No Reason Part 3 (iKon/ / NC )

No Reason

Warning: All of the characters and other stuff in this fanfiction are not belong to me. It just my imagination as a fans. Consist of explicit scene and rude language, not suitable for underage.

 

THIS FANFICTION IS AN ORIGINAL WORK of Sakko Taechi © 2015

 

Title: No Reason Part 3 (iKon/ / NC )

Author: Taechi 

Main cast: All of iKon member

Support Casts: - 

Rated: NC  

Genre: Explicit romance

Length: Still don’t know               

 

Hanbin dan Bobby, berbaring di atas tempat tidur. Mencoba memperebutkan posisi top dengan berlomba mendominasi ciuman hangat yang mulai memanas. Mereka saling mendesakkan lidah ke dalam rongga mulut lawan dengan saliva yang berhamburan keluar. Tangan Bobby dengan terampilnya menyelusup ke balik kaus Hanbin. Merasakan mulusnya tubuh sang leader dengan dinginnya jemari yang dia miliki.

“B.. Bobby..”

“Eummhhhhh...”

“Bobby, s stahp..”

Bobby menarik tangannya dari dalam kaus Hanbin lalu menjauhkan tubuhnya dari tubuh Hanbin. Berakhir dengan duduk di sisi Hanbin yang sekarang bersandar di tempat tidur. Bobby menoleh ke arah Hanbin. Dilihatnya sang leader menundukkan kepalanya.

“Mianhe.. Aku terlalu jauh melangkah.” Ucap Bobby kemudian menaruh telapak tangannya di atas telapak tangan Hanbin.

“Ini bukan soal itu. A aku menikmati itu tapi...”

“...”

“Jinhwan. Bagaimana dengan dia? Apakah dia..”

“Yeah, we should talk to him.”

Hawa panas yang berubah menjadi dingin seketika. Bobby merasa hatinya ngilu dan otaknya mulai membeku setelah mendengar nama ’Jinhwan’. Bagaimana jika Jinhwan menyukai salah satu diantara Bobby dan Hanbin, mengingat Jinhwan menerima kecupan yang Bobby berikan begitu saja tanpa penolakan.

 

Hop! Secara tiba-tiba Hanbin memeluk tubuh Bobby dari belakang dengan cepat. Menggantungkan dagunya di bahu kanan Bobby. Bobby menoleh perlahan. Jantungnya kembali berdetak cepat tatkala kedua mata sipit Bobby bertemu dengan kedua mata tajam Hanbin. Eye contact nan dalam dipertemukan dan perlahan menimbulkan gairah di dalam diri Bobby.

 

Bobby menuntun Hanbin untuk kembali berbaring di ranjang sederhana yang terasa bak ranjang raja malam ini. Menatap wajah pucat Hanbin yang entah mengapa terlihat y di mata Bobby. Mengusapkan punggung tangan kanannya di pipi Hanbin. Disambut dengan kedua mata yang terpejam serta sebuah senyuman manis dihiasi lesung pipit sang leader. Bobby menarik nafasnya kemudian menenggak saliva yang terasa dihasilkan lebih banyak dari biasanya.

“What should we do now, Hanbin~ah?” tanya Bobby, berbisik di telinga Hanbin dengan husky voicenya yang y.

“Just do what you wanna do... I’m yours.”

 

*

 

*

 

*

 

Junhoe dan Jinhwan, berbaring berdua di ranjang. Tubuh Jinhwan yang mungil dibiarkan berdesakan dengan Junhoe. Yeah, Donghyuk tidak akan dengan mudahnya luluh untuk berbagi tempat tidur dengan sang sassy diva mengingat ukuran tubuh Donghyuk yang lebih besar dari Junhoe yang belum membangun otot atletis. Junhoe dan Jinhwan tidur menyamping dengan punggung yang berhimpitan. Membelakangi satu sama lain dalam satu selimut yang sama. Mereka tidak banyak bicara karena khawatir akan menganggu tidur Donghyuk. Jinhwan mengigit bibirnya, memejamkan kedua matanya sesaat lalu membukanya kembali. Otak Jinhwan memikirkan sebuah ide yang sesungguhnya sudah biasa ia lakukan dengan double B namun canggung untuk dilakukan dengan Junhoe. Yes, Jinhwan need a hug dan dia sudah sangat lama tidak menerima pelukan malam hari dari double B. Tapi, apakah sang untouchable diva mau dipeluk olehnya atau memberikannya pelukan malam ini?

“Junhoe..” bisik Jinhwan.

“Eugh..”

“Sudah tidur?”

“No.”

“Ummmmm...”

“...”

“...”

Jinhwan merasa lidahnya kelu untuk bicara pada Junhoe. Sesuatu membuat perutnya serasa dipenuhi oleh ratusan kupu-kupu. Tapi, dia sangat membutuhkan sebuah pelukan malam ini. Maka, sekali lagi Jinhwan mencoba.

“Junhoe...”

“...”

“Sudah tidur?”

“Anio.”

“Bolehkan aku meminta sesuatu padamu?”

Belum sempat Junhoe menjawab pertanyaan, Donghyuk secara tiba-tiba bangun lalu mulai menuruni anak tangga. Dia pergi keluar dari dalam kamar tanpa mengucapkan apapun dengan selimut di tangannya.

 

*

 

*

 

*

 

Donghyuk berdiri di depan pintu kamar Yunhyeong dan Chanwoo. Demi apa dia merasa malam ini adalah malam terburuk setelah program Mix & Match berakhir. Dia tidak dapat tidur dengan baik, padahal besok dia berencana pergi lari pagi sebelum memulai serangkaian kegiatan yang melelahkan. Oleh karena itu, Donghyuk memutuskan untuk menumpang tidur di kamar Yunhyeong. Dia merasa risih dengan pergerakan Junhoe dan Jinhwan yang membuat imajinasi aneh muncul di benaknya. Tapi, dia tidak mau tidur di ruang tengah karena dia benci membiarkan tubuhnya menerima angin malam yang kurang sehat. Walau sesungguhnya dormitory tidak akan menerima banyak angin karena setiap celahnya pintu dan jendela tertutup rapat.

Menggaruk kepalanya yang mendadak gatal, Dong –dong kemudian mengetuk pintu kamar Yunhyeong.

“Yunhyeong hyung...”

Terus menerus Donghyuk mengetuk pintu kamar Yunhyeong hingga Chanwoo membuka pintunya dengan keadaan setengah sadar. Melihat Yunhyeong yang tertidur pulas, Donghyuk langsung memasuki kamar tanpa berkata apapun pada Chanwoo. Lalu Donghyuk menaiki tangga ranjang dan tidur di tempat tidur Chanwoo. Sedangkan Chanwoo yang kesadarannya masih tertinggal setengah di alam mimpi, segera menutup pintu lalu berjalan dan naik ke atas tempat tidur. Memasuki selimut tebal dan harum kemudian memeluk figur yang tertidur lelap di atas tempat tidur.

 

*

 

*

 

*

 

“...”

“Jinhwan hyung..”

“Ne?”

“Tadi kau meminta apa?”

“...”

“Aigo, cepat katakan jika tidak aku akan kembali tidur.”

“...”

“Jalja..”

“Hug me.”

“???”

“Please hug me.”

Kalimat permohonan itu membuat Junhoe seakan terbawa ke sebuah alam imajinasi dimana dia terbang melayang melintasi padang rumput hijau nan indah. Suara yang ingin didengar di malam hari menyuarakan sebuah kalimat yang tidak disangka akan diucapkan. Junhoe hanya diam tidak melakukan apapun karena terkejut.

“L lupakan saja, a aku ahhhh jaljayo..”

Hug. Dengan cepat Junhoe membalikkan arah tidurnya untuk memeluk tubuh mungil pecinta Woody itu. Menghangatkan tubuh Jinhwan dengan perasaan yang mendalam. Tanpa disadari, Junhoe tersenyum manis. Sebuah senyuman tertulus dari seorang Junhoe.

 

Karena terlalu tenggelam dalam kebahagiaan cinta, Junhoe tidak menyadari bahwa Jinhwan perlahan menggeser posisi tubuhnya hingga Jinhwan berbaring menghadap Junhoe tanpa melepaskan pelukkan Junhoe. Jinhwan mengusap lembut pipi Junhoe dan perlahan menengadahkan kepalanya. Menjangkau bibir y Junhoe dan...

 

CHU~ Junhoe membuka matanya dengan lebar. Memandang Jinhwan yang masih memejamkan matanya seraya menikmati manisnya bibir sang sassy diva. Tangan Junhoe bergerak spontan untuk mengusap lembut rambut hyungnya. Membuat Jinhwan membuka kedua matanya. Bibir mereka masih saling mengecup ketika keduanya tenggelam dalam eye contact dan tubuh yang semakin behimpitan. Membuat darah mereka memanas naik hingga ke ujung kepala.

 

Secara bersamaan, keduanya memejamkan mata kembali untuk menikmati bibir mereka yang mulai saling melumat. Lidah keduanya saling mengecap rasa saliva lawan. Junhoe tenggelam dalam nikmatnya bibir Jinhwan dan permainan lidahnya. Kembali Junhoe merasa terbang menerawang dalam ranah imajinasi. Membuatnya mulai kehilangan kontrol diri. Dia tidak lagi menghalau nafsu dan perasaan cintanya yang begitu besar. Membuat dia mulai mendominasi permainan. Didorongnya tubuh mungil Jinhwan hingga dia berbaring di bawah Junhoe. The owner of gangsta like voice mulai melancarkan kecupannya di bibir Jinhwan dan perlahan kecupan itu mulai berpetualang di kulit mulus Jinhwan. Telinga adalah pos pertama dimana lidahnya memutar mengikuti tekstur labirin telinga Jinhwan lalu menghisap cuping telinganya. Setelah itu bibir y Jinhwan menurunkan kecupannya dan berhenti sejenak untuk menikmati leher Jinhwan. Dikecupnya leher Jinhwan lalu lidahnya menjulur, menjilati rasa leher Jinhwan.

“June euhhh....” desah Jinhwan.

Desahan Jinhwan yang pertama kali ia dengar membuat gairahnya menaikki level selanjutnya. Jinhwan mendesah dengan nada suara super y dan rapuh dalam waktu bersamaan. Karena gairahnya, bibir Junhoe semakin liar menghisap leher Jinhwan hingga timbul bercak merah.

 

Pos ketiga, Jinhwan harus melucuti penutup tubuh sang sunbae terlebih dahulu untuk berhenti di pos selanjutnya. Junhoe membuka kaus Jinhwan. Kemudian, meletakkan kaus itu di sisi Jinhwan. Tubuh bagian atas Jinhwan terekspose dengan baik. Ini pertama kalinya June terkesima pada sosok lain yang mematahkan pendapatnya sendiri. Bahwa ia adalah manusia tersempurna di iKon. Namun, tubuh Jinwhan telah mengalahkan tubuhnya.

Junhoe menempelkan telapak tangannya di tengah dada Jinhwan. Kemudian menggesernya sedikit demi sedikit untuk menyentuh setiap inchi kulit dadanya.

“Junhoe..” gumam Jinhwan.

Jinhwan menarik tubuh Junhoe agar Junhoe memeluknya sebelum Junhoe melanjutkan kegiatannya.

“Junhoe...” bisik Jinhwan.

“Ne..”

“Are you really wanna do this?” tanya Jinhwan lagi.

Junhoe memutuskan untuk mengangkat tubuhnya. Menarik selimut lalu menutupi tubuh Jinhwan kemudian ia berbaring di sisi Jinhwan.

“Maafkan aku, hyung. Aku kehilangan kontrol. Aku...”

“No. Kau tidak salah, aku hanya...”

Junhoe menatap mata Jinhwan untuk kesekian kalinya. Kali ini, Junhoe melihat genangan air mata di kedua mata Jinhwan.

“hyung..”

“Hanbin dan Bobby melakukan hal yang diluar dari kebiasaan mereka terhadapku. Tapi, pada akhirnya semua terasa salah bagiku.  Apakah kau juga hanya ingin menyakitiku? Apakah kau pada akhirnya akan bersikap aneh seperti mereka?”

“Kau pikir aku sama seperti mereka?” tanya Junhoe dan demi apa Junhoe merasa sangat marah pada Jinhwan. Dia tidak menyangka Jinhwan tidak mempercayainnya dan tidak menyadari apa yang dirasakan oleh Junhoe setelah semua yang mereka lakukan.

Junhoe turun dari ranjang. Berjalan tergesa menuju kamarnya. Menendang pintu kamar seraya meneriakkan nama Hanbin dan Bobby agar membukakan pintu dan terus berteriak hingga ia melihat Hanbin membukakan pintu. Mengabaikan ocehan Hanbin dan lebih memilih menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.

“Jinnie, you dumb..."

 

*

 

*

 

*

 

Suara kicauan burung memang tidak terdengar dari dalam apartemen, namun suara bising dari handphonelah yang membangunkan Yunhyeong pagi ini. Yunhyeong membuka matanya. Menggesekkan punggung tangannya di mata untuk membantu mengembalikan pandangannya. Yunhyeong hendak bangun dari tempat tidur saat ia merasa tubuhnya tertindih oleh sesuatu yang cukup berat. Menyadari sebuah kaki dan tangan dirasakan memeluknya layaknya tubuh Yunhyeong adalah guling. Membuat Yunhyeong kesal sehingga ia mendorong manusia yang tengah tertidur pulas itu hingga tubuhnya terjatuh ke lantai.

“Chanwoo! What the hell are you thinking about?!” teriak Yunhyeong yang kini terududuk di sisi tempat tidur.

Chanwoo yang masih sulit membuka matanya menunjuk ke arah tempat tidurnya. Yunhyeong menghela nafasnya lalu berdiri tegak menghadap ke arah ranjang tingkat. Dilihatnya sosok lain yang tertidur di tempat tidur Chanwoo.

“Yakh! Donghyuk~ah!” teriak Yunhyeong.

“What the hell is goin on here yakh!” teriak Yunhyeong lalu berjalan keluar dari kamarnya.

Yunhyeong merasa kondisi member iKon sama dengan kondisi kucing liar yang dikumpulkan dalam satu kandang. Semua hidup tidak teratur dan absurd.

 

Dapur adalah tujuan Yunhyeong pagi ini. Dia berjalan menuju kulkas untuk mengecheck persediaan bahan makanan. Tuhan, demi apa isi kulkas hanyalah dua botol air mineral dan satu kaleng minuman berenergi milik Bobby. Alhasil, Yunhyeong harus bergegas mandi lalu pergi ke mini market untuk membeli sarapan pagi.

Setengah jam kemudian, Yunhyeong sudah siap untuk pergi ke mini market. Ia tengah memakai sepatunya saat Chanwoo menepuk pundaknya.

“Hyung, aku ikut..”

 

*

 

*

 

*

 

Ikon will debut soon, so they are super busy right now. Hanbin merasa beban baru memberatkan langkahnya. Beban itu ialah soal hubungan ia, Bobby dan Jinhwan. Hanbin dan Bobby mengajak Jinhwan untuk makan melakukan pembicaraan khusus setelah sebelum kegiatan hari ini mereka lakukan.

Kini, Jinhwan, Bobby dan Hanbin duduk di rooftop apartemen ditemani beberapa susu kotak. Jam memang sudah menunjukkan pukul tujuh pagi, namun Hanbin bersikeras untuk tetap membicarakan soal semua walaupun mereka hanya memiliki waktu lima belas menit.

“Jinnie..”

“Yes, Hanbin?”

“We should talk about someting and I hope you will listen what we will talk..” ucap Hanbin lagi sementara Bobby hanya diam untuk memperhatikan.

“Just talk. We should make it quick.” Ucap Jinhwan.

“Ummm, pertama aku meminta maaf atas perlakuanku dan Bobby padamu.”

Jinhwan hanya tersenyum dan mengangguk.

“Uhmmmm...”

“Aigo, just talk Hanbin.”

“Apakah kau merasakan sesuatu di dalam hatimu sekarang?”

“...”

“Jinnie?”

“Yes, I am fallin in love with someone inside of iKon but I am afraid that that guy only wanna play with me..”

“Who?”

“I I can’t tell you right now because I’m not sure.”

“Kau bicara seolah kau tidak mengenal kami dengan baik.” Ucap Bobby lalu menenggak plain milk miliknya.

“June..”

“(cough) June?!” tanya Bobby dengan aliran susu di dagunya.

“A are you sure? That sassy Diva?” tanya Hanbin.

“Yes. Tapi, sekarang dia marah padaku karena kemarin aku mempertanyakan soal keseriusannya. Yeah, perilaku kalian berdua membuatku sedikit waspada. I am not a ya know..”

“Mpft. S sorry, I just wanna make Hanbin surrounding by jealousy.” Jelas Bobby.

Hanbin menoleh ke arah Bobby.

“Are you sure?” tanya Hanbin pada Bobby.

“I couldn’t deny that Jinhwan hyung lips is great.” Ucap Bobby lalu menunjukkan gigi kelincinya pada Hanbin.

“Yakh! You pabo!” teriak Hanbin.

“Kau juga mencoba menciumnya bukan?” tanya Bobby.

“...”

“Kau datang ke studio?” tanya Jinhwan.

“Yes, dan pada saat aku melihat Hanbin hendak menciummu aku bergegas kembali ke dorm. I pissed off..” jawab Bobby.

“Don’t tell me that you...” ucap Jinhwan dengan nada curiga.

Hanbin dan Bobby mendadak salah tingkah. Wajah keduanya memerah dan Hanbin segera mengontrol pembicaraan sebelum Jinwhan membully dia dan Bobby.

“Kajja! We should go to the practice room.” Ajak Hanbin.

“Akhhhh Hanbin~ah! Kita belum selesai bicara!” teriak Jinhwan.

Bobby menyandarkan lengan kanannya di bahu Jinhwan saat ia menyadari bercak merah mengiasi leher Jinhwan yang entah mengapa dilingkari syal di pagi ini.

“Hanbin~ah!” teriak Bobby. Membuat Hanbin menghentikan langkahnya lalu membalikkan tubuh menghadap ke arah Bobby dan Jinhwan yang berjalan di belakangnya.

Hanbin mengangkat kedua alis matanya untuk mempertanyakan kenapa Bobby memanggilnya. Bobby menggerakkan tangan kanannya untuk memanggil Hanbin agar mendekati Bobby dan Jinhwan yang menghentikan langkah mereka.

“What?” tanya Hanbin.

“Our Jinnie is growing up kekekekekekek.” Jawab Bobby.

“Growing up?” tanya Jinhwan kebingungan.

Bobby menunjuk kiss mark yang tersembunyi di balik syal dengan matanya pada Hanbin. Hanbin melangkah untuk mengintip ke dalam syal.

“Hahahahahahahahah siapa yang menghisap lehermu?” tanya Hanbin.

“Yakh! Jangan keras – keras!” teriak Jinhwan.

“Hoho Jinnie sudah dewasa rupanya hahahahaha.”

 

 

To Be Continued

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Qtindrn #1
Chapter 3: Next chapter please><
zahrafifah #2
Chapter 3: donghyuk jones wkwkwk
hanbinjinhwanbobby #3
Chapter 3: Min next chap Please ><
New riders bangapseumnida
Claudy1410 #4
Chapter 3: Huahahaha...next cap please ?? Yunchan ?? Wkwkwkwkss
krunkk98
#5
Chapter 3: waaaa... please min update T-T aku mau tau chapter selanjutnya...
nosign
#6
Chapter 2: Omegat TT chanuuuuuuuuu