Chapter 8

High School : Boys in Love

“Junhyung, aku mau bicara kepadamu..” Sunggyu menarik paksa tangan Junhyung yang sedang menikmati makan siangnya.

“Ada apa hey?” tak tahu maksudnya Junhyung mengikutinya tanpa melepas sendok makanan. Dua teman lainnya, Jang Dongwoo dan Yoon Doojoon hanya saling memandang aneh.

Sesampai ditempat yang lumayan jauh dari tempat semula, Sunggyu melepas tangan Junhyung yang sedari tadi mendumel karena ditarik paksa Sunggyu. Sunggyu mendesah pelan sebelum mengatakan apa yang mau dia katakan.

“Apa yang mau katakan? Sampai kau menarik-narikku seperti ini?” gerutu Junhyung.

“Yaa, aku ingin tanya kepadamu. Apa kau kenal dengan Lee Howon?”

“Ne, aku mengenalnya. Ada apa dengannya?”

“Ini bacalah.” Sunggyu menyodorkan surat yang ia terima kemarin. Junhyung menerima surat itu dan membaca sekilas amplop berwarna putih itu lalu membukanya.

Kim Sunggyu-sshi...

Aku ingin bertemu denganmu secepatnya..

Aku tunggu kau ditaman dekat sekolahmu besok siang jam 2..

Datanglah, karena ini sangat penting...

 

“Mwoya? Kenapa dia memintamu datang?” Junhyung tak mengerti surat itu.

Dengusan lirih memburu dibibir Sunggyu. Hembusan nafas tak teraturnya membuat ia terlihat banyak pikiran.

“Kau tahu kan sebenarnya tentang dia?” tanya Sunggyu penuh selidik.

“Anii..aku..” Junhyung mengelak.

“Ya... jebal, kali ini kau jangan menutupinya. Katakan kepadaku apa yang kau tahu!” Sunggyu memohon. Sepertinya ia tak sanggup menahan ini lagi.

Junhyun menyentuh pundak Sunggyu, “Mianhaeyo Sunggyu-ya. Aku sebenarnya ingin mengatakan kepadamu. Tapi.. aku takut akan membuatmu terluka.” Sesal Junhyung.

“Huftt... kau salah, seharusnya kau memberitahuku sedari dulu..” tanggap Sunggyu lirih.

“Mianhae Sunggyu-ya, mianhae. Apa kau akan marah kepadaku?” Junhyung cemas jika Sunggyu akan memusuhinya saat tahu yang sebenarnya.

Sunggyu menggeleng, “Aniya, aku mengerti alasanmu.” Jawab Sunggyu dengan seulas senyum.

“Jinjjaro? Geurae, kau minta bantuan apa kepadaku? Aku akan membantumu.” Junhyung merasa bersalah kepada Sunggyu, menawarinya bantuan.

“Mollayo, sepertinya aku akan mendatanginya.” Jawab Sunggyu datar.

Namja bertubuh gempal itu mengernyitkan alisnya, “Kau yakin? Bukankah kau ingin melupakan Soyou? Kenapa kau malah mendatanginya?”

“Pasti ada alasan kenapa dia memanggilku. Aku tidak mau dianggap pengecut olehnya.”

“Ah, Sunggyu-ya! Aku akan menemanimu nanti. Kalau ada apa-apa aku bisa membantumu.”

“Baiklah, kajja kita kembali.” Sunggyu melangkah kembali ketempat semula diikuti Junhyung dibelakangnya.

∞∞∞

Hari ini menjadi awal baru dari gadis cantik itu untuk memulai lagi hidupnya setelah kejadian memalukan yang menimpanya. Walaupun perasaan takut masih mencekam didirinya, tapi ia berusaha untuk melangkah lagi. Tidak mungkin bukan ia hanya duduk terdiam di rumah. Bagaimana ia akan menjelaskan kepada kedua orang tuanya?

Kepalanya menunduk dalam-dalam ketika siswa lain berjalan didepannya atau menatap aneh kepadanya. Seolah-olah ia akan dicaci dan dimaki oleh mereka. Namun kenyataannya tidak, karena tak ada yang tahu kecuali mereka saja. Dan dapat dipastikan bahwa mereka bukan anak-anak yang bermulut lebar.

“Unni, kenapa unni menunduk? Jangan takut unni.” Tukas Eunji.

Chorong melirik sekilas Eunji lalu kembali menatap lantai bawah. Ia menggigit bibirnya. “Aku takut Eunji-ah! Aku takut kalau mereka akan menggejekku dan mengataiku.” Jawab Chorong gugup.

“Tidak ada yang tahu tentang hal itu Unni, semua sudah di handdle oleh Sunggyu Sunbae dan Woohyun sunbae.” Sahut Bomi ingin membangkitkan lagi kepercayaan diri Chorong. Bomi menggenggam tangan Chorong erat. “Kajja kita kekelasmu unni.”

“Bomi-ah, aku takut.. aku takut ka..ka..kalau mereka akan..” Chorong menunduk kembali.

“Unni, ada Woohyun sunbae yang akan melindungimu unni. Tenanglah! Jangan takut.” Bomi menepuk pelan pundak Chorong.

“Aku tidak mau merepotkan Woohyun Bomi-ah, Eunji-ah.” Chorong menatap pilu kedua teman sekaligus dongsaengnya itu.

“Baiklah, kajja unni masuk kelas. Kita akan mengantarmu.” Eunji menggandeng tangan Chorong lalu melangkah pergi. Tiba-tiba..

“Park Chorong! Kau datang?” Woohyun senang melihat Chorong kembali sekolah. Alih-alih akan menyambut Woohyun, Chorong mempercepat langkahnya meninggalkan Woohyun dengan kepala tetap menunduk.

“Chorong-ah! Tungguu.” Woohyun hendak menarik tangan Chorong tapi ditahan oleh Bomi. Bomi menggeleng memberikan tanda kepada Woohyun untuk tidak menahan langkah Chorong atau mengejarnya.

Seakan mengerti maksud Bomi, Woohyun terdiam dan hanya menatap kikuk punggung Chorong.

Ditaman sebelah kelas Woohyun, Eunji dan Woohyun duduk berdua. Setelah kepergian Chorong tadi, Woohyun menahan Eunji untuk tidak meninggalkannya dan menjelaskan sesuatu kepadanya.

“Woohyun oppa, sepertinya unni benar-benar belum bisa dekat denganmu.” Eunji memulai percakapan.

Sejenak Woohyun memandang penuh tanda tanya kepada Eunji, “Waeyo?”

“Jangankan denganmu oppa, dengan kita saja semula ia menolak. Yah, alasannya seperti yang kau tahu. Dia takut dan malu. Aku tidak perlu menjelaskan lagi kepadamu kan sunbae.”

“Arasseo, aku mengerti. Huftt, lalu bagaimana aku bisa dekat dengannya? aku benar-benar mencintainya Eunji-ah.”

“Emmhh, aku dengar dari Sunggyu Oppa, bukannya oppa pernah menciumnya setelah kejadian itu? aku rasa unni tidak akan lama menjauhimu. Bagaimanapun wanita akan luluh kepada lelaki yang menciumnya dengan tulus. Mereka bisa merasakan mana yang benar-benar mencintai dan mana yang hanya nafsu.” Eunji menepuk pelan pundak Woohyun.

“Oppa, sekarang oppa awasi saja Chorong unni, buat ia merasa aman walaupun oppa tidak disampingnya secara nyata. Jaga dia dari jauh. Perlahan unni pasti akan merasakan ketulusan oppa dan dia akan membuka hati untukmu.” Eunji tersenyum mengakhiri kata-katanya.

“Begitu ya? Geurae, aku akan lakukan seperti yang kau katakan.” Woohyun ikut tersenyum.

“Gomawo, sepertinya aku tak salah mengijinkan dan membiarkan Sunggyu oppa dimiliki orang sepertimu.”

“Ne, aku juga senang bisa membantumu. Ini sebagai balasan karena oppa telah percaya kepadaku. Geurom, aku kembali kekelas dulu oppa. Jaga Unni dengan baik. Jangan biarkan lingkungan menekannya. Semangat...” ujar Eunji lalu pergi dan diiringi lambaian serta senyuman dari Woohyun.

∞∞∞

Bel pulang sekolah telah mengudara diseluruh pelosok Jeonju Art High School. Mengijinkan para siswanya untuk kembali kerumah. Menyisakan mereka yang masih ada tanggungan sekolah ataupun masih itu ekstrakulikuler.

Suasana ramai begitu terasa saat puluhan siswa berhamburan dari masing-masing kelas menuju kesatu gerbang pemisah dunia sekolah dan dunia luar. Raut bahagia selalu terpancar saat detik-detik menuju kepulangan tiba.

“Oppa, kajja kita pulang.” Ajak Eunji setelah sosok yang ditunggu tiba.

“Mianhae Eunji-ah. Aku akan pulang dengan Junhyung. Aku masih ada urusan. Kau bisa pulang sendiri kan?” Sunggyu mengusap puncak kepala Eunji.

“Eoh? Eum baiklah. Aku akan pulang dengan Chorong unni.” Jawab Eunji disertai lengkungan tipis dari bibirnya.

“Loh, Chorong masih belum mau pulang dengan Woohyun?” tanya Junhyung.

Eunji menggeleng pelan, “Belum sunbae, baiklah aku pergi dulu ne, takutnya Chorong unni dan Bomi sudah pulang. Bye bye..” Eunji melambaikan tangannya kearah mereka dan dibalas oleh keduanya.

Seperti apa kata surat yang Sunggyu terima, kini Sunggyu dan Junhyung berada disebuah taman dekat sekolahnya. Kepala Sunggyu memutar-mutar sosok yang mengajaknya bertemu. Sampai Junhyung menepuk punggung Sunggyu memberi tahu bahwa ia melihat sosok itu.

“Ah, Kim Sunggyu-sshi. Kenalkan aku Lee Howon.” Sambut sosok itu sembari mengulurkan tangan kearah Sunggyu. Sunggyu menjabatnya lalu tersenyum.

“Kamsahamnida sudah mau menemuiku, ada yang ingin aku katakan kepadamu.” Ujarnya ramah.

“Apa?” tanya Sunggyu dingin. Ia ingin sekali marah namun ia tahan saat melihat sosok itu tak seburuk yang ia bayangkan.

“Eum, Sunggyu-sshi. Aku butuh bantuanmu.” Balasnya sedikit ragu.

Mata sipitnya melebar sejenak, menatap aneh kearah Howon. “Maksudmu?”

“Bantu Soyou untuk melupakanmu.” Jawabnya pasti.

“Mwo? Bantu apa? Apa maksudmu?” tanya Sunggyu tak paham dengannya.

Perlahan ia menghela nafas lalu berkata, “Aku benar-benar mencintai Kang Soyou dan berniat menikahinya setelah tahu kalau dia hamil anakku. Tapi, dia masih tetap mencarimu Sunggyu-sshi. Dia tetap mencintaimu.”

Seketika itu tawa meledak dari bibir Sunggyu, “Ahahahahaha, bodoh! Kenapa dia mencintaiku kalau dia mengandung anakmu. Ya! Jangan dikira aku bisa kau bodohi.”

“Aku bersungguh-sungguh Sunggyu-sshi! Aku tidak bohong. Kalau memang ia mencintaiku sepenuhnya, ia tak akan menolak untuk aku nikahi.”

“Kau ini bodoh atau bagaimana? mana mau dia kau nikahi kalau dia masih sekolah? Hahahha, aku kira kau mau menantangku tapi ternyata.” Ucap Sunggyu sinis lengkap dengan senyum meremehkan.

“Aku tidak ingin berurusan lagi dengannya. aku sudah muak melihatnya.” Lanjutnya.

Lee Howon, sosok itu menatap Sunggyu penuh harap. Air mukanya berubah muram dengan warna sedikit pucat. “Jebal, aku hanya memintamu untuk tak menggubrisnya lagi.”

“Kau tuli? Bukannya aku sudah bilang kalau aku tak ingin berurusan dengannya? kau bisa menyimpulkannya bukan?”

“Arayo, geurae. Aku harap kau akan benar-benar menjauhinya.” Sosok itu berdiri.

“Pasti.. kau bisa memastikannya sendiri. Dan... good luck, semoga kau bisa menikahinya.” Tukas Sunggyu penuh benci dan berlalu begitu saja.

Sunggyu melangkah penuh dengan umpatan-umpatan yang keluar dari bibirnya. Entah apa yang membuatnya menjadi begitu kasar saat itu. Image coolnya rontok saat mendengar nama Kang Soyou. Dadanya seakan dicabik-cabik kembali. Mengingat betapa sakit perasaannya saat tahu kenyataan yang membuat siapa saja mengalaminya akan shock seketika.

∞∞∞

Malam kembali menyapa daerah Jeonju. Udara dingin khas musim gugur yang akan tiba sebentar lagi menyeruak paksa memasuki jendela-jendela apartemen yang sengaja tak ditutup rapat. Sosok yang meringkuk dibalik selimut itu bangkit dan menengok sejenak jam yang terpaku diatas meja belajarnya.

Seakan teringat sesuatu, ia beranjak dan menyamber jaket dari dalam lemari. Bergegas keluar kamar menemui seseorang diruang tengah.

“Sunggyu hyung eodi?” tanyanya pada dua manusia yang berjejer didepan layar datar lebar itu.

“Dia keluar bersama Junhyung hyung.” namja bermata kucing itu menjawab. “Kau mau kemana hyung?’ tanyanya kemudian.

“Eoh, aku mau membelikan kado untuk Bomi. Woohyun-ah, kau tidak ada acara kan? Kajja ikut aku beli kado.” Ucapnya saat melihat sosok yang diajak hanya berbaring malas diatas karpet kuning tebal itu.

“Sirheo, aku ingin pergi kerumah Chorong.” Tolaknya.

“Yaa, kalau kau mau pergi kesana kenapa masih disini?” tanyanya kesal.

“Aku akan kesana tengah malam hyung, ingin memastikan bahwa ia baik-baik saja.” jawabnya asal. Sebenarnya ia sedang malas pergi.

“Mwoya, maksudmu apa hyun?” namja bermata kucing itu menjadi bingung dengan kata-kata Woohyun.

“Molla, ajak saja ini nih Kibum. Dari tadi dia hanya malas-malasan dirumah.”

“Geurae, kajja Kibum-ah, ikut aku.” Dongwoo menarik tangan Kibum paksa hingga Kibum bangkit dan mengambil jaket tanpa bisa menolak sedikitpun.

Mau tak mau Kibum berada disalah satu pusat perbelanjaan di Kota Jeonju. Mengikuti Dongwoo dari belakang yang tengah sibuk memilih-milih barang yang cocok untuk Bomi. Karena lusa, Bomi akan ulang tahun. Jadi ia harus menyiapkan sesuatu yang spesial.

Merasa ia hanya sebagai teman yang diacuhkan, Kibum tak henti-hentinya mengeluh dan mendumel. Bagaimana tidak? Ia diajak tapi sama sekali tak ditanyai pendapat.

“Hyung! ini sudah toko ketiga yang kita datangi. Kau mau membelikan dia apa sih?” dumel Kibum kesal.

Dongwoo nyengir kuda, “Aku juga bingung Kibum-ah. Menurutmu apa?”

“Yaa... kenapa tidak bilang dari tadi sih kalau kau bingung hyung?” semakin kesal Kibum dibuatnya. “Seperti apa sih kekasihmu?”

“Dia anaknya periang, suka hal-hal yang lucu dan unik. Pokoknya spesial deh.” Terang Dongwoo dengan mata berbinar-binar.

Kibum memainkan mulutnya saat berpikir, “Eum, bagaimana kalau kau berikan kotak musik lucu ini saja hyung?” tawar Kibum seraya mengambilkan sebuah kotak musik.

Kotak musik yang bisa dibilang cukup lucu dan menarik. Berwarna pink cerah dan apabila dibuka akan muncul seorang balerina menari ditengahnya diiringi suara musik yang mengalun dari dalam.

“Eottaeyo?” Tanya Kibum.

Dongwoo memutar-mutar kotak musik itu melihat dan menimang-nimang.

“Sepertinya tidak buruk juga. Joha! Aku akan mengambil ini.” Putusnya semangat.

Desahan lega turun dari bibir tipis Kibum karena sebentar lagi ia akan menikmati tidur nyenyak setelah menemani Dongwoo membeli kado untuk Bomi. Begitu juga Dongwoo, ia merasa puas melihat kado yang ia beli. Ia yakin bahwa Bomi akan menyukainya. Keduanya pun lantas kembali ke apartemen.

∞∞∞

“Annyeong, Saranghaneun nae Eunji.” Sapa Sunggyu saat melihat kekasihnya duduk manis dengan Bomi dan Chorong disebuah taman sekolah yang lumayan sepi.

“Oh, jadi yang disapa hanya Eunji saja ini.” Bomi berpura-pura cemberut tidak disapa oleh Sunggyu.

“Oh ya, lupa. Annyeong Bomi-ah, Chorong-ah. Aku tidak melihat kalian sih.” Kilah Sunggyu.

“Ya, oppa! kita sebesar ini masak tidak kelihatan sih?” Bomi memanyunkan bibirnya.

“Iya loh, tidak kelihatan! Soalnya tertutup kilaunya Eunji sih..” Sunggyu mencoba menggombal dipagi hari.

“Hueekk, oppa! kau ini!” Bomi mendengus. Sedang Eunji hanya terkikik melihat kelakuan Sunggyu yang semakin hari semakin menggemaskan baginya.

Sesaat mata sipit Sunggyu melirik sekilas Chorong. Detik berikutnya ia menatap mata Eunji. Eunji memiringkan kepalanya seolah menyanyakan kenapa Sunggyu menatapnya seperti itu. Sunggyu mendesah pelan sebelum ia bertanya.

“Eum, Chorong-ah. Kau baik-baik saja?”

Eunji menatap aneh Sunggyu, Sunggyu mengangkat pundaknya merespon tatapan Eunji.

“Nde, sunbae, aku baik-baik saja.” balas Chorong lirih.

“Jangan menghindar dari dunia Chorong-ah, dunia tidak akan membencimu kok.” Ujar Sunggyu dengan senyum tulus mengembang.

“Kali ini aku setuju dengan Sunggyu Oppa. Lihat unni, ada banyak orang yang mendukungmu. Jadi tetap tersenyum untuk mereka.” Tukas Bomi.

“Benar kata mereka, kau jangan menghilangkan senyum manismu. Wajah judesmu dan suara cemprengmu itu.” tiba-tiba suara mengaggetkan mereka. Dua namja sudah duduk manis disebelah mereka.

“Ah, Woohyun sunbae, Hyungsik sunbae.” Ucap Bomi kaget.

“Apa aku mengganggu kalian?” tanya Woohyun.

Bomi menggeleng cepat, “Aniya, kau tak mengganggu sunbae.”

“Eum, aku ingin bicara dengan Chorong boleh? Bisakah kalian meninggalkan kita?” tanya Woohyun menatap penuh harap kearah mereka.

“Boleh-boleh, kajja kita pergi.” Eunji menarik tangan Sunggyu dan Bomi. Namun Chorong mencegahnya,

“Jangan pergi..” pinta Chorong lirih dan menahan tangan Bomi erat.

Bomi mengedipkan matanya dan mengangguk memberi tanda kepada Chorong bahwa semua akan baik-baik saja. Tampak mengerti, Chorong melepaskan tangannya. Sedetik kemudian mereka pergi.

Untuk sesaat, tatapan Woohyun melekat diwajah Chorong. Wajah yang sangat ia rindukan. Woohyun menatapnya seakan tak berniat untuk menyudahinya. Merasa ditatap, Chorong menunduk malu semakin dalam. Ia menggigit bibir bawahnya menahan gemetar tubuhnya. Dadanya berdegup kencang, kegelisahan menyelimuti dirinya.

Sepertinya Woohyun menyadari keadaan Chorong yang gelisah disebelahnya. Lantas ia menggenggam tangan Chorong, mengulas senyum hangatnya dan berkata, “Tenanglah! Aku tidak akan menyakitimu.”

Chorong memandang tanah dalam-dalam, ia tak memiliki keberanian untuk melihat Woohyun walaupun hanya sedetik.

“Chorong-ah! Apa kau akan terus menghindariku?”

Chorong tak menjawab, bibirnya terasa terkunci.

“Chorong-ah! Lihat aku, jawab aku..” Woohyun bersimpuh didepan Chorong. Tangannya mengangkat kepala Chorong yang menunduk.

“Woohyun-ah..” suara parau Chorong mengalun dari bibirnya.

“Eum?”

“Mi..mi..mianhaeyo..”

“Waeyo?”

“Aku mohon, jangan dekati aku.. aku malu Woohyun. Dan...” Chorong membuang pandangan kearah lain.

“Dan apa?”

“Aku tidak mau merepotkanmu Woohyun. Kau telah banyak membantuku. Aku tidak mau terlalu bergantung kepadamu Woohyun-ah..” isakan terdengar dari Chorong. Sejurus dengan itu, cairan bening turun dari sudut matanya.

Woohyun mendekat saat melihat air mata Chorong. Ia memeluknya dengan erat. Membiarkan Chorong menangis dipelukannya.

“Park Chorong. Dengarkan aku, aku tidak akan pernah merasa bahwa kau merepotkanku ataupun kau mengganggu hidupku. Aku tak pernah sekalipun berfikir seperti itu. Kau adalah hidupku, kau adalah nafasku. Aku akan merasa mati jika melihatmu seperti ini, aku akan sesak saat mendengar isak tangismu...”

Sesenggukannya perlahan bertambah keras. Rasanya Chorong ingin mengeluarkan semua sesaknya melalui tangisan.

“Apa kau meragukanku? Aku benar-benar menyayangimu Park Chorong...”

Chorong melepaskan pelukan Woohyun. Ia memberanikan diri menatap mata Woohyun.

“Woohyun-ah. Aku malu dengan diriku, aku tidak mau kau akan menyesal denganku.”

“Chorong-ah! Apa yang membuatku menyesal denganmu? Apa? Apa karena kau pernah dijamah oleh Jongmyun?”

Chorong mengangguk pelan.

“Bukankah aku sudah pernah bilang? Jangan pernah beranggapan bahwa kau pernah disentuh olehnya.” Woohyun memegang tangan Chorong.

“Beri aku kesempatan untuk membuktikan bahwa aku benar-benar menyayangimu, aku akan menjagamu Park chorong.” Sorot mata Woohyun mengarah pada dua kristal kelam Chorong. Sorot mata itu mengatakan bahwa ia bersungguh-sungguh.

“Beri aku waktu untuk sendiri dulu Woohyun. Aku ingin mengembalikan kepercayaan diriku sendiri Woohyun.”

Helaan nafas berat lolos begitu saja dari bibir Woohyun, “Arasseo, aku tak memaksamu. Tapi, jangan larang aku untuk mendekatimu.”

“Aku ingin sendiri, jadi jangan dekati aku Woohyun.”

“Chorong-ah..”

Chorong memeluk tubuh Woohyun. Ia tak tahu apa yang membuatnya berani memeluknya lebih dulu, “Aku mohon Woohyun-ah. Aku mohon.”

“Arasseo, arasseo..” Woohyun mengeratkan pelukan Chorong. Membiarkan dia terbenam dipelukannya dan waktu berlalu begitu saja.

Lima belas menit berlalu, Chorong masih berada dalam pelukan Woohyun. Terasa sekali Woohyun enggan melepas pelukan itu. Meski berulang kali Chorong mencoba melepasnya.

“Park Chorong, jika memang kau tak mengijinkanku mendekatimu sekarang. Maka berjanjilah untuk membiarkanku masuk dalam hidupmu nanti.”

Park Chorong masih setia dalam diamnya, ia tak menjawabnya. Woohyun mengangkat wajah Chorong dan mengukirkan senyum termanisnya.

“Apa kau mau berjanji?”

Chorong mengulas senyum, ia mengangguk pelan. Lantas Woohyun memeluknya lagi.

 

TBC

 

Komennya dong, makasih .. :)

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
DeerLuvian
Saya minta komentarnya yaa readers .. :)

Comments

You must be logged in to comment
Alvin_19 #1
Chapter 12: Suka ma couple pinkfinite... Apalagi woorong Kkk.. :D Thor ni ff kab dah lama bgt.. gak ada niat buat ngelanjutin ya??? di lanjut lah thor..
IffahHarun #2
Chapter 12: Hai... saya readers dari Malaysia... Saya suka sangat cerita ni tapi tolong percepatkan proses untuk chapter 13 ya... Saya betul-betul tidak sabar untuk mengetahui apa yang akan terjadi seterusnya.
stefaniwu #3
Chapter 12: anyeong,aku readers baru disini :D
aku udah liat dari chapter 1-12,bagus eon ceritanya...
tapi tambahin woorong nya dong kurang puas hehehe
ditunggu chapter 13nya ^_^
windykyuzizi #4
Chapter 12: semangattt ..!!! gk sbar nggu lanjutannya ... :D :D :D
windykyuzizi #5
Chapter 3: lanjutkan ... !!! :D :D
penguinhana #6
Chapter 12: Annyeong! Aaa kebetulan lagi nyari ff pinkfinite dan nemu ini. Suka banget! Nunggu banget nih lanjutannya. Ceritanya bagus. Gak terlalu flat. Ditunggu lanjutannya yaaaaa~