Welcome to the Dark Side of the Moon

Welcome to the Dark Side of the Moon

Kau tau rupa malaikat? Aku tau, karena aku melihatnya
Kau tau bagaimana aroma malaikat? Aku tau, karena aku menghirupnya
Kau tau suara malaikat? Aku tau, karena aku mendengarnya
Bagaimana aku tau malaikat? Aku tau karena aku memilikinya

 

'Kau belum bangun?' Ding. Lonceng berbunyi saat aku mendengar suaranya

'Kau harus bangun, ini sudah pagi' Ding. Berbunyi lagi, aku akan diam, aku ingin mendengarnya lagi

Srek srek, suara kaki diseret malas yg jelas terdengar adalah miliknya, aku tau saat ini dia berada dimana walaupun aku masih menutup mataku. Dia berjalan dengan malas walaupun bagiku semuanya tetap indah jika dia yg melakukannya, aku selalu bangun lebih pagi, tidak mematikan alarm yg berbunyi tetapi justru memandangi wajahnya yang tertidur pulas disampingku, matanya yang bulat indah sekali, bibirnya . . Tidak, aku tidak bisa menggambarkan bagaimana dia terlihat, jika kau pernah membayangkan sesosok malaikat yang berwajah damai dan anggun maka kalikan 10x lipat dan kau akan tau maksudku. Setelah puas memandanginya, berdoa dalam hati setiap hari untuk kehadirannya disisiku, rasa syukur yang kupanjatkan tak akan pernah cukup untuk menggambarkan betapa bahagianya aku saat ini karena memilikinya, dan ketika dia mulai terbangun karena bisingnya alarm aku akan pura pura tertidur hingga dia membangunkanku seperti saat ini,
Sebuah sentuhan lembut menyibakkan poniku yang tak beraturan, 

'Moonlight kau tak ingin bangun eum? Aku sudah menyiapkan sarapan' Ding. Loncengnya

Aku membuka mataku malas, 'Eughhh.. Kenapa begitu pagi? Aku ingin tidur lebih lama' Jawabku sambil meregangkan lengan, aku berbohong jika mengatakan ingin tidur lebih lama, untuk apa aku tidur jika dia tak ada disampingku

'Ish.. Bukankah kau ada jadwal mengajar hari ini?' Ding. Dia mengatakannya dengan senyum, sudahkah kukatakan tak ada hal yg lebih manis di dunia ini melebihi senyumnya. Aku segera bangkit dari ranjang kami

'Ya ya baiklah aku bangun, aku akan segera mandi dan mengantarmu lalu berangkat ke kampus' 

'Tidak usah, aku berangkat sendiri saja, aku ada kelas pagi dan belum menyerahkan tugas untuk Prof. Song' Ding. Loncengnya menahan langkahku

'Kau kemana? Berangkat sendiri pagi ini? Kau yakin,' Aku menghampirinya. Kurengkuh tubuh mungil itu dengan mudah

'Tentu saja. Sudah cepatlah mandi dan habiskan sarapanmu, aku akan berangkat sebentar lagi' Ding. Ucapnya lalu melepaskan diri dariku, berjalan menuju dapur yang baru saja ditinggalkannya

Aku masih memandangi punggungnya saat suara getar ponsel yang bercumbu dengan dinginnya lapisan meja kecil di samping lemari pakaian kami mengganggu lamunanku. Miliknya. Ponselku kutinggalkan di meja Tuan Shin kemarin saat terburu buru mengambil berkas yang ketinggalan. Terpassword. Tenang karena aku tau sandinya. Dia menggunakan sandi yg sama untuk semua barangnya. Kumasukkan 6 digit angka dan voila, terbuka. Sebuah pesan dari nomor tidak dikenal. 

Kyung kau dimana? Perlukah kujemput, aku sudah menyiapkan semuanya, hari ini hanya kau dan aku, ahh aku sudah tak tahan ingin menyentuhmu.
Ps: aku sudah memesan barang baru, kau pasti suka 

Drrtt drrt. Sebuah pesan baru dari nomor yg berbeda

Soo Oppa aku baru selesai pukul 3, bisakah kau menungguku setengah jam ditempat biasa, mianhae.. Sebagai gantinya aku akan memuaskanmu nanti, keke
Oh ya jangan kau balas pesan ini, aku meminjam ponsel temanku :*:*:*

Ahra

Kuhapus 2 pesan tadi setelah kucatat nomornya pada jurnalku, Siapa mereka? Aku juga tak tau, mungkin temannya, pria yg ditemuinya di klub vokal, atau mungkin juniornya di kampus. Kenapa aku menghapusnya? bukannya aku cemburu, aku hanya tak ingin dia tau aku mengetahui sandinya dan bisa membuka ponselnya terlebih membaca pesannya. Melanggar privasinya. Kenapa aku mencatatnya? Hanya berjaga jaga jika suatu hari aku tak bisa menghubunginya aku mungkin tau dia sedang bersama siapa. Aku tidak cemburu, ya benar. Karena aku mencintainya, aku mengerti kebutuhannya yang tidak bisa hanya bertahan dengan 1 orang, aku mengerti dan aku menerima walaupun dia tak pernah mengatakannya. Selama aku mengerti kebutuhannya dia tak akan meninggalkanku, tak akan pernah dan tak akan terjadi, karena aku mencintainya, membutuhkannya dan dia milikku. 

'Moonlight kau sudah selesai? Cepatlah nanti makananmu dingin' Ding. Suaranya menyadarkanku. Aku mengembalikan ponselnya dan bergegas bersiap siap.



'Hyung!' sebuah lengan mendarat di bahuku, milik Oh Sehun juniorku saat SMA dulu.

'Hyung lihatkah gadis itu, uwahh perhatikan pinggulnya' sambung Tao, juniorku yg lain

'Yah, kalian ini. Hentikan. Kita disini bukan untuk memandangi gadis SMA' jawabku, aku terjebak diantara mereka yang terus merongrongku seminggu ini meminta bertemu.

'Aku tetap tak habis pikir hyung, bagaimana gadis remaja sekarang tumbuh dengan cepat' Tao memasang muka serius sambil mendorong pintu cafe yang harusnya sudah daritadi kami masuki jika tidak karena 2 orang yg mengapitku ini sedang sibuk menatapi segerombolan gadis SMA yang melintasi trotoar.

Aku belum menjawab pernyataan Tao saat kulihat siluet yang sangat kukenal duduk memunggungiku di dalam cafe, dia sedang berbincang bersama seorang lain, siluet itu menyandarkan tubuhnya pada lawan bicaranya, terlihat olehku mereka saling mengamitkan tangan. Milikku.

Aku menyeret 2 bocah ini keluar dari cafe sebelum dia menyadari kehadiranku

'Yah hyung, ada apa?' Sehun berusaha berbalik masuk ke cafe, tapi kutahan

'A-aku tidak suka dengan interiornya, membuatku pusing, kita cari tempat lain saja'

'Interiornya baik baik saja, hyung kau kenapa?' Tao menyahut

'Aku tidak suka saja' Aku tetap menyeret mereka menjauhi cafe

'Yah hyung kau aneh!' kesal Sehun

'Sudahlah kita ke tempat yg lain saja dan kutraktir kalian, otte?'

'Ah baiklah, kalau kau yg traktir aku sih mau dimana saja' cengir Tao sambil mulai melirik gadis yang melewati kami.

Aku tak bisa, aku memang tak sanggup memandanginya, aku hanya harus menutup mata dan melupakan hal ini, semua akan baik baik saja. Ya semua akan baik baik saja. Aku berjalan menjauh, sejauh mungkin darinya saat ini. 


'Sunshine kau mendengarku kan?' aku berusaha mengatakannya dengan perlahan

'Ya . . ' Ding

'Kau . . Marah?' aku berhati hati

'Tidak' Ding.

'Lalu?' 

'Aku hanya akan sangat merindukanmu' Ding. Loncengnya bergetar perlahan. Sendu. Ya Tuhan bagaimana aku bisa meninggalkannya, aku bangkit dari kursiku dan memeluknya, merengkuhnya dalam dekapanku,
'Aku disini sunshine, aku disini. Aku tak akan kemana mana, maafkan aku.'

'Tak apa moonlight, kau harus tetap pergi. Ini tugas dan kesempatanmu, mana mungkin kau melewatkannya' Ding. Malaikatku. Dia malaikat

Aku harus pergi ke Jeju selama seminggu untuk urusan pekerjaan, jika urusannya lancar, aku akan mendapat promosi. Tapi bagaimana mungkin aku meninggalkannya.

'Aku baik baik saja, tenanglah' Ding. Terkadang kurasa dia bisa membaca pikiranku.

Kukecup perlahan puncak kepalanya, kueratkan pelukanku, kubisikkan perlahan
'Aku akan kembali dengan sangat cepat hingga kau tak sadar bahwa aku telah pergi, bagaimana?' Aku tak ingin meninggalkannya, jika bisa aku ingin bersamanya setiap saat, tapi itu tak mungkin karena aku akan mengganggunya, dan aku tak akan pernah melakukan sesuatu yg tak disukainya.

'Ya begitu juga boleh' Ding. Dia terseyum. Sunshineku. Cahaya Matahariku.


To : MY SUNSHINE <3
Sunshine kau sudah pulang? Jangan lupa makan
Aku merindukanmu

Sent

Drrt drt, 1 new message

From : MY SUNSHINE <3
Ne aku sudah pulang, kau juga jangan lupa makan

Dia baik baik saja, syukurlah.
Hari pertamaku di Jeju dan aku sudah sangat merindukannya, terasa ada yg mengganjal disini, harusnya aku tidak pergi kemari, bagaimana aku bisa sebodoh ini, tsk. Apakah promosi jabatanmu lebih penting ketimbang Do Kyungsoo? Mataharimu? Kau bisa hidup tanpa pekerjaan tapi apakah kau bisa hidup tanpa dia? Sial . . Bahkan sekarang aku bicara pada diriku sendiri, tapi memang benar. Kau bodoh Park Chanyeol, bagaimana bisa kau meninggalkannya sendirian disana. Aissh.


Hari keduaku, tidak tidak . . Tidak ada hari kedua. Pagi tadi aku menghadap Seniorku dan mengatakan aku mengundurkan diri dari proyek ini. Mereka mengatakan aku gila karena membuang kesempatan ini hanya demi dia, haha. Apa yang mereka tau tentang aku dan Sunshine, bahkan mereka tak pernah bertemu dengannya. Aku mengemudi secepat mungkin menuju apartemen kami. Sial kenapa macet disaat seperti ini, besok adalah anniversary kelima kami, aku akan memberinya kejutan dengan pulang lebih cepat. Kutatap bingkisan khusus yang kubeli untuknya, aku mempersiapkannya cukup lama, aku berusaha mengundurnya waktu demi waktu karena tak yakin. Tapi sekarang berbeda, aku yakin. Aku akan mengatakannya.

Sebuah sedan merah melintas kencang di arah berlawanan, tunggu . . Bukankah itu, ah tidak mungkin, bukankah dia ada jadwal berlatih vokal pagi ini di klubnya, aku akan membersihkan apartemen kami, mempersiapkan semuanya, dan ketika dia pulang, dia akan terkejut. Dadaku sesak karena bahagia. Sunshine tunggu aku

Aku berlari melintasi area parkir. Berteriak kepada seorang paman untuk menahan lift, dan kembali berlari di koridor lantai apartemen, dan saat tiba di depan pintu dadaku sesak, ha ha Park Chanyeol sudah saatnya kau mengunjungi gym, mungkin besok aku akan menelepon Suho Hyung untuk menemaniku.
Kumasukkan sandi dan kubuka pintu dengan perlahan, memastikan dia tak ada disana. Kuletakkan koper dan bingkisan spesialku untuknya di sofa.
Pintu kamar kami terbuka, itu bukan kebiasaannya. Dia selalu menutup pintu kamar kami ketika keluar. Kumasuki ruangan yang kutinggali selama beberapa tahun itu, perhatianku terpaku pada lemari pakaian kami, terbuka.
Aku melangkah perlahan mencoba mengasah akal sehatku, ada yg tak wajar disini. Park Chanyeol sadarlah. Apa yg kulihat di dalam lemari harusnya bisa membunuhku saat itu, setidaknya itu pikiranku.

Kosong.
Sisi kanan yang kuperuntukkan baginya kosong. Kuulangi. Kosong.
Tidak. Ini tidak mungkin. Aku menggelengkan kepalaku keras tak percaya. Tidak.
Pasti ada penjelasan masuk akal disini. Tidak mungkin.
Aku terduduk lemas di lantai. Kenapa kamar ini begitu dingin?
Aku mengitarkan pandanganku kesekeliling kamar, sesak. Sunshine. Aku sakit.
Sesuatu menarik pandanganku, secarik kertas di ranjang kami. Kudengar suara tawa sumbang, belakangan kusadari itu suaraku sendiri. Ini tidak mungkin.
Aku bangkit dan meraihnya, lalu mulai membaca tanpa bisa kuhentikan

Moonlight, akhirnya . . 
Mungkin ini sudah saatnya, aku sudah memikirkannya, masa depan kita, kau dan aku
Lalu aku berpikir, tentang masa depanku, hanya aku dan tanpamu
Moonlight, ini yang terakhir. Maafkan aku

Tanpa nama, tidak lebih dari 10 kalimat, sunshine . . Kau,
Tidak. Tidak mungkin.
Ini tidak mungkin, tidak dalam mimpi terburuk sekalipun. 

Aku tak ingat bagaimana caranya aku sampai disini. Vision? Ah jurnalku, samar samar aku ingat menghubungi beberapa orang, beberapa wanita dan pria. Namanya aku tak tau, tak ingat. Beberapa memakiku, ada juga yg mengira aku sedang mengarang lelucon, 2 terakhir malah memintaku menyampaikan salam pada Kyungsoo, aku gila? Mereka yg gila.
Aku menemukannya, aku berdiri di luar gedung tempatnya berlatih vokal. Aku akan menunggunya, jadwalnya akan selesai 2 jam lagi.

Aku tak tau seberapa aku membeku di dinginnya udara Seoul yang menggigit, suara riuh menyeruak tepat ketika pintu itu terbuka. Para siswa keluar, kucari sosoknya dan tak kutemukan, mungkin dia masih di kelas.
Aku mengeratkan mantel yang kukenakan, angin ingin menguji ketahananku. Silahkan. Bahkan badai pun tak akan mampu menjatuhkanku sebelum aku bertemu dengannya.
Kuperhatikan beberapa dari siswa melirikku dan berbisik bisik, mungkin mereka berpikir orang gila mana yang menunggu di cuaca seperti ini hanya dengan pakaian tipis dan mantel sekedarnya, tanpa syal, tanpa penutup telinga. Cih! Mereka meremehkanku. Aku sedang tak berniat menjadi 'oppa baik hati'. Aku harus menjemput Sunshine. Dia membutuhkanku.
Dan dia pun muncul, datang dari pintu di depanku, membukanya dan melangkah penuh kesempurnaan seperti biasa, dia tak melihatku, dia tak menyadari kehadiranku sampai aku memanggilnya,

'Sunshine' 
Dia melihatku, terkejut. Kukira lebih pada kecewa tersirat pada wajah lembutnya. Mengapa? Sunshine.

'Hyung, sedang apa kau disini?' Ding. Dia memanggilku apa? Hyung? Sunshine. Tidak.

'Sunshine . . Aku mencarimu, mari pulang. Aku akan menyiapkan makan malam' kudengar suara keluar dari mulutku

'Hyung. Bukankah kau harusnya masih di Jeju?' Ding

'A-aku disini . . Tidak penting apa yang terjadi di Jeju. Aku kembali untukmu. Sunshine ayo pulang. Kau pasti kedinginan' Aku menyentuh lembut pipinya. Dingin
.
'Hyung. Kumohon. Kau sudah membaca suratku bukan, pasti kau tau maksudku, aku tidak bisa. Aku sudah bersama orang lain' Ding. Krak. Tunggu suara apa itu? Ah tidak. Hanya sebagian kecil potongan jiwaku yang pecah berserakan. Sunshine aku mulai sakit.

'Ya ya aku tau. Baiklah aku akan menunggumu di rumah. Bersenang senanglah dan jangan lupa makan' Aku melepaskan tanganku dari wajahnya. Ya mungkin harus seperti ini. Tak apa. Aku bisa menunggunya di rumah.

'Hyung' DingTidak Sunshine. Tidak. Aku akan pulang. Jangan katakan apapun.

'Hyung, aku tak akan pulang. Aku tak akan kembali. Kau sudah tau apa yang kulakukan di belakangmu selama ini. Aku tau kau tau. Dan aku tau kau tetap diam. Hyung berhentilah. Aku tak mau menyakitimu. Aku ingin bersama orang lain. Kau pun bisa melanjutkan hidupmu tanpa aku.' KRAK. 

Telak aku jatuh di kehampaan. Aku hancur. Berkeping keping. Sunshine aku sekarat.

'Hentikan!' Tidak. Apa yang kulakukan. Aku tak pernah berkata kasar padanya. Dia pasti sangat membenciku sekarang. 

Kau bodoh Park Chanyeol, Kau akan membuatnya membencimu dan akan meninggalkanmu, dia tak akan kembali. Matahariku. Bagaimana bulan bisa bercahaya tanpa sinarnya? Bulan hanya memantulkan cahaya matahari. Hanya meminjam. Bagaimana jika matahariku pergi? Padam. Welcome to the dark side of the moon Park Chanyeol. Kau bodoh. Selamat. 
Aku merutuk pada diriku sendiri. Aku mati.
Kualihkan pandanganku yg sedari tadi kutujukan pada rumpun kecil di samping gedung padanya. Aku tak berani menatap wajahnya. Aku bergerak perlahan.

'Sunshine maafkan aku. A-aku tak bermaksud membentakmu' Aku merengkuhnya. Malaikatku. Tidak. Maafkan aku kumohon. Jangan.

'Tidak apa hyung. Aku pantas mendapatkannya. Pulanglah' KRAK. Sunshine berhentilah kumohon. Maafkan aku.

Hening sesaat menyekapku dalam dimensi lain. Tidak bisa. Tidak bisa seperti ini. Chanyeol bertindaklah.

'Baiklah. Maafkan aku bersikap seperti ini.' Kulepaskan pelukanku. 

'Kau akan baik baik saja kan hyung' 

'Iya tentu' TIDAK!. Bagaimana mungkin aku baik baik saja tanpamu Sunshine.

'Aku senang mendengarnya. Baiklah aku harus pergi' KRAK. Tidak jangan pergi. Jangan tinggalkan aku.

'Ne. Berhati hatilah. Jangan ceroboh. Udara sangat dingin jangan sampai kau sakit' Aku mencintaimu. Jangan pergi. Aku bisa mati. Sunshine kembalilah.

'Ne hyung' Dia mengucapkannya dengan senyuman. Bagaimana bisa. Bagaimana bisa aku melepasmu.

Dia melangkah menjauh. Mendekati seseorang yang tak kusadari keberadaannya sejak tadi dan bahwa dia sudah berada disana dan mendengar semuanya. Aku mengenalnya. Choi Minho. Senior Kyungsoo di klub vokal. Kuperhatikan Kyungsoo berlari kecil melawan angin hingga sampai disamping Minho. Jadi kau rupanya. Baiklah.
Kyungsoo melambaikan tangannya semangat padaku sambil merengkuh lengan Minho di sisi lain. Kubalas. Kupasang senyum sebisaku. 

'Sampai jumpa. Hati hati' ding. Loncengnya menjauh. Dia pergi.

'Kau juga' jawabku nyaring. Kupaksakan tenggorokanku bersuara.

Aku masih memandangi kedua punggung itu hingga menghilang di belokan berikutnya. Aku masih disini saat lampu jalanan mulai dinyalakan. Aku tetap berdiri di tempat yang sama sampai hingga getar ponsel di sakuku berontak dan menyadarkanku akan keheningan yang mencekam.

1 new message

From : MY SUNSHINE <3
Hyung kau sudah pulang? Kuharap sudah. Aku sangat bahagia kau bisa menerima semua ini dengan mudah. Aku harap kita masih bisa berhubungan setelah ini. Aku dan Minho hyung akan sering mengunjungimu. Jangan lupa makan 

Kutatap nanar layar ponselku, apa yang salah? Apa yang kurang Sunshine? Apa yg membuatmu seperti ini? Apa salahku? Pipiku basah. Merembes terus turun hingga ke tanah beku. Aku pecundang. Sunshine kau tak bisa seperti ini. 
Dari semua orang itu, semua orang yang kau kencani? Mengapa harus dia? Mengapa harus kau Sunshine. Sunshine hatiku sakit. Sunshine aku mati.

Drrt drtt 

Drrt drtt

Incoming Call MY SUNSHINE <3

Kuusap wajahku kasar. Kutarik nafas. Perih menusuk. Udara dingin ini membunuhku. Tidak. Kau yang membunuhku Sunshine.

'Yoboseyo . .' Sapaku

'Hyung, kenapa kau tak membalas pesanku?' Hyung kau bilang? Seketika aku menjadi hyung-mu Sunshine? Ha ha

'Tidak . . Aku baru sampai di apartemen.' BOHONG

'Ah begitu. Aku mengkhawatirkanmu. Mungkin beberapa hari lagi aku akan berkunjung untuk beberapa barang yang tertinggal. Kau tidak keberatan bukan?'

'Tentu. Berkunjunglah. Mungkin kita bisa makan malam bersama, tentu jika . . M-minho hyung tak keberatan.' Nafasku tercekat menyebut namanya

'Tentu saja tidak bila dia tidak tau bukan? Ha ha' Ding. Tawanya bagai embun yang meruap, memaksa mengisi relungku. Sunshine.

'Em . . Bolehkah aku tetap memanggilmu Sunshine?' Pintaku pelan. Kumohon.

'Tentu Moonlight. Apa yang tak bisa. Aku akan tetap menemuimu. Aku menyayangimu lebih dari siapapun. Kau yang terbaik dari semua. Terkadang aku berpikir bahwa aku sangat keterlaluan memperlakukanmu seperti ini.' 

'Apakah benar kau menyayangiku Sunshine?'

'Tentu Moonlight' 

Jika kau menyayangiku kenapa kau lakukan ini? Kenapa kau pergi? Kenapa kau meninggalkanku?

'A-aku . . Aku juga sangat menyayangimu' Aku mencintaimu.

'Arraseo. Aku tau kau menyayangiku lebih dari siapa pun. Karena itu aku menyayangimu Moonlight.'

'Baiklah kalau begitu . . Beri kabar jika kau akan datang'

'Tentu . . Secepatnya. Aku akan sering datang' Ding. Ding. Loncengnya kembali. Terima Kasih

'Ya'

'Bye Moonlight. Aku menyayangimu' Aku mencintaimu Sunshine.

klik

 

 

Sunshine kau bisa pergi, bisa terbang, bisa bersama orang lain. Tapi kau tetap milikku. Kau tak berpikir aku akan melepasmu semudah ini kan?
Sunshine aku akan selalu menjagamu, dari dekat dan juga jauh, karena aku mencintaimu
Sunshine tenanglah, kau pergi bukan berarti aku mengacuhkanmu
Percayalah aku selalu disana, bersamamu, melindungimu dari yang lain
Sunshine.. Kau milikku

 

 

 

 

 

FIN?

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
WKCS-Hyun #1
Chapter 1: the end kah ini? ah gak rela kalau bukan chansoo pairnya huhu...