Indonesian ver

Obsession

I don't know but, I think the english one is really a... yeah you know.

SO I will update the Indonesian

hope some one want to translate it to the better english

warn: not beta-ed

----

Obsession

 

Toktoktoktok

 

Suara ketukan pintu yang datang dari pintu masuk apartmentnya terus saja datang sejak 10 menit yang lalu telah membuat Yixing sampai pada limitnya. Namja itu menggeram kecil seraya bangkit dari tempat tidurnya.

 

Siapa sih yang mengganggunya pagi-pagi begini?

 

Ketika pintu apartment sederhana itu di buka, Yixing hampir melompat kebelakang saking terkejutnya dengan apa yang ia lihat.

 

“Junghee?”

 

Gadis berkacamata hitam itu mengangkat kepalanya, menatap Yixing yang terkejut dari balik kacamata hitamnya.

 

“Pagi, Oppa.” Gadis itu berucap dengan nada yang membuat Yixing menaikan sebelah alisnya.

 

Ada apa dengan gadis ini?

 

Yixing memperhatikan dengan seksama wajah cantik gadis berkulit tan di depannya itu. Pipinya yang tampak sedikit chubby itu tampak basah, dan Yixing bisa melihat dari balik kacamata hitamnnya, mata besar gadis itu sedikit sembab.

 

Hn?

 

“Kau habis menangis?”

 

“Bukankah tidak sopan membiarkan seorang tamu di depan rumahmu?” Gadis itu berucap secara tidak langsung mengatakan bahwa ia tidak ingin topic kenapa ia menangis untung di bahas.

 

Yixing kembali menaikan sebelah alisnya, tapi, ia membiarkan gadis itu masuk ke rumahnya.

 

Setelah gadis itu melepas hells putihnya dan menggantinya dengan sleeper, gadis itu masuk ke dalam rumahnya. Melenggang langsung menuju ruang tamu sementara Yixing mengekori di belakangnya, kedua tangannya masih terlipat.

 

“Junghee, kau belum menjawab pertanyaanku.” Gadis itu tak menggubrisi apa yang baru saja dikatakan Yixing dan menghempaskan dirinya ke sofa yang ada di ruang tamu Yixing. Kepala gadis itu di tundukan.

 

Yixing kembali menaikan sebelah alisnya melihat tingkah aneh gadis itu. Ia pun mendudukkan dirinya di samping gadis itu.

 

“Kim Junghee, katakana padaku, kenapa kau menangis?” Yixing kembali bertanya pada gadis yang duduk di sebelahnya itu. Nada yang ia gunakan terdengar menuntut.

 

“Aku tidak menangis, Oppa…” setelah beberapa saat hening, akhirnya gadis itu membuka mulutnya juga. Suaranya kecil, tidak bersemangat. Dan Yixing tau, apa yang dikatakan gadis itu adalah sebuah kebohongan.

 

“Tidak perlu berbohong begitu padaku. Kau tau, kan, kau bisa mengatakan apapun padaku.” Yixing berucap seraya bangkit dari tempat ia duduk, kemudian berjalan menuju dapur. Meninggalkan gadis yang masih menundukkan kepalanya itu.

 

Setelah ia mengambil sekotak susu pisang kesukaan gadis itu, dan sekaleng ginger soda untuknya, Yixing kembali ke ruang tamu. Di letakkannya kotak susu itu di depan si gadis berkacamata hitam itu sementara ia kembali duduk di tempatnya semula.

 

Gadis itu diam, menatap kotak susu di hadapannya. Sebelum kemudian brush into tears. Membuat Yixing terkejut.

 

“Eh? Wae –“ Yixing terdiam ketika pandangannya jatuh pada apa yang kini tengah di pandang gadis itu.

 

Ah… geureoppeuna…

 

Yixing mendecih pelan, sebelum kemudian mendesahkan sebuah umpatan kesal seraya kembali menyandarkan dirinya di sofa.

 

“That bastard again, huh?” itu bukan pertanyaan, tapi peryataan. Karena  Yixing tau, apa yang ia katakana adalah 100 % benar tanpa perlu gadis itu mengonfirmasinya.

 

Karena selama 5 bulan belakangan ini, hanya karena That Bastard gadis ini menangis.

 

Yixing kembali mendecih.

 

Junghee yang sudah bisa mengendalikan dirinya perlahan melepas kacamata hitam yang ia gunakan, dengan kasar ia menghapus air mata yang mengalir dari kedua mata cantiknya. Membuat Yixing yang melihatnya sighed angrily.

 

Ditariknya perlahan pergelangan tangan gadis itu, membuat gadis itu kini menatap ke arahnya. Dengan lembut, Yixing menghapus air mata yang membuat make up gadis itu berantakan.

 

“Katakan padaku, apa yang terjadi? Kenapa kau menangis begini?” Yixing kembali bertanya, kali ini dengan suara dan pandangan yang lebih lembut dari sebelumnya.

 

Gadis itu menggeleng pelan, isakan tangis pelan dapat terdengar keluar dari bibir plush-nya yang sedikit terbuka.

 

“Ani, aku tidak menangis. Aku hanya kelilipan. Ugh… menyebalkan! Make upku berantakan!” Yixing memutar bola matanya. Astaga… itu adalah alasan paling bodoh yang pernah ia dengar selama ini. Bahkan lebih bodoh dari alasan mahasiswa-mahasiswanya yang ia tau apa saja kerjaannya.

 

Yixing memegang kedua bahu kecil Junghee, mencengkramnya dengan lembut sampai gadis itu kini menatapnya langsung ke kedua matanya.

 

“Katakan padaku. Kau taukan aku akan berbuat apapun untukmu, apapun.” Gadis itu terdiam, pandangan matanya perlahan turun. Mencoba menghindari kontak mata dengan Yixing.

 

Yixing menghela nafasnya, kemudian melepaskan cengkraman kedua tangannya di bahu Junghee. Ia pun kemudian menyentak dirinya ke sandaran sofa putihnya seraya face palm.

 

Yixing memang tau, sekuat apapun Junghee terlihat di depan, setegar apapun gadis itu, gadis itu tetap saja seorang gadis. Dia rapuh di dalam seperti gelas kaca yang mudah hancur.

 

Dan gadis itu sudah hancur sekarang, dammit!

 

Kenapa gadis itu harus jadi seperti ini sih? Kenapa gadis itu harus jatuh cinta pada dia? Padahal Yixing ada di sana, tepat di belakang gadis itu. Dengan kedua tangan yang siap menerima gadis itu kapan saja.

 

Yixing ingin sekali memeluk gadis itu, membiarkannya menangis di dadanya. Membiarkan gadis itu mengeluarkan semuanya. Tapi… ia tidak bisa.

 

Kenapa kau harus hidup seperti ini, Junghee-yah?

 

Yixing menghela nafasnya, lalu menatap gadis itu.

 

“Berapa kali aku harus bilang padamu? Berhenti bertemu dengannya, Junghee. Itu hanya akan membuatmu sakit hati.” Namja itu berucap dengan nada frustrasi yang membuat gadis di sampingnya semakin menundukkan kepalanya.

 

Yixing benar-benar tidak mengerti apa yang sebenarnya gadis ini pikirkan. Sudah tau kalau that bastard, namja yang tidak tau sama sekali bagaimana cara memperlakukan dirinya dengan baik dan selalu saja menyakitinya, tapi gadis ini tetap saja menemuinya.

 

Benar-benar bodoh. Gadis ini, juga that bastard. Ck, bagaimana bisa namja itu memberlakukan this work of art seperti ini?

 

Suasana ruangan itu tiba-tiba hening. Sampai suara bergetar Junghee memecahkannya.

 

“AKu mencintainya dan dia mencintaiku, Oppa.”

 

Yixing menutup matanya ketika satu kalimat itu meluncur dari bibir Junghee. Dadanya tiba-tiba sesak, dipenuhi dengan rasa sedih dan marah di saat yang bersamaan.

 

Yixing menegakkan tubuhnya menghadap gadis itu, memandangnya.

 

“Dengar perkataanku baik-baik, semua ini tidak bisa dibilang cinta, Junghee.” Namja yang lebih tua hampir 8 tahun dari Junghee itu berucap dengan nada yang lebih lembut tapi frustrasi.

 

“Tidak, Oppa, kau sal –“

 

“Look, Junghee, aku tidak mau memulai pertengkaran denganmu sekarang, oke? Jadi diam dan dengarkan aku. I’m trying to tell you how things stand here.” Namja itu memotong ucapan protes Junghee. Ia benar-benar tidak mau memulai pertengkaran karena that bastard again. No. sudah cukup.

 

Junghee menatap Yixing yang frustrasi dengan pandangan yang sulit Yixing artikan ketika keadaannya seperti ini.

 

Suasana kembali hening, sebelum kemudian helaan nafas berat Yixing memecahkannya.

 

“Look, aku sudah bilang padamu, ini bukan cinta. Semua ini hanya ilusi yang dia buat sampai kau foolishly obsession with him.”

 

“Oppa, kau tidak me –“

 

“Junghee, aku sangat mengenalnya. He is my ing cousin!” akhirnya satu kalimat kasar bernada membentak keluar dari mulut Yixing. Sukses membuat Junghee tersentak kaget.

 

Baru kali ini, Yixing membentak dan cursing di depannya.

 

Ugh… dadanya sakit.

 

Melihat Junghee yang tampak terkejut dan terluka karena bentakannya, Yixing menghela nafasnya seraya mengacak rambutnya sendiri.

 

“Mian, Junghee, aku tidak bermaksud membentakmu.” Yixing berucap dengan nada yang lebih lembut dari sebelumnya. Junghee hanya mengangguk pelan, kepalanya kembali di tundukkan.

 

Yixing face palming himself while let out hard sigh. Ugh… ia benar-benar tidak suka dengan keadaan seperti ini.

 

Ck… Kenapa dia diperlakukan seperti ini ? Kenapa ia begitu bersikeras bahwa semua ini adalah cinta? Kenapa Junghee harus berakhir seperti ini sih?

 

Kenapa?

 

Yixing kembali menghela nafasnya, lalu menatap Junghee yang masih menundukkan kepalanya. Perlahan, ia kembali mencengkram bahu gadis itu, membuat gadis itu mengangkat kepalanya dan menatap ke arahnya.

 

“Sudah cukup, Junghee. Semua ini buang-buang waktu, jadi aku akan membuat semuanya lebih singkat –“

 

“Kenapa kau terus saja berbuat –“

 

“Karena aku sudah tidak kuat melihatmu seperti ini, Junghee. Aku benar-benar sudah tidak kuat.” Yixing benar-benar sudah hampir pada batas kemampuannya sekarang. Suaranya bergetar, matanya terasa berat dan basah.

 

Junghee menatap namja yang tampak begitu frustrasi itu dengan pandangan terkejut yang tak begitu kentara.

 

Namja ini… namja yang biasanya selalu ceria dan bahagia, kini tampak begitu depresi dan putus asa. Semua terima kasih padanya.

 

Ugh… dadanya semakin sakit.

 

“Listen, semua yang aku katakana adalah kenyataan. Semua yang kau lakukan ini adalah kesalahan. Bertemu dengannya adalah kesalahan besar.” ‘dan meninggalkan hatiku terbakar adalah kesalahan lainnya.’ Yixing melanjutkan kalimat tersebut dalam hatinya. Kalimat yang terdengar begitu egois bahkan untuk dirinya sendiri.

 

Yixing menatap kea rah gadis yang sedang hancur itu. Yang balik menatap ke arahnya dengan pandangan yang entah mengapa membuat dadanya sakit bukan main.

 

Jadi… hatinya terbakar sendirian.

 

Yixing mencengkram kedua bahu Junghee sedikit lebih kencang dari yang sebelumnya, tapi tidak sampai membuat gadis itu kesakitan.

 

Sudah cukup, semua sudah cukup. Yixing sudah sampai batasnya.

 

Untuk sekali ini saja, ia akan menjadi selfish.

 

“Kau tau? Selama ini aku selalu ada di sini. Menjadi tempat yang kau butuhkan,” Yixing berucap, kedua tangannya mulai turun dari bahu Junghee.

 

“Aku tidak masalah, sebenarnya awalnya. Aku senang kau kau menganggapku demikian. Tapi lama-kelamaan, semuanya jadi semakin menyakitkan untukku. Jadi, kumohon, stop regarding me as that. Hatiku sudah sangat sakit.”

 

Junghee membelalakkan kedua matanya ketika kalimat itu meluncur dari bibir Yixing yang kini menundukkan kepalanya. Ia sangat terkejut.

 

Dadanya semakin sakit.

 

Yixing menghela nafasnya, mengigit bibirnya. Ia tidak siap sebenarnya untuk mengatakan semua ini, atau lebih tepatnya tidak siap menerima jawaban dari gadis itu.

 

Tapi, semuanya sudah sampai pada batasannya, Yixing sudah tidak kuat.

 

Namja itu menarik nafasnya, sebelum kemudian menghenanya perlahan. Kemudian ia menggangkat kepalanya dan menatap gadis yang kini menatapnya itu.

 

“Lihat kebelakangmu, lihat. Lihat di mana tempat aku berdiri. Bukankah aku selalu ada di sana? Bukankah aku satu-satunya yang kau perlukan? Bukankah aku satu-satunya namjachingu yang kau butuhkan?”

 

Junghee membelalakkan matanya semakin besar ketika satu kalimat terakhir itu meluncur.

 

Bukankah kalimat itu… kalimat itu berarti seperti apa yang ia pikirkan, kan?

 

Tiba-tiba berjuta kupu-kupu terbang di dalam perutnya.

 

“Aku akan membawamu keluar dari tempatmu berada sekarang. Aku akan menarikmu ke tempat dimana aku berdiri. Sekalipun aku harus melewati neraka, aku siap menyelamatkanmu karena...” Yixing menghentikan kalimatnya. Tangannya mengepal.

 

“… karena aku mencintaimu.” Yixing mengakhiri his selfish speech. Matanya menatap kea rah mata Junghee yang tampak terbelalak, wajahnya menunjukkan betapa sangat terkejut dan tidak menyangkanya ia. Air mata mulai menggenang di mata gadis itu lagi.

 

Yixing tersenyum kecut. Dia sudah tau kalau semuanya akan jadi seperti ini. Dia sudah tau. Gadis itu tidak pernah mengerti hatinya yang tersakiti dari dalam. Yang gadis itu tau hanyalah, dia yang tersakiti, dia yang dihancurkan dari dalam, dia yang disakiti namja itu.

 

Yixing wonder, when this girl will try and turn around her immature love?

 

Gadis itu diam, Yixing juga diam. Suasana hening sekali. Dan Yixing semakin mempercayai apa yang sudah ia duga.

 

Sudahlah, terserah. Ia sudah menyampaikan semuanya. Terserah gadis itu sekarang. Terserah apa dia masih mau tenggelam dalam ilusi yang menyebabkannya terobsesi atau menerima uluran tangannya.

 

Terserah, Yixing sudah tidak peduli lagi. Sekarang, yang ia butuhkan adalah menenangkan dirinya sendiri.

 

Namja itu bangkit dari tempat ia duduk di hadapan gadis itu. Lalu mengambil jaket yang tersampir sofa dan mengambil kunci mobil yang tergeletak di meja. Kemudian, berbalik memunggungi gadis itu.

 

“Aku harap, setelah ini, kau akan lebih dicintai lagi.” Namja itu berucap dengan nada yang entah mengapa terkesan begitu dingin. Junghee mengangkat kepalanya, menatap punggung lebar namja itu.

 

Yixing menarik nafasnya, kemudian menghelanya perlahan. Tangannya mencengkram jaket kulit yang ia pegang.

 

“Tapi, perlu kau tau, aku hanya mengetahui dirimu.” Yixing mulai berjalan pergi seraya mengenakan jaketnya. Meninggalkan Junghee yang masih berusaha mencerna semuanya.

 

Yixing berjalan menuju depan pintu apartmentnya, kemudian melepaskan sleeper-nya, menggantinya dengan sneaker ungu yang gadis itu berikan padanya untuk hadiah ulang tahunnya. Sneaker yang tertata manis di samping heels putih milik Junghee yang merupakan hadiah darinya.

 

Yixing mencengkram kedua tangannya, menggigit bibirnya. Sebelum kemudian mendecih dan mengenakan sepatu itu dengan sembarangan.

 

Persetan dengan semuanya, ia sudah tidak perduli lagi!

 

Ketika ia tangannya sudah sampai di knop pintu apartmennya, sepasang tangan tiba-tiba melingkar di pinggangnya.

 

Yixing tersentak kaget. Tapi hanya sesaat. Ekspresi dinginnya entah mengapa tiba-tiba muncul.

 

“Junghee –“

 

“Mian, Oppa.” Suara gadis itu kecil sekali, Yixing bahkan hampir tidak mendengarnya.

 

Yixing tersenyum kecut seraya menutup kedua matanya.

 

Ia benar-benar ditolak.

 

“Sudahlah Junghee –“

 

“Aniya, Oppa. Aku benar-benar minta maaf. Seharusnya aku tau sejak awal, seharusnya aku tau semuanya.”

 

Ya, Junghee-yah, tapi semua sudah terlambat

 

“Harusnya aku mendengarkanmu. Harusnya aku tidak terjebak dengan semua ini. Kau benar, harusnya aku berhenti bertemu dengannya.”

 

Yixing tersentak kaget ketika kalimat itu meluncur dari bibir Junghee. Sontak, ia pun langsung melepas tangan Junghee dan berbalik menatap gadis yang sedikit lebih tinggi darinya itu.

 

Gadis itu menangis sekarang. Air mata berlinang mengalir di kedua pipi tan-nya. Membuat hati Yixing hancur.

 

“Junghee –“

 

“Oppa, aku tidak tau apa yang terjadi padaku, tapi, jangan pergi. Aku mohon.” Gadis itu akhirnya benar-benar hancur sekarang. Tangisannya pecah. Perlahan kakinya kehilangan tenaganya.

 

Kalau seandainya saja Yixing tidak memeluk gadis itu sekarang, Junghee pasti sudah terduduk di lantai sekarang.

 

“Oppa, mian. Mian. Aku mohon, jangan tinggalkan aku.” Gadis itu bergumam disela-sela isakan tangisnya. Wajahnya terbenam di bahu Yixing.

 

Sementara itu, Yixing hanya diam, memeluk gadis itu semakin erat.

 

Difficult girl like her

 

Amazing girl like her

 

Uneasy girl like her

 

Yixing jatuh cinta pada gadis itu karena semua itu. Semua hal mengagumkan yang tak pernah Yixing lihat pada diri gadis lain. Tapi, ketika gadis itu tenggelam dalam keobsesian ini, Yixing melupakannya.

 

But still, girl like her

 

As usual, a girl like her

 

He Love her, a girl like her. No, he just, loves her. No matter what.

 

Yixing semakin mengeratkan pelukannya.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet