Prolog

C a r n a t i o n

Disclaimer: only the plot


Prolog

 

Sooji mengedarkan pandangannyaㅡmenyapu setiap kepala, wajah, postur, memasang telinga, namun melewatkan tatapan mata. Dia sudah mencoba untuk menahan diri supaya tidak mencari, tapi sebuah ruang teramat kecil di hatinya berhasil mengendalikan wanita itu. Wajah-wajah masa lalu yang begitu familiar semakin membuatnya menggebu untuk menemukan apa yang paling ingin dilihatnya selama lima belas tahun terakhir.

Ia tidak lantas bangkit dari posisinya di atas kursi dan berkeliling melawan arus manusia-manusia yang sedang bernostalgia, disahkan dengan lantunan musik lawasㅡseperti adegan di opera sabun yang tayang tiap Senin dan Selasa malam. Tapi dia bukan anak muda lagi, sudah lewat kepala tiga. Jadi dengan bijak ia memutuskan untuk tetap duduk, mengobrolㅡlebih tepatnya mendengarkan teman-teman sekelasnya meracau atau menertawakan kejadian masa lalu dengan kalem seperti dirinya yang duluㅡsambil tetap memasang mata dan telinga.

Semua bermula ketika ia mengecek kotak surat yang terlantar selama empat hari. Ketika ia pergi ke luar kota menemani pria yang akan menjadi suaminya dua bulan lagi, sebuah surat undangan reuni mampir ke apartemen kecilnya.

Reuni Akbar SMA Woonam

Jantungnya berdetak lebih cepat dari tempo biasa. Surat-surat lain yang kelihatannya lebih penting ia abaikan begitu saja. Seakan ada yang memperhatikannya dari berbagai penjuru, Sooji menyembunyikan undangan itu dengan cepat. Tidak ada siapa-siapa di sana.

Sooji tersenyum, mengangguk, atau ikut mengucapkan "Ah" seperti yang lain. Sebuah kemajuan pesatㅡteramat pesatㅡmengingat ketika SMA dulu, Sooji sangat jarang berbaur dengan yang lain. Ia bukan tipe perempuan yang ekspresif atau mudah mengutarakan keinginannya. Orang tidak akan mengenalnya. ("Sooji? Sooji siapa? Apa dia sekolah di SMA kita?"). Kecuali yang pernah benar-benar berinteraksi dengannya.

"Sooji-ya, bagaimana rencana pernikahanmu? Kemana kalian akan bulan madu?" Park Jiyeon yang sedari tadi mengambil atensi orang-orang di meja bundar itu tiba-tiba menatap Sooji sambil tersenyum tipis.

"Oh?" Sooji mengatur napasnya sedemikian rupa karena pertanyaan mendadak ini. "Sudah 90%. Kami tidak bulan maㅡ"

"Ah keurokuna! Aku baru saja pulang dari bulan maduku yang kedua. Kami pergi ke Soho dan di sana sangat bagus. Yah memang mahal tapi suamiku relaㅡblzzt."

Kali ini helaan napas lega samar-samar terdengar dari mulut Sooji. Bukan Park Jiyeon namanya kalau tidak selalu ingin menjadi pusat perhatian. Segala hal yang ia tanyakan pada orang lain akan berujung pada kisahnya sendiri yang ia ceritakan dengan penuh kebanggaan.

Sooji masih mendengarkan meski sebenarnya dia mencari-cari celah untuk mendapatkan kabar dari apa yang ia cari malam ini. Ponselnya bergetar. Sooji mengambilnya dari tas jinjing yang ia bawa.

Sebuah panggilan dari calon suaminya.

"Yobose ㅡ" hingar bingar musik beat semakin terdengar, membuat Sooji menjauh dari teman-temannya untuk bisa mendengarkan suara tunangannya. "ㅡtunggu sebentar, aku akan keluar. Di sini sangat berisik," ucap Sooji sedikit keras, entah yang di seberang sana dapat menangkap kata-katanya atau tidak.

Sooji mendorong pintu keluar yang terbuat dari kaca.

"Yoboseyo? Apa kau bisa mendengarku?"

"..."

Dentuman musik yang kian menggila membuatnya harus memutar bangunan, mencari tempat sepi. Perlahan suara calon suaminya mulai terdengar jelas.

"Apa kau sudah bertemu dengannya?"

"Tidak. Aku tidakㅡ" Sooji terdiam untuk beberapa saat. Langkahnya terhenti begitu saja. Manik kembarnya menangkap dua sosok manusia yang sedang berpelukan dengan bibir mereka yang saling tertaut.

"ㅡmenemukannya," bisik Sooji di telepon.

Sooji bergeming di tempatnya. Ia bisa merasakan bangunan di sebelahnya runtuh. Pohon-pohon tak nampak kini tergantikan oleh tumpukan kursi dan meja berdebu. Gaun berwarna merah yang ia kenakan telah menjelma menjadi seragam SMA Woonam lima belas tahun yang lalu. Rambutnya yang terurai pun kini terikat dengan rapih. Semuanya berubah kecuali dirinya yang masih mematung, memandang seorang anak laki-laki yang mencium perempuan di pojok ruangan sepi.

"Aku menemukannya."

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
swaglord #1
<3
kissmemore #2
<3
widdy_R
#3
Chapter 2: apa ini akan ada kelanjutannya? aku butuh kelanjutannya heuheu
jadi baekhyun yang di carinya. lalu jong in? hm
widdy_R
#4
Chapter 1: wahh aku baru nemu fanfic ini. keren keren bahasanya juga enak di baca bagus
ratu_Karin #5
Chapter 2: Aah jd baekhyun yg suzy sukai dan kai yg jad tunangannya suzy? XD
Waah penasaran sama lanjutannya ditunggu lanjutannya ya semangat xD tp jujur aja kadang aku bingung :D
ratu_Karin #6
Chapter 1: Siapa itu? Dan kenapa tunangannya suzy bertanya seperti itu? Waah penasaran sama ceritanya :D ditunggu lanjutannya hwaitinig xD
Locrianz
#7
Chapter 2: Udah lama g pernah baca fanfic bahasa Indo nih... Eh, pas ketemu bagus pula... Aku bisa bayangin ini fanficnya ibaratkan kuncup bunga... masih tunggu mekar alias aku geregetan banget, pengen baca kelanjutannya, menarik banget! Fighting ya!!!