The Guardian

The Guardian

Cast : Kim Junghoon, Super Junior 13 + 2

 

Rate : T

 

Genre : Fantasy, Friendship

 

Disclaimer : They belong to God, their parents, and themselves

 

Warning : OOC, Alur cerita yang tidak beraturan, Typo, dan banyak lagi kekurangan yang tak bisa dihindarkan.

 

RnR

 

DLDR

 

Enjoy :)

 

THE GUARDIAN

 

Chapter 1

 

Kehidupan manusia berkembang dengan pesat. Bahkan peperangan yang terjadi beberapa puluh tahun yang lalu telah berakhir. Meski sekarang ada beberapa Negara yang masih berperang, hal itu tidak begitu mempengaruhi laju kehidupan manusia.

 

Tapi masalah yang semakin pelik masih mengintai keberadaan manusia. Apalagi jika bukan uang. Jika dulu yang kuatlah yang berkuasa, maka sekarang yang kayalah yang berjaya. Untuk orang-orang miskin, kebanyakan dari mereka malah memilih cara yang tidak baik guna mendapat uang.

 

Tahun 1998 adalah puncak dari krisis ekonomi. Banyaknya perusahaan yang gulung tikar di setiap negara semakin membuat jumlah pengangguran meningkat. Bahkan krisis tersebut masih dialami dampaknya oleh beberapa negara miskin dan berkembang hingga sekarang.

 

Perusahaan-perusahaan semakin banyak bermunculan. Tapi tidak banyak juga yang bisa bertahan menghadapi inflasi yang semakin tidak dapat di duga. Bagi perusahaan besar, hal itu bagai tiupan angin yang tidak terlalu besar. Tapi bagi perusahaan yang bisa dikatakan cukup baru, hal tersebut bisa dikatakan sebagai topan yang siap meluluhlantakkan perusahaan mereka.

 

Begitu juga yang tengah terjadi dengan Bluesky Advertising. Kalah bersaing dengan perusahaan periklanan yang lain membuat BA terancam gulung tikar. Ketiadaan dana yang dibutuhkan membuatnya semakin terpuruk dari hari ke hari. Meski para pegawai telah mengerahkan semua kemampuannya, tapi uang tetaplah menjadi alasan utama kebangkrutan perusahaan mereka.

 

"Sepertinya kita memang tidak bisa bertahan lagi" kata seorang namja paruh baya kepada rekan kerjanya.

 

"Tidak bisakah kita meminjam ke salah satu Bank lagi atau meminta bantuan kepada sponsor lain sanjangnim?" tanya pemuda tampan berkacamata kepada namja paruh baya tadi.

 

"Semua sudah berakhir Junghoon-ssi" jawab sang presdir. "Terima kasih atas kerja sama kalian selama ini. Aku harap kalian segera mendapatkan pekerjaan yang layak, sampai jumpa" lanjutnya seraya meninggalkan tempatnya duduk tadi.

 

Dan sejak hari itu Bluesky Advertising resmi bangkrut. Semua pegawai merapikan dan mengemasi barang mereka di beberapa karton yang telah disiapkan.

 

"Kemana selanjutnya kita akan bekerja?" tanya seorang gadis manis berpipi chuby, Kim Chaerin.

 

"Molla," jawab pria berkumis disampingnya, Lee Kangmin. Seruan-seruan kekecewaan terdengar dari mereka semua. Padahal mereka sangat berharap BA dapat membantu perekonomian keluarga mereka. Tapi apa mau dikata. Ternyata perusahaan mereka tidak mampu bertahan saat ada masalah yang menimpa.

 

"Apa yang selanjutnya akan kau lakukan Junghoon-ah" tanya pemuda bermata sipit, Kim Kyusung kepada teman seperjuangannya itu.

 

"Entahlah, yang jelas aku harus segera mendapat pekerjaan. Lagipula Minhyuk juga harus melanjutkan pendidikannya." Balas Junghoon dengan wajah tersenyum. Semangatnya dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga memang sangat kuat. Bahkan semua rekan kerjanya mengakui hal itu.

 

Semangatnya dalam bekerja membuat namja tampan itu melangkah dengan pasti meninggalkan ruangan yang selama ini menjadi tempatnya mencari uang. Meski ada rasa sedih yang menderanya, senyum tetap tersemat di wajahnya. Keinginan untuk membuat kehidupannya dan keluarganya menjadi lebih baik adalah kekuatan tersendiri bagi namja berusia 28 tahun itu.

 

Setelah memisahkan diri dengan beberapa temannya, Junghoon kembali melanjutkan perjalanannya menuju rumah yang terletak tak jauh dari tempatnya berdiri saat ini. Entah suatu kebetulan atau apa ketika dia melihat papan iklan yang cukup besar di seberang jalan dia melihat sekelompok orang yang tengah memamerkan penghargaan yang mereka dapatkan. Jumlahnya yang banyak membuat wajah mereka tak terlihat dengan jelas oleh Junghoon. Sebuah kalimat juga tertulis di bawah kumpulan namja tampan itu.

 

'SUPER JUNIOR MEMENANGKAN KBS MUSIC AWARD YANG KE….'

 

"Mereka benar-benar namja yang beruntung" monolognya setelah melihat kebahagiaan yang terlihat dari ketiga belas namja itu. Lagipula siapa yang saat itu tidak mengenal Super Junior? Salah satu boyband asuhan SM itu telah membuat banyak orang melihat kearah mereka dan juga Korea. Ketampanan dan kemampuan mereka menjadikan mereka salah satu idol yang tengah digandrungi oleh banyak orang, terutama yeoja.

 

Tidak mau meratapi kemalangan yang tengah menimpanya, Junghoon kembali melangkah. Langkahnya semakin pelan saat mendekati rumah yang selama ini menjadi tempat bernaungnya. Jauh dalam hatinya dia tidak mau melihat kekecewaan di wajah sang eomma dan adiknya saat mereka tahu jika dia telah berhenti bekerja. Tapi dia berjanji dalam hati akan segera mencari pekerjaan baru agar tidak semakin membuat orang-orang yang dicintainya memantapkan hati, akhirnya Junghoon membuka pintu dan mendapati jika Minhyuk, adiknya, baru saja akan pergi bekerja paruh waktu.

 

"Eh, kau sudah pulang hyung?" keterkejutan jelas terlihat di wajah kekanakan sang adik.

 

"Ne" senyum Junghoon tidak bisa ditahan melihat betapa lucu wajah dongsaengnya jika terkejut.

 

"Apa itu?" tanya Minhyuk saat menyadari sang kakak membawa sebuah kotak yang cukup besar.

 

"Nanti aku akan menceritakan semuanya padamu dan juga eomma, sekarang sebaiknya kau berangkat sebelum terlambat" jawabnya seraya mengacak rambut sang adik yang tingginya hampir menyamainya.

 

"Yakkkk jangan merusak tatanan rambutku tahu, baikalah nanti aku akan meagih penjelasannya padamu. Aku pergi !"

 

Setelah kepergian Minhyuk, Junghoon langsung menuju kamarnya dan meletakkan semua barangnya. Dia tahu saat ini sang eomma masih bekerja di sebuah panti asuhan yang terletak lima blok dari rumahnya. Meski mendapat gaji seadanya sang eomma sama sekali tidak pernah mengeluh. Baginya bisa membantu sesama adalah sesuatu yang tidak bisa digantikan dengan uang. Dan hal itu juga yang selalu ditekankan kepadanya dan juga sang dongsaeng.

 

Direbahkannya badan guna menenangkan pikirannya yang tengah berkecamuk. Dia tidak boleh menganggur terlalu lama agar keuangan keluarga tidak terganggu. Tapi dia juga tidak tahu harus memulai dari mana. Junghoon bangkit dari rebahannya dan langsung membuka laptop untuk mencari informasi pekerjaan yang dikiranya mampu untuk dikerjakannya. Cukup lama di depan benda elektronik itu sampai tidak menyadari kedatangan sang eomma di belakangnya.

 

"Junghoon-ah," sang eomma yang memanggilnya dari depan pintu membuatnya terlonjak kaget. Dan hal itu hanya mampu membuat sang eomma menahan tawanya melihat kelakuan putra pertamanya yang mudah kaget.

 

"Eomma kau mengagetkanku,,," rajuknya seperti anak kecil. Sikap manja Junghoon memang selalu keluar saat bersama dengan sang eomma.

 

"Kau yang terlalu serius Junghoon-ah, sampai-sampai kau tidak menyadari keberadaan eomma" dihampirinya sang sulung dan dilihatnya apa yang tengah dilakukan sang anak sampai mengacuhkan keberadaannya. "Kau mencari informasi pekerjaan ? kenapa dengan pekerjaanmu saat ini? "

 

"Aku akan mandi dulu eomma, nanti jika Minhyuk pulang aku akan menjelaskannya, janji" Junghoon langsung mematikan laptop dan pergi meninggalkan sang eomma yang kebingungan dengan sikapnya yang tidak seperti biasanya.

 

Biasanya Minhyuk akan pulang jam 9 malam. Pekerjaannya sebagai salah satu pelayan di café milik kakak sang sahabat membuatnya sedikit membantu keuangan keluarga. Dan jika tahu jika Junghoon telah kehilangan pekerjaannya, bisa dipastikan ibu dan adiknya itu akan sedih. Untuk mengatasi hal itu Junghoon telah mencoba meminta bantuan kepada semua kenalannya jika ada lowongan pekerjaan. Apapun pekerjaannya dia akan menerimanya.

 

Setelah makan malam bersama sang ibu, Junghoon kembali berkutat dengan laptopnya di kamar. Dia masih berusaha mencari lowongan pekerjaan yang menurutnya cocok baginya. Sementara teman-temannya yang juga bernasib sama dengannya juga belum mendapat pekerjaan baru. Wajar jika tidak ada satupun dari mereka yang telah mendapat pekerjaan, melihat baru tadi siang mereka menerima kabar buruk ini.

 

Waktu berjalan cukup cepat jika kau tengah fokus terhadap sesuatu. Itu juga yang terjadi pada Junghoon. Terlalu fokus dengan kegiatannya mencari pekerjaan secara online membuatnya tidak menyadari keberadaan sang adik disampingnya. Sama seperti yang dilakukannya tadi saat sang eomma menghampirinya. Terlebih sikap Minhyuk yang tidak seperti biasanya. Jika setiap harinya dia akan tetap semangat sepulang kerja, kali ini dia tampak kelelahan dan kesal.

 

"Hyung eomma memanggilmu. Dia ingin kau mengatakan rahasiamu saat ini" katanya lemas. Bahkan Junghoon seolah menganggap itu bukan suara adiknya. Dia tetap fokus dengan apa yang dilakukannya hingga dia merasakan guncangan pada bahunya.

 

"Hyuuungggg….."akhirnya Minhyuk berhasil membuat sang hyung melihat kearahnya. Dia mengacuhkan sikap sang kakak yang tampak terkejut dengan sikapnya barusan dan meninggalkan Junghoon yang masih berusaha memahami apa yang tengah dilihatnya pada sang adik.

 

"Kenapa dengan anak itu?" monolognya seraya berjalan menyusul Minhyuk yang berjalan lebih dulu. Setelah sampai di ruang keluarga, dia bisa melihat sang eomma yang tengah mengelus surai sang adik yang tengah berbaring di pangkuannya. Dapat dilihatnya kenyamanan Minhyuk dalam belaian sang ibu. Hatinya terasa damai melihat pemandangan di dekatinya sang ibu dan dipeluknya wanita yang telah melahirkannya ke dunia ini.

 

"Eomma, mianhe" bisiknya setelah menyamankan diri dibahu sang ibu.

 

"Kenapa kau minta maaf Junghoon-ah, apa yang telah kau lakukan?" tanya satu-satunya wanita di ruangan itu dengan mengelus surai sang sulung.

 

"Eomma kenapa kau berhenti mengelus kepalaku huh?" rajukan Minhyuk membuat keduanya tertawa. "Dan rahasia apa yang ingin kau katakana hyung?" lanjutnya meminta penjelasan.

 

"Itu…aku..sebenarnya perusahan tempatku bekerja telah bangkrut, jadi aku dan semua temanku resmi menjadi pengangguran" Junghoon mengatakan tanpa berani melihat wajah dua orang terkasihnya itu.

 

"Jinja?" Minhyuk tidak bisa menahan rasa terkejutnya. Bukan kesedihan yang terpancar dari kedua mata coklat Minhyuk, melainkan kebahagian yang sangat. Seolah dia telah memenangkan sebuah hadiah yang sangat besar.

 

"Kenapa kau terelihat begitu bahagia atas apa yang menimpa kakakmu Minhyuk-ah" Mrs. Kim mengutarakan keheranannya kepada si bungsu. Sementara Junghoon sama sekali tidak menduga respon yang diberikan sang adik jauh dari yang dipikirkannya.

 

"Karena aku tidak perlu bingung mencari pengganti Soo Gi, hari ini dia telah resmi keluar dari café, dan Daesung hyung menyuruh siapa saja yang mempunyai kenalan yang butuh pekerjaan untuk segera menghubunginya. Kau mau bekerja di café bersamaku kan hyung?" penjelasan Minhyuk seolah membawa kebahagiaan bagi Junghoon dan .

 

"Tentu" tanpa berpikir panjang Junghoon menerima tawaran bekerja di tempat Minhyuk. Sepertinya keberuntungan masih memihak kepadanya. Selama menunggu panggilan dari beberapa perusahaan yang telah dikiriminya CV, dia bisa bekerja menjadi pelayan di café. Dan malam itu keluarga Kim bisa tidur dengan senyum terukir di wajah semuanya.

 

Azureland

 

Ketenangan yang diharapkan Lord Asano atas pengorbana Ji Hoon sama sekali tidak terwujud. Kematian pemimpin manusia itu semakin membuat Rufus de Nemolos semakin menjadi. Penyerangan yang dijanjikan akan dihentikan ketika turunan campuran itu tiada sama sekali tidak ditepatinya. Dia semakin menyerang dengan gencar kota tertenang di Blue World itu. Serangan yang tiba-tiba membuat pihak Azureland mendapat kekalahan. Untung saja para pemimpin masing-masing klan bisa mengatasi hal itu meski banyak korban yang berjatuhan. Bahkan kekuatan besar Lord Asano tidak bisa menghentikan pasukan Rufus yang lebih didomonasi oleh para manusia serakah yang haus kekuasaan. Setiap membunuh manusia-manusia itu, para penduduk Azureland seolah membunuh sahabat mereka sendiri.

 

Penyerangan itu terjadi hampir satu bulan penuh. Ketenangan yang selama ini dirasakan masyarakat Azureland musnah tak tersisa. Meski memiliki kemampuan diatas rata-rata, serangan yang seolah tidak pernah berhenti itu membuat mereka kelelahan dan pada akhirnya satu persatu dari mereka menyerah dan berpaling ke pihak Rufus. Melihat pasukannya semakin berkurang Lord Asano dengan kekuatan yang dimilikinya memanggil Ewig, makhluk terkuat yang merupakan penguasa Blue World yang tidak pernah menunjukkan wujudnya. Hanya orang dengan kekuatan yang sangat besar dan jiwa yang sucilah yang mampu memanggilnya. Sebenarnya Dean Parish, selaku salah satu pemimpin bangsa Elf, tidak menyetujui apa yang dilakukan Lord Asano. Karena semua orangpun tahu Ewig tidak pernah berpihak kepada siapapun. Entah itu kepada orang-orang yang menjaga kedamaian Blue World atau bahkan sebaliknya. Dia hanya akan memberikan solusi yang menguntungkan keduanya. Dan hal inilah yang ditakutkan Dean. Tapi serangan yang masih gencar membuat Lord Asano tidak memiliki pilihan lain kecuali memanggil Ewig.

 

Ketakutan Dean terbukti saat Ewig muncul. Dia memberikan 2 batu kerikir kepada Lord Asano. Kedua batu berbeda warna itu memiliki kekuatan yang berbeda. Yang berwarna putih bisa dijadikan sebagai penghancur. Betapa kuat lawan yang kau hadapi akan bisa dibinasakan dengan mudah oleh White Stein. Tapi jika kekuatan yang dikeluarkan melebihi batas dari batu itu, maka tidak mungkin tidak batu itu yang akan mengambil kesadaran sang pemegang batu. White Stein memiliki jiwanya sendiri. Semakin banyak kekuatan yang dikeluarkannya, maka semakin banyak pula kekuatan yang diambilnya dari sang pengguna. Sementara yang hitam dapat memulihkan semua kerusakan yang telah terjadi. Tapi hanya orang-orang yang dipilih oleh batu itu sendirilah yang bisa menggunakan kekuatan Black Stein.

 

Setelah menjelaskan kemampuan batu itu, Lord Asano disuruh memilih. Batu mana yang akan digunakannya untuk menghancurkan lawan. Disaat kebimbangannya, Rufus muncul secara tiba-tiba. Diambilnya White Stein dengan cepat dari tangan Ewig dan menghilang dari hadapan keduanya. Karena tidak memiliki pilihan lain, Lord Asano akhirnya mengambil batu yang tersisa. Sebelum kembali menghilang Ewig membuat sebuah segel, dimana segel itu akan menjaga kedamaian Blue World dalam beberapa waktu kedepan. Dan segel itu akan hancur saat White Stein telah mengambil alih kekuasaan sang pemilik.

 

"Hanya dengan Black Steinlah White Stein bisa dihancurkan." Perkataan terakhir Ewig sebelum dia kembali menghilang. Dan tanpa diduga batu yang tengah dipegang Lord Asano bergerak dan hancur menjadi beberapa bagian. Dan dia kembali membawa ke-15 batu itu kepada sekutunya. Dia mengatakan semua yang dikatakan Ewig kepada tiga orang yang telah menunggu kedatangannya. Bahkan kedatangan Rufus yang tidak disangkanyapun dikatakannya.

 

"Jadi apa yang harus kita lakukan dengan pecahan batu-batu itu?" Marcus bertanya kepada kedua temannya setelah Lord Asano pergi.

 

"Jika mendengar penjelasan Lord Asano kita harus menunggu batu-batu itu memilih sang pemiliknya." Satu-satunya gadis diantara mereka menjawab dengan ragu.

 

"Asuka benar, dan kita harap Rufus tidak menyerang dalam waktu dekat. Dan aku berharap dia juga tidak terlalu sering menggunakan kekuatan White Stein.".

 

Sementara itu, di kediaman Rufus.

 

Lelaki yang terlahir sebagai Elf itu hanya mampu melihat takjub kepada batu yang sejak tadi dipandanginya. Seolah ada keinginan yang memanggil untuk segera menggunakan kekuatan sang batu. Tapi Rufus bukanlah orang yang bodoh. Dia telah mendengar semua penjelasan Ewig tentang kekuatan dua batu tadi. Dia berusaha tidak terbujuk hasutan tak terlihat dari sang batu. Karena takut membawa kehancuran pada dunia, akhirnya Rufus menyimpan batu itu disebuah tempat yang hanya diketahui olehnya.

 

Waktu berlalu dengan cepat di Blue World. Lord Asano berhasil melakukan gencatan senjata dengan Rufus dan pasukannya. Kedamaian kembali bisa dirasakan penduduk Azureland. Mereka tidak tahu jika suatu hari nanti kerusakan yang lebih besar akan mereka alami. Kekuatan White Stein belum sekalipun digunakan Rufus. Begitu juga dengan Black Stein. Belum ada tanda-tanda jika pemilik batu itu telah terlahir.

 

Kematian adalah salah satu hal yang pasti terjadi pada setiap makhluk hidup. Apapun yang kau lakukan untuk membuatmu panjang umur tidak akan bisa kekal kau lakukan. Bahkan para vampire yang terkenal sebagai makhluk immortal tidak bisa menghindari kematian. Hal itu juga yang tengah menimpa Lord Asano. Dia meninggal dalam tidurnya diusia 1558. Kesedihan jelas melanda semua penduduk Azureland, tapi Marcus menegaskan jika mereka tidak boleh terlalu lama larut dalam kesedihan. Dan mereka semua memutuskan putra Lord Asano, Asou, yang akan menjadi pemimpin mereka. Tanpa mereka sadari, pada saat Lord Asano menghadap sang Pencipta, batu-batu yang disimpan dengan baik itu bergerak. Dalam sekejap ke-15 batu itu lenyap.

 

Menjadi pelayan di sebuah café bukanlah pekerjaan yang mudah. Terlebih jika menghadapi perJunghoon mampu melewatinya beberapa hari ini. Dia akan tetap tersenyum dan meminta maaf meski para pelanggan memarahinya karena hal yang sepele. Junghoon sadar jika dia masih membutuhkan pekerjaannya saat ini, jadi dia berusaha menekan rasa marahnya setiap kali mendapat omelan dari para pelanggan. Kadang Minhyuk pun merasa kasihan setiap kali Junghoon diomeli pelanggan, tapi mau bagaimana lagi dia juga tidak bisa membantu sang kakak karena dia juga hanyalah pelayan seperti halnya kakaknya Junghoon bahkan membuat rekan kerjanya yang notebene telah bekarja lebih lama darinya salut kepada namja tampan itu.

 

Sikap ramah yang dimilikinya mampu membuat Junghoon beradaptasi dengan cepat di tempat kerja barunya. Tidak ada rasa canggung yang dirasakannya meski bosnya lebih muda darinya. Bahkan tak jarang pula Daesung meminta saran kepadanya guna meningkatkan kualitas café. Dan dengan senang hati Junghoon akan memberikan saran yang menurutnya bisa membawa tempat bekerjanya saat ini berkembang lebih baik.

 

Cuaca yang semula cerah mendadak berubah sangat cepat. Kumpulan awan hitam seolah diperintahkan untuk memenuhi langit Seoul malam itu. Banyak orang yang mempercepat laju jalan mereka agar terhindar dari guyuran air yang sebentar lagi akan mengguyur bumi. Bahkan karena terlalu terburu-buru mereka sama sekali melupakan keramahan yang mereka miliki. Tidak ada kata maaf yang terlontar saat menabrak sesamanya. Seolah kegelapan akan mencegah mereka melangkah jika mereka berhenti hanya untuk sekedar meminta maaf.

 

Langit yang gelap tidak membuat Junghoon menghentikan langkahnya menuju rumah. Dia tidak mau membuat sang eomma sendirian dalam keadaan mencemaskan kedua putranya yang belum pulang. Karena biasanya dia dan Minhyuk telah sampai dirumah setengah jam yang lalu. Dan lagi malam itu, Junghoon tidak bersama Minhyuk karena tugas yang harus dikerjakan sang adik. Semakin dipercepat lagi langkah kakinya saat terlihat cahaya yang menyambar di langit luas.

 

Buru-buru adalah sikap yang kurang baik, karena bisa saja hal itu justru membuatmu mendapat musibah. Hal tersebut juga terjadi pada Junghoon malam itu. Karena terlalu ingin sampai rumah dengan cepat, dia mengabaikan rambu yang menyala merah bagi pejalan kaki. Saat yakin tidak ada lagi kendaraan yang melintas, Junghoon mencoba peruntungannya untuk menyeberangi jalan yang memisahkannya dengan rumahnya.

 

Kejadian malam itu terjadi sangat cepat. Belum dua langkah Junghoon beranjak dari tempatnya semula, sebuah mobil merah menabraknya dengan sangat keras. Suara teriakan orang yang menyaksikan hal itu sama sekali tidak mampu membantu. Rasa sakit yang dirasakannya beberpa saat yang lalu telah hilang. Bahkan saat ini Junghoon bisa melihat tubuhnya yang terkapar dengan darah membanjiri sekitarnya.

 

'Apakah aku sudah mati?' tanyanya entah pada siapa. Yang jelas tidak ada seorangpun yang bisa menyadari keberadaannya. Bahkan dia sama sekali tidak bisa berbuat banyak saat orang yang menabraknya dan beberpa perawat membawanya ke rumah. Junghoon hanya bisa mengikuti kemana raganya dibawa. Dia sudah berhenti mencoba untuk memanggil orang-orang disekitarnya seperti beberapa waktu yang lalu, karena dia sadar usahanya sia-sia.

 

Kesedihan kembali menderanya saat melihat kepanikan di wajah sang eomma dan Minhyuk. Dapat dilihat dengan jelas jejak airmata dikedua sisi wajah yeoja yang telah membawanya ke dunia ini. Sementar Minhyuk tetap berusaha tegar meski kadang dia tidak bisa menyembunyikan kesedihannya.

 

"Saya akan menanggung semua biaya perawatan putra anda nyonya" seorang namja dengan pakaiannya yang rapi menghampiri keduanya.

 

"Terima kasih tuan" Minhyuk mewakili sang eomma menanggapi niat baik sang penabrak.

 

"Ini kartu namaku, kau bisa menghubungiku kapan saja. Permisi " hanya anggukan yang didapatnya dari kedua Kim itu.

 

TBC

 

Huaaa apa-apaan ini ! Benar-benar tidak tahu kenapa bisa membuat cerita aneh seperti ini. Dan untuk penggemar Prince Manager beribu maaf kuucapkan karena aku benar-benar tidak tahu sama sekali tentangnya. Review kaalian sangat berarti bagiku :)

 

Salam 

 

OPIE ^^

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet