memories

The Weakness

TYPO BERTEBARAN

 

Terus menatap tanah dan berhenti menatap langit biru……… membayangkan perasaan gamang saat tubuh meluncur jatuh. Rasa takut kehilangan dan rasa takut akan ajal yang menyakitkan menggelayuti dada. Boram menggelengkan kepalanya cepat. Dia masih mencintai Woo Jiho. Dia tidak peduli bagaimana orang melihatnya, dia hanya memcintai Jiho.

"Selamat tinggal Jiho-ah……"

 

Kyung baru saja akan masuk ke apartemennya saat melihat tetangganya memegang sebuah kotak berwarna baby blue, sedikit mengulum senyumnya ingin menggoda tetangganya yang terlalu suram.

"Ji-…"

"Brengsek!"

Kyung tersentak saat tiba-tiba Jiho berteriak kasar dan membanting kotak kado yang baru saja dia buka. Urat-urat tegang karena marah terlihat di sekitar lehernya. Kyung menggigit sedikit bibir bawahnya. 'Sudah dekat, sapa saja', batin Kyung.

"Tidak sopan membuang kado dari penggemar Jiho-ssi"

Jiho menoleh saat mendengar perkataan  Kyung. Dia menatap datar tetangganya yang sedang memungut kotak kado yang tadi dibantingnya.

"Sebaiknya tidak kau buka Kyung", Jiho memperingatkan tapi terlambat.

"Siapa orang brengsek yang bercanda keterlaluan begini?", Kyung mengangkat kepala ayam yang masih basah oleh darah dengan telunjuk dan jempolnya. 

"Itu menjijikkan Park Kyung-ssi!", Jiho segera mengambil kotak dan kepala ayam dari tangan Kyung cepat. Merutuki sikap usil tetangganya yang terkadang sangat menyebalkan.

"Kau diteror? sudah berapa lama? sudah telpon polisi?"

Jiho kembali menatap Kyung saat tangannya sudah menyentuh knop pintu. Ditatapnya wajah tetangganya itu sejenak sebelum mengambil nafas untuk menjawab.

"Bukan urusanmu!"

"Berhentilah berduka Zico-ya, ini sudah enam bulan sejak Boram meninggal"

Jiho sekali lagi membanting kotak teror itu dan menyambar kerah baju Kyung saat sesuatu yang sangat sensitif baginya kembali diungkit.

"Sudah kubilang untuk tidak mencampuri urusanku", Jiho mendesis didepan wajah Kyung. Matanya menusuk langsung pada mata Kyung yang sedikit memicing karena terkejut.

"Lepaskan!", Kyung menghempaskan tangan Jiho yang mencengkram kerahnya. 

Jiho sedikit terdorong tapi tidak terlalu berpengaruh. Ditinjunya dinding di sisi kanan Kyung yang sedang bersandar karena terjangan Jiho yang tiba-tiba. 

"Urus urusanmu sendiri!", Jiho menendang kotak kado teror didekat kakinya sebelum masuk dan membanting pintu kamar apartemennya.

Kyung menghembuskan nafasnya kasar. Menatap lama pintu dihadapannya yang bertuliskan 416. 

"Tidak hanya brengsek, kau juga bodoh Woo Zico", Kyung berujar lemah. Takut kalau-kalau Jiho bisa mendengarnya dari dalam kamarnya.

Kyung berjongkok dan memungut kotak brengsek yang sudah menghancurkan mood tetangganya dan nyaris menghabisi wajah tampannya. Kyung mengambil selembar foto yang tidak jelas bentuknya karena terdapat sobekan-sobekan lurus digambarnya. Mengerutkan dahinya dalam, Kyung membaca satu kata yang ditulis dengan darah.

PEMBUNUH

Kyung membulatkan matanya. Cepat-cepat menaruh kembali foto itu dan menutup kembali kotak itu.

"Menyedihkan", Kyung beranjak masuk ke kamar apartemennya dengan membawa kotak teror itu dan membuangnya pada kotak sampah yang terdapat dikamarnya.

Kyung menatap isi kamarnya yang berantakan, pakaian kotor dimana-mana. Bekas Cup ramen dan kaleng bir membludak dikotak sampahnya yang meminta perhatian. Matanya mengarah ke sebuah figura dengan dua orang pria dan seorang gadis sebagai objeknya. Menghembuskan nafasnya pelan dan menyentuh satu sisi digambar itu.

"Aku mencintaimu……"

 

 

"Berhentilah sebelum menyesal hyung", Jihoon menatap pria didepannya iba. Sudah banyak penderitaan yang dialaminya karena sebuah rasa yang harusnya tidak dimiliki.

"Kau tidak mengerti bagaimana rasanya mencintai seseorang, seperti bagaimana aku mencintainya", pria dihadapan Jihoon menatap kosong sungai dihadapan mereka, sesekali meneguk bir kaleng yang mereka bawa.

Jihoon menepuk punggung teman yang sudah dianggap sebagai kakaknya sendiri itu. Menyalurkan kekuatan tanpa kata. Terkadang ada saat dimana seseorang hanya ingin didengarkan tanpa interupsi. Jihoon sedikit mengerti situasi temannya, walaupun tidak mengerti kenapa temannya masih mempertahankan perasaan bodoh menurutnya.

"Lalu bagaimana hasilnya?", Jihoon kembali bertanya saat  mereka lama terdiam.

"Marah tentu saja…… aku yakin dia marah"

Jihoon menghembuskan nafasnya lelah, tidak mengerti bagaimana cara kerja otak temannya yang berbeda dari yang lain. Meneguk kasar bir kaleng miliknya karena tidak tahu harus bereaksi apa"

"itu pantas didapatkan seorang pembunuh sepertinya"

Jihoon menghentikan acara minumnya dan beranjak ke depan temannya. Dia berjongkok, berhadapan wajah dengan temannya yang masih menatap kosong entah kemana.

"Sadarlah hyung, bukan Woo Jiho yang membunuh Park Boram"

Pria itu bereaksi saat Jihoon menyebut dua nama sakral diotaknya. Dia menatap tajam Jihoon dan mencengkram kerah Jihoon kasar. Mendekatkan wajahnya dan berdesis.

"Dia membunuh Boram! dia membunuh Boram karena Boram mencintainya! dia pembunuh Jihoon-ah! Pembunuh harus mendapat balasan!"

Jihoon meninju wajah temannya hingga tersungkur. Dia kesal dengan kegilaan temannya. Kesal dengan semua teror yang diciptakan temannya. Kesal dengan dirinya sendiri yang tidak bisa menghentikan temannya. 

"Berhenti berbuat bodoh karena cinta hyung! kau punya hak mendapatkan cinta dari orang lain yang bisa mencintaimu dengan tulus!", Jihoon berteriak kasar didepan wajah temannya. 

Sedikit rasa menyesal menghinggapi dada Jihoon saat melihat darah disudut bibir temannya. Diusapnya lembut darah itu tapi segera ditepis sang pemilik wajah.

"Jauhkan tanganmu!"

Jihoon menjauhkan tangannya dan segera beranjak menjauhi temannya. Jihoon berbalik mengepalkan tangannya erat saat memandangi air sungai yang terlihat bak lantai marmer hitam mengkilat. Tak ada riak…… tapi sanggup menenggelamkan.

"Aku lebih memilih menderita karena mencintai daripada menderita karena bersama orang yang tidak kucintai"

Jihoon menggertakkan giginya mendengar kalimat egois temannya. Semua perasaan dan perlakuannya selama ini tidak pernah berarti bagi lelaki dibelakangnya itu. Mata pria itu tetap tertuju pada orang lain yang bukan Pyo Jihoon……… bukan pada Pyo Jihoon yang selama ini melakukan semua hal untuknya.

"Kau brengsek hyung", Jihoon menyambar kunci motor diantara kaleng-kaleng bir yang berserekan didekat kaki temannya. Berjalan menjauhi temannya yang masih menatapi hamparan air sungai yang tidak memberikan pemandangan apapun. 

Jihoon menaiki motor maticnya dan kembali melihat ke arah temannya yang menenggak bir kaleng yang entah keberapa. Menghembuskan nafasnya sedikit kasar dan menjalankan motornya membelah jalanan kota Seoul dimalam hari.

"Setidaknya kau peminum yang hebat hyung………"

 

Jiho mengerutkan dahinya dalam saat mendapati sebuah tas kertas menggantung di knop pintunya. Dengan waspada, mengingat teror yang menghinggapinya belakangan Jiho membuka tas kertas itu. Dahinya semakin berkerut saat melihat sebuah cupcake berbentuk Kepala hello kitty didalamnya. Dengan kasar Jiho meremas cupcake itu hingga hancur dan mengotori tangannya. Jiho melangkahkan kakinya ke arah sebuah pintu dan mengetuk pintu itu kasar. Bernafsu mendobrak pintu itu dalam hitungan tiga jika tidak juga terbuka.

"Ada apa?", pintu terbuka dan menampakkan sosok Kyung yang sedang mengusak rambutnya. Terlihat terganggu Karena tidurnya terusik.

Jiho melemparkan sampah cupcake yang sudah hancur ke dada Kyung. Membuat yang dilempari membulatkan matanya terkejut dan benar-benar terbangun dari tidurnya.

"Berhenti mabuk dan mengacau Park Kyung!", Jiho menatap tajam Kyung yang mengedipkan matanya berkali-kali berusaha mencerna perkataan Jiho.

Jiho menghela nafasnya kesal. Dia tahu, bukan hanya dia yang terpuruk saat kematian Boram. Kyung juga merasakan yang sama karena mereka bertiga besar di lingkungan yang sama. Tapi tidak seperti Jiho yang menampakkan keterpurukannya dengan mengurung diri dan enggan tertawa. Kyung justru selalu menampilkan tawanya dan terlihat ceria di siang hari, tak ingin membuat orang-orang menatap menyedihkan kearahnya. Tapi Jiho tau setiap malam pria timun itu akan menenggak berkaleng-kaleng bir hingga terkapar di lantai kamarnya, atau bertingkah seperti saat ini. Meletakkan cupcake dengan bentuk favorit Jiho saat mereka bertiga dulu di pintu apartemennya.

"Urus urusanmu sendiri", Jiho melirik Kyung sekilas saat pria itu terlihat membungkuk dan mengambil sampah cupcake. Sebenarnya Jiho tidak bermaksud bersikap kasar pada Kyung. Dia hanya tidak mau Kyung berlagak sok kuat dengan membesarkan hatinya saat Kyung sendiri merasa terpuruk. Jiho membenci kenyataan saat Kyung tidak menangis dan malah menepuk punggungnya yang terisak di pemakaman Boram. Kyung juga yang justru menyambut para pelayat, bukan Jiho yang notabene tunangan Boram.

Jiho membenci Kyung karena pria itu terus menyuruhnya melupakan Boram. Jiho merasa Kyung terlalu brengsek dengan berusaha melupakan orang yang mereka cintai. Yah……… Jiho tau Kyung juga mencintai Boram walaupun mereka saudara tiri. 

Jiho mengambil ponselnya dan mengetikkan sebuah nomor lalu menempelkan ponsel itu ditelinganya, menunggu seseorang di sebrang sana menyahuti panggilannya.

"Carikan aku apartemen didekat studio, nanti malam harus sudah ada"

Jiho tidak memberikan waktu pada orang disebrang line telponnya menyelesaikan salam. Dengan cepat menutup sambungan telponnya secara sepihak. Jiho tidak mau mendengar kalimat protes dari anggota bandnya. Sekali lagi Jiho melirik ke arah Kyung yang sedang mengibaskan bajunya karena cream kue pada cupcake. Sedikit mendengus dan segera masuk ke dalam kamarnya. Jiho melanjutkan pekerjaan mengepak barang.

"Kenapa kau pergi di hari pernikahan kita?", Jiho menyentuh selembar foto yang diambil saat hari jadi mereka yang pertama. Jiho memeluk Boram dari belakang dan tersenyum lebar kearah kamera. 

Jiho teringat beberapa pertengkaran mereka beberapa hari sebelum kematian Boram. Mereka bertengkar katena sebuah surat kaleng yang ditujukan pada Boram, memerintah dan mengancam Boram agar menghentikan pernikahan mereka. Boram uring-uringan karena mengira surat itu berasal dari fans Jiho yang tidak terima dengan kabar pernikahan rapper dari Band yang sedang naik daun itu. Berkali-kali mereka mengabaikan surat kaleng itu tapi surat-surat itu bukannya berhenti malah semakin menjadi-jadi. Jiho sudah meminta pada petugas apartemen untuk memeriksa CCTV di lobby dan lorong apartemen tapi tidak menemukan seorangpun yang mencurigakan.

Mereka bisa sedikit bernafas lega seminggu sebelum pernikahan karena teror surat kaleng berhenti. Jiho mengira orang brengsek itu sudah jera dan menyerah. Menganggap kebahagiannya akan semakin terasa nyata. Tapi dunianya justru semakin jungkir balik saat Boram lari dari ruang ganti pengantin dan setengah jam kemudian mendapatkan kekasihnya itu terbujur kaku didalan toilet wanita dengan mulut berbusa.

Jiho mengusap sudut matanya yang berair. Menyelipkan kembali foto itu ke dalam buku bacaan favoritnya. Menutup kardus yang diberi label buku itu dengan solasi bening berukuran besar. Matanya berkeliling untuk mencari kardus lain yang belum dibereskan. Jiho mendengus tak suka saat melihat tumpukan kotak kado berisi surat didekat pintu keluar apartemennya. Belum sempat membuang kado-kado teror itu. Dua tumpukan tinggi membuktikan kesungguhan niat si pengirim pada Jiho. Jiho sadar ada yang tidak beres. Dari pola pengiriman kado itu dia tahu orang yang meneror Boram dan orang yang menerornya sekarang adalah orang yang sama, tapi kenapa? Kenapa orang itu sekarang justru mengatai Jiho pembunuh saat dialah yang membuat Boram depresi dan berakhir bunuh diri. Sebenarnya orang itu siapa dan apa yang diinginkannya. Jigo sengaja tidak lapor polisi karena ingin menangkap dan menghajar orang brengsek itu dengan tangannya sendiri.

"Tunggulah brengsek! Kuhabisi kau saat aku menangkapmu", Jiho mendesis dan memasukkan tumpukan kado dan surat itu kedalam sebuah dus besar.

 

Kyung menatap tas kertas dan sampah cupcake itu dalam diam. Dia merutuki sikap kurang ajarnya yang kambuh saat mabuk. Merasa tidak ingat jika dia melakukan hal itu mengingat mereka (Jiho dan Kyung) tidak lagi terlalu dekat sejak Jiho dan Boram memutuskan pacaran. Kyung hanya tidak ingin memiliki pikiran untuk membenci dua orang yang disukainya secara bersamaan. Memilih menjauh dan tidak melihat kemesraan mereka adalah keputusan tepat untuk Kyung. Seberapa besarpun rasa cintanya, tidak akan bisa mengalahkan perasaan dua orang yang saling mencintai. 

"Kau sudah benar-benar tidak suka pada hello kitty lagi ya", Kyung berjalan terseok dan membuang sampah cupcake itu ke kotak sampahnya. Mendengus jijik saat mencium aroma bangkai dari kotak sampahnya yang entah kapan terakhir kali dikosongkan.

"Sepertinya harus sedikit bersih-bersih……", Kyung menatap seluruh isi kamarnya yang sudah tidak jelas bentuknya. Sepertinya bukan sedikit, tapi banyak yang harus dibersihkan.

Kyung mengambil sebuah plastik hitam berukuran besar dan mulai memasukkan kaleng bir kosong dan cup mie instan yang bertebaran dilantai kamarnya. Berusaha menjangkau semua sampah di tempat-tempat tersembunyi seperti kolong tempat tidurnya. Sedikit mengerutkan dahi saat mendapati sesuatu yang dilapisi kain beludru. 

Kyung tersenyum kecil saat mendapati sebuah kotak cincin berwarna hitam. Dibukanya kotak itu dan mendapati sepasang cincin berbeda dengan desain simpel. Kyung ingat bagaimana reaksi teman-teman gengnya yang meledek Kyung karena selera payahnya dalam memilih cincin itu. Kyung juga ingat bagaimana reaksi Boram yang mati-matian tidak mau mencoba salah satu cincin yang menurutnya tidak menarik itu.

"Kenapa kau justru memilih dia saat aku kembali dan akan memintamu jadi milikku?"

Kyung bergumam sendiri dan meletakkan kotak cincin itu kedalam laci meja kerjanya lalu memulai kembali kegiatan bersih-bersihnya yang sempat tertunda.

 

TBC………

 

AN: JENG! JENG! JENG! update chap1nya xD jujur Ramen sempet lupa dengan fanfic ini dan baru inget waktu buka-buka file lama xD maaf buat yang subscribe dan nunggu ceritanya hehe……… Ramen bakal usahain update terus semua fanfic Ramen, termasuk fanfic MarkJin yang Love is magic ;-)

enjoy~

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
siscypr #1
Chapter 1: Lanjut plz?