The First Meeting

Unexpected Addiction

Seorang gadis sedang duduk di atas tebing tersembunyi dengan pantai terbaik dan tentu saja ditemani gitar akustik penuh kenangan miliknya. Dipetiknya senar-senar itu yang kemudian merangkai sebuah nada yang mencurahkan isi hatinya. Tak perlu bakat untuknya bermain gitar, karena semua terasa begitu sederhana.

Satu-satunya hal yang dilakukannya sekarang adalah bernostalgia bersama dengan alunan nada baik dari gitarnya maupun musik alam yang paling hebat sepanjang masa yang tersaji saat ini.

Mengenang masa lalu memang sangat menyakitkan, namun ada saatnya kita harus menahan semua resah dan mulai merelakan semuanya. Dan ingatan tentang masa lalunya sangat mengharukan, sangat mengharukan sampai ia tak lagi memiliki air mata untuk diteteskan. Karena ia sudah merelakan semuanya dan membiarkan waktu memakan masa lalunya secara perlahan.

Namanya Stephanie Hwang, namun ibunya –dulu– memanggilnya Tiffany, dan itulah nama panggilannya hingga saat ini. Ayah dan ibunya telah meninggal dua tahun silam, mereka memiliki masalah perceraian yang begitu rumit. Kedua kakaknya pun juga pergi ketika itu, mungkin pergi ke negeri seberang? Atau mungkin memulai hidup baru dengan nama yang juga baru?

Apapun alasannya mereka, Tiffany tak peduli lagi. Tiffany tak bisa menyerah begitu saja, ia masih memiliki banyak alasan untuk tak mengakhiri hidupnya.

Hari mulai gelap, ia kemudian memasukkan gitarnya ke tempatnya dan turun ke bawah; ke pesisir pantai. Berdiri di atas butiran pasir putih dan merentangkan kedua tangannya, merasakan sejuknya angin dan menatap langit sore yang berwarna oranye terang, itu sudah cukup untuknya.

Stephanie Hwang sangat menyukai matahari terbenam. Dan dengan hilangnya matahari sore itu, Tiffany berlalu pergi dengan perasaan yang begitu kalut.

***

“Tiffany, bisa tolong antarkan ini ke meja empat?”

Gadis yang namanya dipanggil kemudian mengangguk, “Tentu!”

Dengan secepat kilat, Tiffany mengambil nampan berisi dua cangkir espresso dan memberikannya kepada pelanggan yang duduk di meja empat.

“Selamat menikmati, Tuan,” ucapnya seraya tersenyum kecil yang dibalas dengan anggukan kecil.

Beberapa saat setelahnya, lonceng di atas pintu kafe berbunyi, tanda ada pelanggan lain masuk. Seorang pria dengan mantel putih masuk dan duduk di bangku dekat jendela. Tiffany kemudian berjalan menuju pria itu dan menanyakan pesanannya.

“Selamat siang, Tuan. Anda ingin memesan apa?”

“Satu americano.”

Orang itu tak menatap wajah Tiffany sama sekali. Tiffany sedikit risih, namun ia hanyalah waitress, jadi yang dilakukannya sekarang adalah mencatat pesanan pria itu dan tersenyum secukupnya.

“Apa hanya itu saja, Tuan?”

“Ya.”

“Baik, satu americano. Silahkan tunggu sebentar.”

Tak lama kemudian Tiffany kembali dengan nampan yang berisi secangkir americano. Namun kakinya tersandung oleh pelayan lain sehingga cangkir itu pada akhirnya jatuh dengan mulusnya ke lantai dengan air yang lebih dulu menumpahi pakaian si pelanggan.

Tiffany bergegas mengambil tisu dan berjalan ke arah orang tadi.

“Maaf, Tuan. Ini benar-benar kecelakaan dan biarkan saya membersihkan–“

“Jauhkan tanganmu dari mantelku! Dasar orang miskin!”

Perkataannya terpotong. Tiffany kemudian menegakkan tubuhnya kembali dan dengan sigap ia membersihkan kotoran di lantai, berusaha tak membuang-buang waktu sekaligus mengabaikan perkataan pria itu.

“Kenapa kau sangat ceroboh, gadis bodoh? Memangnya di mana manajermu, hah?! Pelayanan macam apa ini?!”

Seorang wanita paruh baya yang mendengar kegaduhan kemudian mendatangi mereka dan berkata, “Maaf, Tuan. Tapi apa yang terjadi?”

“Pelayanmu ini menumpahkan pesananku tepat di mantelku! Benar-benar pelayanan yang buruk!”

“Bisa kita bicarakan dengan baik? Jadi, apa yang bisa kami bantu?”

Pria itu memalingkan wajah, “Aku ingin ganti rugi atas ini!”

Wanita paruh baya itu mengerutkan keningnya, “Dengan apa?”

“Pecat gadis bodoh ini sekarang juga!”

“Tapi, Tuan. Ia–“

“Kubilang pecat gadis bodoh ini sekarang juga! Apa semua pelayan di sini sebodoh dirinya? Kenapa kau bisa menerima gadis bodoh ini menjadi pelayan?!”

Wanita paruh baya itu kemudian menghadap ke Tiffany dengan wajah penuh penyesalan seraya berkata, “Maaf, Tiffany, kau tidak bisa bekerja di sini lagi.”

“T-tapi, Miss, saya…”

“Maaf, Tiffany.”

Tiffany kemudian berdiri dan melepas celemeknya dan berkata, “Tidak bisakah aku mendapat kesempatan lagi, Miss?”

“Maaf, kami tidak bisa menerimamu lagi.”

“Baiklah kalau begitu.”

Tiffany kemudian menaruh celemeknya di atas meja.

“Dasar bodoh. Apa kau tuli? Kau dipecat! Jadi pergi dari hadapanku sekarang juga. Dasar rendahan. Pasti kau tidak pernah sekolah!”

Tiffany menoleh kepada pria yang mengatainya itu, “Maaf tapi jaga mulutmu, Tuan.”

“Apa? Menjaga mulut untuk orang rendahan sepertimu? Hell yeah!”

Tiffany tak bisa lagi menahannya. Pria ini benar-benar keterlaluan dan benar-benar menghancurkan moodnya. He worse everything, including her life!

“Kenapa ada orang sepertimu di dunia ini? Kenapa kau begitu kejam dan tidak berperasaan?! Semua pelanggan tahu ini sebuah kejadian yang wajar dan kau, telah menghinaku! Kuperingatkan padamu, Mr. High-class, bahwa orang sepertimu tidak akan mungin diterima dengan baik di masyarakat! Kau hanyalah anak manja yang selalu menghambur-hamburkan uang orangtuamu! Terima kasih telah menerima saya untuk beberapa bulan, Miss. Dan kau, make sure you won't troublesome people's life, Mama's boy!”

Dan dengan itu, Tiffany meninggalkan kafe tempat kerjanya beberapa menit lalu.

Pria itu menggeram, “Apa-apaan gadis itu?! Lihat saja jika aku bertemu dengannya lagi, kupastikan ia akan sengsara!”

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Anggira_zahra88 #1
Chapter 1: Update soon please ^^
flawlessey
#2
Chapter 1: Ahh I'm so late in reading this...I've been such a slacker in reading fanfiction recently because of studying, but I'm back on track now. I love your fics authornim, so good ^~^
sehunwind
#3
Chapter 1: lol this was good for a first chapter xD lihat sekarang! dear, gue bener2 butuh chapter selanjutnya its sooooooo cool, by the way kaifany jjaaaaaaanggg ^^