The Guardian

The Guardian

Cast : Kim Junghoon, Super Junior 13 + 2, and other

 

Rate : T

 

Genre : Fantasy, Friensdhip

 

Disclaimer : They belong to God, their parents, and themselves

 

Warning : OOC, Alur cerita yang tidak beraturan, Typo, dan banyak lagi kekurangan yang tak bisa dihindarkan.

 

RnR

 

DLDR

 

PRESENT

 

CHAPTER 2

 

Kematian Lord Asano dimanfaatkan oleh Rufus untuk mencoba menggunakan kekuatan White Stein. Dia meminta kepada batu itu agar membuatnya kembali muda, dan tak lama setelah mengucapkan permintaannya keajaiban terjadi. Semua kerutan yang dimilikinya menghilang dengan perlahan. Dia sama sekali tidak menyadari jika Black Stein telah menemukan pemilik yang kelak akan menghancurkannya. Melihat kemapuan White Stein yang luar biasa membuat Rufus lupa akibat jika menggunakan kekuatan batu itu secara berlebihan. Dalam benaknya hanya ada kejayaan yang akan segera dicapainya dengan kekuatan White Stein.

 

Disebuah perkampungan para Vampire terlihat dua namja manis yang tengah beradu argument. Tidak ada yang mau mengalah diantara keduanya. Sementara yang lain hanya bisa melihat pemandangan yang menghibur itu. Tidak ada yang berniat memisahkannya, karena bagi mereka pertengkaran Vincent Lee dan Nathan Kim adalah sesuatu yang menarik. Sementara itu seorang penyihir yang kebetulan lewat dan melihat kekonyolan yang dilakukan para Vampire itu hanya bisa mendengus geli.

 

"Nath, Vince, hentikan perdebatan konyol kalian. Tidah sadarkah jika kalian menjadi tontonan para vampire yang lain huh?" seorang vampire yang tak kalah manis dari keduanya berusaha menghentikan pertikaian temannya itu.

 

"Diam…" dengan serempak mereka membentak namja tersebut. Kaget karena dibentak seperti itu vampire yang bernama Aiden itu hanya bisa mendengus dan berlalu, tidak lupa sebuah ancaman dilontarkannya.

 

"Jika kalian tidak berhenti, kupastikan jika Casey yang akan menghentikan kalian" mendengar nama salah satu Vampire yang terkenal sangar itu disebut, keduanya sontak terdiam. Dan kerumunan itupun bubar.

 

"Kau tidak menyenangkan Aiden Lee" seorang namja tanpa ekspresi berlalu meninggalkan ketiganya.

 

"Aish…kenapa kau tidak menghentikan mereka jika kau berada disini Bryan" teriak Aiden kesal. Sementara kedua vampire yang lain masih saling melempar tatapan tak suka satu sama lain.

 

"Aish..kalian…" dijitaknya vampire yang lebih muda itu saat masih saling melempar glare.

 

"Aiden…" teriakan keduanya sontak membuat Aiden menutup telinganya. Ketiganya pun kembali melangkah menuju rumah dimana mereka tinggal bersama dengan dua vampire yang lain. Meski sering berbeda pendapat dan beradu mulut keduanya memang tinggal bersama. Sejak orang tua mereka meninggal karena perang berpuluh-puluh tahun yang lalu, Nathan dan Vincent tinggal dengan Bryan, Aiden, dan Casey yang memiliki nasib yang sama.

 

Sementara di hutan tempat para elf berkumpul terlihat seorang Elf termenung. Terlalu fokus dengan lamunannya, dia sama sekali tidak menyadari keberadaan temannya. Cukup lama keduanya terdiam hingga Elf pertama yang telah kembali dari lamunannya itu tampak terkejut mendapati sang sahabat berada disisinya.

 

"Joshua, apa yang kau lakukan disini?"

 

"Sebenarnya aku ingin mengatakan sesuatu padamu Dennis, tapi melihat kau tidak menyadari kedatanganku tadi sepertinya kau tengah memikirkan sesuatu. Apa yang kau pikirkan?" Joshua menyamankan duduknya disamping sang sahabat.

 

"Entahlah, sepertinya akan ada sesuatu yang buruk terjadi" Dennis kembali melihat kedepan dengan tatapan yang sulit diartikan.

 

"Jeremy juga merasakan yang sama"

 

"Benarkah ? Semoga saja kali ini kami salah Josh. Dan jangan beritahukan hal ini kepada Henry dan Andrew "

 

"Hn, aku tahu." Setelah merasa lebih baik Dennis mengajak Joshua kembali ke kediaman mereka. Sama halnya dengan para Vampire tadi, kedua Elf ini juga merupakan korban perang. Mereka juga tinggal bersama tiga Elf yang lain.

 

Di sebuah kastil yang terletak antara perkampungan para Vampire dan hutan dimana para Elf tinggal, terdapat lima penyihir yang menempati tempat itu. Mereka juga merupakan korban perang yang berhasil diselamatkan oleh Asuka, selaku pemimpin para penyihir.

 

"Kau terlihat senang Kyu, apa yang kau lihat kali ini?" seorang namja tinggi bertanya kepada salah satu temannya yang baru memasuki rumah.

 

"Seperti biasa Zhou, dua Vampire manis yang beradu mulut hehehe" kekehan kembali terdengar begitu mengingat kejadian yang disaksikannya tadi.

 

"Kenapa kau sangat suka sekali keluyuran huh? Bukankah itu sangat berbahaya bagi kita. Terlebih bangsa Elf dan Vampire sedang memiliki konflik saat ini" penyihir dengan rambut blonde keluar dengan sebotol ramuan berwarna biru tosca di tangan kirinya.

 

"Aku tahu Hyukie, apa yang kau pegang itu?" Kyuhyun heran melihat namja yang lebih tua itu memegang sebuah ramuan, secara semua penghuni kasti tahu jika kemampuan Lee Hyukjae dalam meramu ramuan sangat parah. "Kau tidak mengacak-acak lab-ku bukan" lanjutnya panic.

 

"Tenanglah Kyu, ramuan itu aku yang membuatnya" seorang namja berbadan gempal keluar dari lab.

 

"Makanan sudah siap…." Teriakan seorang namja dari dapur membuat keempat penyihir muda itu beranjak menuju ruang makan.

 

"Kau memang ahli dalam hal ini Shin" puji Zhoumi saat lidahnya dimanjakan oleh masakan yang disiapkan oleh satu-satunya penyihir yang memiliki tubuh sedikit berisi itu.

 

"Ah…itu hanya hal yang biasa Zhou" meski berkata demikian, rona merah tetap muncul di kedua sisi wajahnya. Mereka pun makan dengan damai tanpa sadar jika sesuatu yang besar akan menimpa mereka.

 

Sementara itu kediaman Lord Asou gempar karena Black Stein secara misterius menghilang. Para pemimpin seolah kehilangan harapan dengan peristiwa itu. Mereka tidak akan mampu melawan Rufus tanpa adanya Black Stein. Tapi Lord Asou mencoba membangun kepercayaan diri sahabat-sahabatnya.

 

"Kita bisa mencoba untuk meminta bantuan kepada Ewig sekali lagi. Siapa tahu dia akan memberikan jalan keluar pada masalah yang sedang kita hadapi"

 

"Itu tidak mungkin Asou-kun, kita tidak tahu kapan Ewig muncul" Asuka memberikan pendapatnya yang disetujui kedua temannya yang lain.

 

"Asuka benar, satu-satunya yang dapat kita lakukan saat ini adalah mencari keberadaan batu itu saat in. Meski itu adalah sesuatu yang mustahil" nada putus asa untuk pertama kalinya keluar dari mulut seorang Dean Parish.

 

"Aku yakin kita bisa menemukannya" sang ketua vampire mencoba menyemangati Dean, meski dalam hatinya dia rgu bisa melakukannya.

 

Berhari-hari terpisah dari jasadnya membuat Junghoon frustasi. Berkali-kali dia mencoba untuk masuk ke dalam raganya. Tapi seperti ada sesuatu yang menghalanginya untuk kembali. Sementara itu Eomma dan adiknya bergantian menjaganya. Kecemasan selalu menghantui jiwa Junghoon setiap kali melihat wajah sedih dua orang yang sangat berharga dalam hidupnya itu.

 

Sesekali teman-temannya datang berkunjung. Tapi seperti halnya yang lain tidak ada seorangpun yang bisa merasakan keberadaannya. Hingga dia berharap bertemu dengan teman masa kecilnya yang indigo. Harapan hanya tinggal harapan, karena temannya itu kini telah berada jauh darinya. Dia sendiri tidak tahu dimana keberadaan yeoja yang selalu dijauhi dan dibully oleh yang lain karena keanahannya.

 

"Huft...mungkin ini adalah karma bagiku karena pernah menghina kemampuan Soo Rin" monolognya. Dan setelahnya dia kembali ke ruang inapnya. Di sana sang Eomma dengan sabar membersihkan wajahnya. Meski tidak ada lagi air mata, Junghoon tahu jika yeoja yang telah melahirkannua itu sedang bersedih.

 

"Junghoon-ah kau harus berjuang ne, jika appamu mengajakmu kau harus menolaknya. Eomma dan Minhyuk sangat membutuhkanmu " perkataan sang eomma membuat namja berkaca mata itu tak lagi mampu menahan laju airmatanya. Dan dia segera pergi meninggalkan nyonya Kim seorang diri.

 

Pernyataan sang eomma seperti kaset rusak yang terus terngiang di telinganya. Kesedihan selalu menghampirinya setiap kali melihat airmata yeoja yang telah mengenalkannya pada dunia. Perjuangan nyonya Kim membesarkan dirinya dan Minhyuk sangat besar. Yeoja itu rela bekerja banting tulang hanya untuk kebahagiaan kedua putranya. Hal itu membuat Junghoon semakin marah pada kondisinya saat ini.

 

Langkah kaki yang tidak terarah membawanya kesebuah taman tak jauh dari rumah sakit. Malam itu sangat cerah, tapi entah mengapa tidak ada seorangpun yang terlihat menikmati keindahan malam yang jarang diberikan Tuhan pada musim gugur seperti ini. Langit musim gugur lebih sering menunjukkan kelabunya awan yang merajai seluruh langit luas. Ketika Junghoon menikmati keindahan sinar bulan yang ditemani jutaan bintang disekelilingnya, tiba-tiba kejadian alam yag hampir tidak pernah dilihatnya muncul.

 

"Indah" adalah kata pertama yang mampu diucapkannya setelah menyaksikan sekumpulan bintang jtuh di langit Seoul. Tak lama berselang angin secara tiba-tiba datang dengan kekuatan yang besar. Karena tidak tahu apa yang harus dilakukan, Junghoon hanya mampu memejamkan mata saat angin besar itu menerpanya. Dia berpikir jika hembusan angin itu tidak akan melukai dirinya yang kini menjadi setengah hantu, tapi tanpa diketahuinya jika sebentar lagi sesuatu yang besar akan dialaminya.

 

Ketika tidak lagi merasakan angin yang berhembus, Junghoon membuka mata. Rasa terkejut sama sekali tidak dapat disembunyikannya. Pasalnya saat ini dia berada di dalam hutan yang sangat gelap. Padahal seingat Junghoon tidak ada hutan di Seoul.

 

"Dimana ini? Apa karena tanpa raga aku menjadi sangat ringan?" tanyanya entah kepada siapa. Karena bingung dengan keberadaannya, Junghoon memutuskan untuk melangkah dan berusaha keluar dari tempat asing ini.

 

Saat semua pemimipin klan panik dengan hilangnya Black Stein, seorang gadis muda tampak bahagia saat mengurus kudanya yang seputih salju. Kuda yang sudah tumbuh bersamanya itu adalah pemberian sang ayah sebelum sesuatu yang buruk menimpa ayah dan kakaknya. Dan saat mendongak menatap birunya langit, dia dapat melihat sekumpulan cahaya menuju selatan Azureland. Karena rasa ingin tahunya yang besar gadis muda itu langsung menaiki sang kuda dan memacunya menuju selatan.

 

"Kita akan ke selatan Hasufel, bersiaplah" bisiknya kepada sang kuda.

 

Sekelebat bayangan tertangkap oleh retina Junghoon. Tidak mau menyia-nyiakan kesempatan bertemu dengan manusia, dia mencoba mengikuti kemana bayangan itu bergerak. Meski dia sadar jika sang pemilik bayangan tidak akan bisa melihatnya. Tapi setidaknya Junghoon bisa keluar dari hutan yang mencekam ini.

 

Pergerakan sang bayangan sangat cepat hingga Junghoon kembali kehilangannya. Tapi tanpa diduga jika sang pemilik bayangan telah berada dibelakangnya. Dan dengan gerakan yang sangat cepat Junghoon telah dilumpuhkan. Dan kini dia sama sekali tidak berdaya dibawah kungkungan seseorang.

 

"Penyusup, apa tujuanmu ke sini huh?" bisiknya mengintimaidasi.

 

*Junghoon Pov*

 

Keberadaan seseorang yang kini tengah mengurungku benar-benar membuatku tak bisa menjawab apa yang dituduhkan paadaku. Pasalnya orang itu mampu melihat bahkan menyentuhku. Bukankah sejak kecelakaan waktu itu tudak ada seorangpun yang bisa berinteraksi? Lalu siapa sebenarnya orang-orang ini?

 

"Sebaiknya kita membunuh penyusup ini Dave?" sepertinya orang yang menangkapku tidak sendirian. Dan mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh lelaki satunya membuatku sadar agar segera mengajukan pembelaan.

 

"Tunggu, sepertinya kalian salah tangkap. Aku bukan penyusup seperti yang kalian sangka. Aku hanya orang yang sepertinya tersesat sampai dalam hutan" kataku mencoba mengulur waktu dan berharap mereka mau melepau. Seharusnya mereka membuatku berdiri, ditangkap dengan posisi tengkurap seperti saat ini benar-benar membuatku kesulitan bernafas.

 

"Bisakah aku berdiri?" tanyaku lagi saat tidak ada respon dari pernyataanku barusan. Aku benar-benar penasaran dengan orang-orang ini. Mungkinkah mereka adalah pasukan Korea Utara yang sedang menyisir hutan? Jika demikian berarti mereka adalah seorang indigi yang bisa melihat setengah hantu sepertiku.

 

Seolah bisa membaca pikiranku, seseorang yang bernama Dave membuatku berdiri. Cukup kasar memang, tapi rasa sakit yang kurasakan saat dipaksa berdiri tiba-tiba tidak sebanding dengan rasa takut yang menghantamku. Dua pemuda tampan pucat dengan mata merah menyala adalah yang tertangkap pertama kali oleh retinaku. Dan yang paling menakutkan dari seamua itu adalah taring yang tajam yang dimiliki keduanya.

 

Makhluk yang selama ini kupikir hanya sebuah mitos kini ada dihadapanku. Dan untuk pertama kalinya aku menyesal memliki raasa penasaran yang tinggi. Ketakutanku bertatap muka dengan keduanya membuatku untuk beberapa waktu melupakan jika aku hanya sebuah jiwa tanpa raga.

 

"Sekali lagi aku tanya padamu, siapa kau? Dan apa tujuanmu ke Azureland?" tanya Dave dengan dingin. Wajah tampannya sama sekali tidak bisa menghilangkan ketakutan yang tengah kurasakan.

 

"Percaya atau tidak, aku adalah manusia yang tengah terpisah dari ragaku." Kuceritakan semua yang terjadi padaku tanpa mengurangi kebenaran sedikitpun. Berharap mereka akan melepau, atau yang lebuih baik membantuku menemukan cara untuk bisa kembali bersatu dengan ragaku. Tapi sepertinya harapanku sia-sia. Tidak ada tanda-tanda Dave akan melepaskan cengkeramannya. Bahkan dapat kurasakan jika cengkeramannya semakin kuat.

 

Rasa sakit perlahan menyentuhku. Dia mencekikku hingga membuat pernafasanku hampir berhenti. Kupejamkan mata dan berharap akan ada orang lain yang akan menyelamatkanku. Dan sepertinya akhir dari seorang kim Junghoon akan tiba. Eomma mianhe karena tidak bisa memenuhi keinginan terakhirmu. Minhyuk mianhae, aku berharap kau akan menjaga eomma dengan baik. Dapat kurasakan airmata yang mengalir saat aku kembali mengenang eomma dan Minhyuk.

 

"Dave, Chris, apa yang kalian lakukan? Lepaskan dia !" suara seoarng gadis sempat kudengar sebelum kegelapan menghampiriku.

 

*Junghoon Pov End*

 

Jarak terdekat dari Lorien, ibukota Azureland, ke wilayah selatan adalah melalui Dark Forest. Tidak ada seorangpun yang berani mendekati hutan itu karena kutukan yang beredar. Tapi sebenarnya mendiang Lord Asano menyebarkan berita itu agar tidak ada seorangpun warga Azureland yang melintasi portal yang dibuatnya menuju tempat dimana manusia tinggal. Itu merupakan janjinya kepada Park Ji Hoon. Dan didalam hutan juga ada dua penjaga yang memiliki kekuatan yang tidak diragukan lagi. Dua orang vampire yang diberikan kekuatan khusus oleh sang pemimpin tertinggi. Hanya orang-orang yang mengetahui kebenaran dari dark Forest saja yang mau melintasi kegelapan hutan itu.

 

Hari itu seorang gadis tanpa ragu memacu kuda putihnya menuju Dark Forest. Seolah mengenal sang pengendara kuda, sang penjaga sama sekali tidak melakukan tindakan pencegahan. Tapi juga tidak ada sambutan seperti setiap kali gadis itu datang berkunjung. Hal ini justru membuat sang gadis khawatir dengan keadaan sang penjaga hutaan.

 

Dipusatkannya konsentrasi agar dapat menemukan posisi keduanya. Tak lama setelah itu dengan senyum di wajahnya, sang gadis memacu kudanya menuju dua orang yang sudah dianggap seperti pamannya sebdiri. Sesampai ditempat yang diinginkannya, sang gadis melihat sesuatu yang tidak seperti biasanya. Dave, vampire yang memiliki surai pirang tampak mencekik seorang asing dimatanya. Sementara Chris, vampire dengan surai coklat mengeluarkan aura mencekam yang membuat siapa saja yang berhadapan dengannya kehilangan nyali.

 

"Dave, Chris, apa yang kalian lakukan? Lepaskan dia !" teriaknya saat menyadari orang asing itu hampir mati akibat cengkeraman Dave yang kuat. Tapi seolah mengacuhkan sang gadis, dua vampire itu tetap melakukan tugasnya.

 

"Dave, kau tidak bisa membunuh seseorang semaumu, bahkan seorang penyusup seklaipun" katanya lebih tegas. Dan sepertinya perkataannya kali ini mendapat respon dari yang bersangkutan.

 

"Kau benar Hikari, tapi kami hanya tidak mau mengambil resiko. Tidakkah kau tahu jika perang bisa terjadi kapan saja? Apalagi aku sempat mendengar jika Black Stein telah lenyap" ucap Chris seraya berbalik menghadap sang gadis.

 

"Kau memang benar tentang Black Stein, tapi aku rasa aku tahu dimana keberadaan kelima belas pecahan batu itu. Dan aku butuh bantuan kalian"

 

"Maksudmu?" tanya Dave setelah melepaskan cengkeramannya pada Junghoon dan membiarkan pria itu terjatuh begitu saja.

 

Hikari menjelaskan semua rencananya pada Dave dan Chris. Sebuah rencana yang tidak ada seorangpun yang tahu kecuali ketiganya. Dan lagi rencana itu didapat Hikari setelah melihat cahaya yang mengarah ke selatan.

 

"Dan jangan sampai ada yang tahu tentang keberadaan orang ini. Aku akan membawanya ke rumah Ryu nii. Bahkan Oka-sama jarang mengunjingi rumah itu" katanya mengakhiri penjelasan rencananya. Setelah ketiganya sepakat, Hikari memacu kudanya kembali ke Lorien. Dan kali ini dia membawa serta Junghoon bersamanya.

 

T

B

C

 

Finally bisa melanjutkan sebuah ceritaku lagi. Meski entah akan ada yang suka atau tidak. Dan maaf bagi penggemar Prince Manager karena membuat sosoknya menjadi aneh, hehehehe

Dan kebahagiaan bagiku jika ada yang meninggalkan kesan dan kritiknya :)

 

Salam

 

Opie ^^

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet