.

 

“ARGHH… MATI KITA!!” mereka langsung berteriak sesampainya di kamar. kamar yang mereka pilih untuk tidur bertiga. itu kamar taehyung dengan ranjang yang luas luar biasa.

“kau tahu kita dimana, besok?” “kita akan berada di neraka!” “that’s not my homeee!”

jimin, taehyung dan jungkook hanya bisa pasrah dan berdoa pada tuhan, mengharap hukuman mengganggu waktu tidur ayah tidak berat saat mereka harus menerimanya besok.

mereka pasrah.

 

Bodoh, aneh, payah dan kata-kata lain yang bisa mendeskripsikan mereka. Itulah jimin dan taehyung. Mereka idiot, ditambah dengan kedatangan jungkook, mereka complete, menjadi trio idiot.

Dan hari melelahkan mereka kembali menanti. Hukuman ayah menanti.

 

 

 

-------------------------------------------------------------------

Hmmm.. Sorry kalo ini mengecewakan. komedinya parah dan ancur. tpi.. biarlah.

ini fic pembuka, jadi posting one-shot segar haha :D

fresh from oven, hehe ^^

smoga suka yahhh..

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Traffickyu #1
Chapter 1: Like this story, cuma memang ada beberapa part cerita yang kesannya lompat-lompat
jungdamy
#2
Chapter 1: sukaaaaa! suka sama gaya tulisannya ^^