Oreo ke-3

Oreo Ketiga

Siapa yang tidak tahu tentang pasangan itu. Berita tentang mereka telah tersebar ke seluruh pelosok dunia. Berita yang mengejutkan dan mematahkan hati jutaan remaja berotak kosong. 

Publik memberikan reaksi yang berbeda-beda atas berita yang mereka dengar. Sebagian mendukung mereka, sebagian mencaci dan memaki keduanya, sementara yang lain hanya mengangkat bahu dan bersikap masa bodoh.

Kalau kau bertanya di pihak manakah aku berada, biar kujelaskan dulu semuanya. Aku adalah sahabat dekat si perempuan. Bahkan kami menempati kamar yang sama selama hampir 6 tahun. Melihatnya menemukan kebahagiaan di dalam diri pria itu merupakan sesuatu yang menggembirakan bagiku. Sebagai sahabat, aku sangat mendukung apapun yang membuat sahabatku bahagia.

Mengingat kebahagiaannya, aku pun menginginkan kebahagiaanku sendiri tentunya, terutama mengenai percintaan. Bohong rasanya jika kukatakan hatiku ini belum diisi oleh siapapun. Selama ini tentulah hatiku telah ada yang mencuri. Seorang pria yang kusayangi melebihi siapapun di dunia ini. Awalnya aku ragu, tapi ketulusan yang tergambar di kedua bola matanya membuatku yakin dan bahkan berani untuk mengambil segala risiko. Termasuk menyimpan kisah kami dan menjaganya dari telinga-telinga pihak lain yang tidak akan pernah mengerti. Pria itu, pria yang sama yang membuat sahabatku jatuh cinta. Terkejut? Kuharap tidak.

Akulah oreo ketiga itu. Pihak yang sama sekali tidak diketahui keberadaannya oleh siapapun. Aku bersyukur karenanya, sebab melihat bagaimana publik bereaksi keras atas berita mereka, aku takut jika publik tahu, aku akan menjadi pihak yang paling dicerca. Jujur saja, aku benci melihat mereka berdekatan dan bermesraan di dalam foto-foto itu. Hatiku rasanya terbakar oleh cemburu. Aku tidak dapat membohongi diriku sendiri dengan mengatakan kalau aku tidak kesal melihatnya.

Tapi aku juga harus tahu diri akan peranku dalam kisah ini. Aku adalah pihak di balik layar yang tidak boleh terekspos. Aku sama sekali dilarang untuk menunjukkan rasa bahagia, kesal, atau apapun itu karena akan membuat orang-orang curiga. Sebagai seorang yang profesional dan terlatih di bidang peran, aku haruslah bersikap masa bodoh selagi aku berada di tengah keramaian.

Jika sekarang kau masih bertanya dimanakah posisiku di antara ketiganya, maka aku akan menjawab, aku adalah ketiganya. Aku bahagia, kesal, dan bersikap masa bodoh di saat yang bersamaan. 

Aku tahu, kau pasti ingin mencerca dan memakiku karena telah menjadi musuh dalam selimut dan menggadaikan persahabatan yang telah kujalin selama 7 tahun lamanya. Tapi kau harus merasakan bagaimana rasanya jadi aku. Bagaimana hatiku terus-menerus membuatku tersiksa jika aku jauh darinya. Secinta apapun aku kepada sahabatku, tentunya aku lebih mencintai diriku sendiri. Kau dapat mengatakan aku egois atau apapun, aku tidak peduli. Kau pun pasti akan melakukan hal yang sama.

“Maafkan aku, aku sangat mencintaimu. Sungguh.” Kata-kata yang keluar dari mulutnya malam itu saat kami sedang memadu kasih di sebuah kamar di apartemen yang kumiliki seorang diri. Entah mengapa, sekejap rasa kesalku hilang entah kemana. Hanya dengan mendengar kata cinta darinya membuatku lupa diri. Cukup mengetahui bahwa dia mencintaku, aku tidak peduli jika dia mencintai orang lain di saat yang bersamaan. Yang aku tahu, malam itu, di setiap hentakan jasmaninya membawaku tenggelam semakin jauh di dalam euforia cintanya. Setiap nada yang keluar dari mulut kami seolah bersatu padu membentuk sebuah harmoni yang membuat dada bergejolak.

Ponselku berdering, menandakan sebuah panggilan masuk. Nada dering itu sudah aku pasang khusus untuknya, sahabatku. Dia pasti membutuhkan seseorang untuk berbicara dan menenangkannya ditengah semua kekacauan ini. Tapi saat ini, aku tidak bisa menjawab panggilannya. Aku terlalu sibuk menjelajahi setiap inci kesempurnaan yang dimiliki oleh anak Adam satu ini. 

Kami tahu, apa yang kami lakukan ini salah dan tidak akan bertahan selamanya. Tapi setidaknya kami ingin menikmati setiap detik berharga yang kami miliki, menghabiskan waktu bersama, mengungkapkan perasaan yang tidak dapat terlukiskan dengan kata-kata. 

Maafkan aku, maafkan aku, Kim Taeyeon. Tapi aku, Lee Soonkyu tidak akan pernah meninggalkan Byun Baekhyun. Meski dunia ini tahu kalau dia milikmu. Oreo ketiga akan selalu ada tanpa perlu orang-orang tahu.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
_SunKi #1
Chapter 1: harap ada sambungannya atau fanfic baeksun lain ?❤
salma_salsa #2
Chapter 1: Omong2 ini gk ada lanjutannya y??
salma_salsa #3
Chapter 1: Aku nggak nyangka, klo kamu orang indo wkwkw,, terusin ya authorr, omong2 semangat yaa buat chapter selanjutnyaa
parkjaeni28693 #4
Chapter 1: aku tak bisa berkata apa apa -..- baekhyun baekhyuuun ckckck
byunsun
#5
Chapter 1: ada indo versionnya hehehe
jadi baeksun berselingkuh? di belakang taeyeon ckckck tapi gapapa sih soalnya aku suka baeksun huahahahaha
bikin ff sunny lagi yaa author-nim hehe ^^