Day One : Welcome in Hell !
Who's Next ?“Kyungsoo hyung, aku punya sesuatu untukmu !” seorang pemuda tampan berkulit tan berjalan mendekati pemuda berkacamata bulat yang tengah menyender dipohon mapple dengan bukunya. Wajah pemuda tan itu berseri dengan senyuman yang tak pernah lepas dari wajahnya.
“Tunjukkan padaku, Jongin-ah..” Ia tersenyum. Sebuah senyuman manis membentuk pola hati dan sorotan mata teduh. Kulitnya seputih susu, rambut tebalnya sehitam kayu ebony dan bibir yang begitu menggoda menurut Jongin.
“Aku membuatkanmu waffle,“ jongin menyerahkan tempat makan kecil dan kyungsoo menerimanya.
“Terima kasih, Jongin. Kau bisa pergi sekarang,” Jongin mengangguk senang kemudian pergi.
Kyungsoo tersenyum melihat waffle kehitaman yang Jongin buat. Ia berpikir mungkin saja Jongin memberikan selai coklat terlalu banyak. Namun ketika ia memakannya, Kyungsoo terdiam lama.
“Si bodoh itu terlalu lama memanggang waffle malang ini,” Kyungsoo bergumam sambil tetap memakan waffle itu sampai habis.
Sungji High School, Seoul
22.30 pm
“ Kyungsoo letakkan pisau kecil itu.. k-kumohon.” Seorang pemuda memohon dengan kedua lututnya dilantai. Berharap sang malaikat maut akan bermurah hati padanya.
Kyungsoo menatap datar sambil melihat kearah jendela. Gedung sekolah lama memang tempat yang pas untuk mengadakan eksekusi pembersihan dosa. Ruangan itu dikelilingi lilin dan berbagai bentuk pentagram dan bau anyir darah yang bercampur dengan bau lavender yang menyengat. Ia lalu kembali kepada urusannya dengan pemuda yang sudah babak belur ini.
“ Aku hanya ingin menciptakan dunia baru tanpa makhluk busuk sepertimu.”
Namun sebelum Kyungsoo sempat menusuk pemuda itu, sebuah benda dingin menyentuh lehernya. Ia melebarkan pandangan terkejutnya kemudian tersenyum. Sebuah senyuman yang begitu dingin dan mengerikan.
“Jangan bergerak sedikit pun atau peluruku akan menembus kepala besarmu, bocah sialan !” suara polisi itu terdengar begitu rendah dan sangat kasar. Ia menjatuhkan Kyungsoo dengan sekali pukulan ditengkuknya.
Sungji High School, Seoul
07.00 am
“ Apa kau sudah dengar ? mereka bilang Kyungsoo dipindahkan kesekolah khusus disebuah pulau terisolasi di teluk San Fransisco, Amerika Serikat, “ seorang gadis tengah membuka pembicaraan mereka dikelas.
Jongin merasakan aura aneh pada dirinya. Ia melihat secara langsung bagaimana polisi itu menemukan Kyungsoo dan meringkusnya lalu membawanya pergi. Jongin tidak pernah menyangka bahwa ritual kecil pembersihan dosa yang Kyungsoo lakukan selama ini akan membuatnya pergi jauh dari sisi Jongin. Ia tidak tahu apapun selain memikirkan cara agar ia dapat bertemu Kyungsoo lagi. Bagaimanapun caranya.
“Apa sekolah itu berisi anak-anak nakal atau semacamnya?” Jongin berujar santai sambil merangkul mesra seorang gadis yang bergosip dikelas tadi. Meninggalkan sang gadis bersemu dan terkejut.
“Tidak.. um kurasa lebih buruk daripada itu, mereka menangani anak-anak dengan gangguan kejiwaan yang sangat parah. Ayahku adalah salah satu polisi yang menangani kasus Kyungsoo.”
“Oh benarkah?” Jongin berpura- pura terkejut. Giginya bergemeretak menahan amarah yang ia tahan. Buku jarinya memutih dengan kepalan yang kuat.
“...ayah bilang sekolah itu lebih seperti penjara rumah sakit jiwa yang sangat tersembunyi. Bahkan akses untuk memasukinya menggunakan sebuah kapal perang,”
“bagaimana cara agar dapat masuk kesana?” suara Jongin berubah. Ia sudah tidak berbicara dengan nada yang seceria tadi. Wajahnya mengeras dengan cengkeraman kuat di bahu gadis itu.
“K-kau setidaknya harus membunuh semua anak dikelas ini atau menjual ganja atau tindak asusila yang fatal ah, atau mungkin membunuh presiden Korea, ” gadis itu melebarkan pandangannya ketika melihat Jongin tengah menyeringai tajam.
Albatross Academy
( tidak ada kepastian jam )
“Seorang anak dari panti asuhan? Tidak pernah memiliki catatan kejahatan yang buruk? Sangat pintar dan rajin disekolah? Tapi berakhir di penjara rumah sakit jiwa Albatross. Hahaha kau pasti sangat gila.” Kyungsoo menatap datar lantai koridor panjang ini. Kakinya seakan mati rasa karena efek obat bius yang ia terima dalam perjalanan menuju kesini. Ia memerhatikan betapa mengerikannya sekolah berasrama ini didesain seperti penjara bawah tanah tanpa jendela sama sekali. Begitu lembab dan dingin.
"Kau tidak akan pernah melihat cahaya matahari lagi dan juga... kau tidak akan tahu berapa lama kau berada disini atau tanggal berapa sekarang. semua hubungan dengan dunia luar sangat tertutup rapat," oceh pemuda berandalan itu sambil menendang- nendang setiap pintu besi yang mereka lewati.
Kyungsoo mengikuti seorang pemuda jangkung yang akan menjadi teman sekamarnya. Ia begitu berisik dengan suara rendah seperti kodok dan tidak bisa berhenti melihat Kyungsoo seperti ingin menelannya hidup – hidup. Ia mengenakan kemeja berantakan dan kotor sangat tidak terurus. Well, kecuali giginya yang menurut Kyungsoo tempat tinggal peri gigi karena begitu bersih dan cemerlang ketika ia tersenyum. Dan jangan lupakan telinganya yang mengingatkan Kyungsoo dengan Dumbo si gajah kecil— buku cerita bergambar satu-satunya yang Kyungsoo miliki.
“Yap ini kamar yang akan kita habiskan berdua...sampai mati, Kyungshort !” Pemuda itu mendorong Kyungsoo memasuki kamar yang begitu sempit dengan dua tempat tidur untuk satu orang yang dipisahkan satu meja dengan lampu minyak. Terdapat satu cctv dipojok ruangan. Ruangan itu begitu lembab tanpa jendela atau udara yang masuk. “Ah ! Namaku Chanyeol. Park Chanyeol,”
Kyungsoo menatap pantulan wajahnya disebuah pecahan cermin kecil di dekat pintu besi. Wajahnya lebam di pipi kiri dan memar biru dibawah matanya. Polisi Seoul memaksanya memberitahu motif pembunuhan yang Kyungsoo lakukan namun, hanya kebisuan dari Kyungsoo yang mereka dapatkan. Semua metode penyiksaan maupun secara mental oleh kepolisian Seoul sudah dipakai agar Kyungsoo mengaku, namun hasilnya nihil.
Kyungsoo terdiam lama, masih terkejut dengan tempat tinggal barunya. Ia memandang Chanyeol sekilas sambil membereskan pakaiannya. Menata buku-buku tebalnya di bawah tempat tidur dan meletakkan sebuah bingkai foto ia bersama Jongin. Kyungsoo begitu menyukai Jongin, itulah kenapa ia tidak pernah menyakiti Jongin ataupun membahayakannya. Tapi, ia sadar betapa tidak normalnya kehidupan yang ia pilih sehingga ia harus memutuskan untuk menyegel seluruh perasaannya dalam-dalam kepada Jongin.
“Wohoo~ Kau gay ? Sepertinya kita bisa saling menghangatkan diri dalam satu kasur hmm?” Chanyeol secara tiba-tiba memeluk Kyungsoo dari belakang. Meniup lubang telinga Kyungsoo sambil menciumi lehernya rakus. Kyungsoo terkejut ketika Chanyeol mulai meraba bagian sensitifnya dibawah dengan begitu terlatih.
Kyungsoo ingin sekali mengucapkan sesuatu namun tidak ada suara yang keluar selain lenguhan nikmat. Ia menutup matanya namun akhirnya bisa kembali lagi dalam pikirannya. Ia mengeluarkan pisau kecil dari balik saku jaketnya dan menusuk bahu kiri Chanyeol dengan meninggalkan luka yang dalam.
Chanyeol mengerang kesakitan. Luka yang lumayan dalam dengan pisau tipis dan panjang itu seakan merobek seluruh kulitnya. Tak lama kemudian sebuah bel yang terdapat didepan pintu kamar itu berbunyi dengan lampu yang berkedip seperti sirine polisi.
“Ah sial ! Selamat datang di neraka, Kyungshort !! “ Chanyeol memegangi bahu kirinya sebelum berlari kesetanan keluar kamar.
Tak lama kemudian, dua orang dengan seragam yang menutupi seluruh tubuhnya dengan topeng hitam seperti badut dalam sirkus, menyeret Chanyeol dan Kyungsoo paksa. Chanyeol terlihat begitu ketakutan. Ia berteriak juga meronta namun, cengkeraman dilehernya seperti membakarnya.
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!! Hentikan lepaskan aku ! aku tidak mau keruang sialan itu lagi ! lepaskan aku, keparat !! “ Chanyeol hanya menghabiskan energinya sementara Kyungsoo menatap langit – langit koridor yang berjalan sendiri akibat seretan dilehernya.
Kyungsoo terlalu lelah untuk berbicara ataupun meronta. Ia sibuk memikirkan bagaimana ia membentuk pola-pola indah ditubuh buruannya dengan pisau kecilnya. Membayangkan betapa menyenangkannya memburu para pendosa yang harus dibersihkan dari dunia yang sudah membusuk ini. Pasti akan sangat menantang membunuh mangsa yang sebanding dengannya. Kyungsoo melepaskan tawanya. Diawali dengan ketawa kecil sampai tertawa aneh dengan wajah mengerikan.
Chanyeol yang berada disebelahnya dapat merasakan kengerian yang tidak dapat ia jelaskan. Kyungsoo seperti dua mata koin yang saling bertolak- belakang. Ketika dimainkan tidak akan ada yang tahu yang mana yang akan muncul. Apakah Kyungsoo yang polos juga culun dengan segala kecanggungan yang ia miliki atau Kyungsoo yang liar dengan sorot mata haus akan darah dan senyuman milik setan penghuni neraka terdalam.
Ruang Panggangan #1
Chanyeol dan Kyungsoo dimasukkan kedalam ruangan luas yang sangat panas dan lembab. Pencahayaan yang ada diruangan itu hanya obor – obor yang menempel dengan gagahnya disetiap dinding. Tak lupa ada beberapa cctv yang terpasang untuk memantau mereka. Kyungsoo merasa bahwa ini buruk. Ia mundur beberapa langkah sampai tubuhnya menyentuh dinding.
Kyungsoo terkejut. Pintu yang baru saja ia masuki menghilang. Dan dibarengi dengan suara seseorang disebuah microphone. Suaranya berat dan kasar disertai bunyi berisik yang sangat aneh.
“Pelajaran pertama untuk Do Kyungsoo. Tidak ada kekerasan disini. Jika kau melakukannya lagi kau akan berada diruangan ini selamanya. Dan sedikit hukuman kecil untuk otak kotor Tuan Park. ”
Suara itu menghilang seiring bertambah panasnya suhu didalam ruangan itu. Chanyeol mulai panik sambil memukul kesegala penjuru dinding ruangan itu berusaha mematikan obor yang sepertinya memiliki api abadi.Tangannya lebam dan darah mulai menetes. Beberapa kalipun Chanyeol mematikan dengan kemejanya yang sudah terbakar namun, api itu menyala kembali.
Kyungsoo menatap tidak percaya. Matanya nyaris keluar dari kelopaknya. Kakinya gemetar dan kepalanya menjadi pusing. Chanyeol seperti orang gila yang berlarian mengitari ruangan dengan dada telanjangnya. Memperlihatkan bulir-bulir keringat yang mengalir deras dari dadanya yang bidang dan abs yang terekspose begitu y dimata Kyungsoo. Namun, terlihat juga beberapa luka cambukan yang masih baru pada punggung Chanyeol.
‘S-sebenarnya tempat apa ini !’ pekik Kyungsoo dalam hati. Tubuhnya sudah bermandikan keringat dan dapat ia rasakan kakinya seperti jelly. “A-apa yang kau lakukan, idiot ? menghabiskan energy sampai kau mati, hah?” Kyungsoo menarik tangan Chanyeol agar membuatnya berhenti.
“APA KAU BODOH ATAU APA? SI KEPARAT ITU MENCOBA MEMANGGANG KITA !!” kyungsoo tercekat mendengar pernyataan Chanyeol. Kakinya terasa begitu lemas dan kepala yang semakin akan meledak.
Lantai yang tadinya begitu dingin berubah menjadi panas dan semakin panas. Kyungsoo dapat merasakan kepalanya mendidih. Kulit kakinya terkelupas dengan luka bakar yang serius. Ia sudah lupa kapan terakhir penyiksaan semacam ini ia terima. Yang pasti segalanya begitu familiar baginya.
Ingatan terakhir yang terekam sebelum semuanya menjadi gelap adalah teriakan Chanyeol kearah cctv sambil berlutut.
.
.
.
.
.
.
“LEPASKAN KYUNGSOO DAN BIARKAN AKU DISINI SELAMA YANG KAU MAU MR. REDRUM, KUMOHON !!!”
a/n :
wohooooo~ xD bisa bayangkan betapa ynya chanyeol dengan luka cambukan itu dan keringat yang membasahi tubuhnya rawwwrrr /mimisan ditempat/ga
Okay~ Please( I begged you) give a comment/vote/subscribe for this prologue chapter... hix I think im gonna write fluff or something cheesy but ... hell ! what is this? Kkk My thought will never forget how painful Kyungsoo in MAMA 2013 when he’s hurt his ankle. You know... I kinda like his suffering expression ( and also in his drama ). And the theme of their VCR isnt similar to this freaggin’ story, ryt ? kkkk
other exo member will appear next chapter and the GAME will begin !
....ILOVEBLEEDINGKYUNGSOO tobein’honest ! /sobs/ sorry guys... T^T
Comments