Years

Description

Ini FF pertama saya /sobs/ jadi maaf yaa kalau Ffnya jelek kekeke. Ini couple yang saya shipper dan semoga jadi kenyataan /?. All cast is belong to God and YG Entertainment but all story line and plot is belong to my imagination~~ happy reading!!~~ ^0^Ini FF pertama saya /sobs/ jadi maaf yaa kalau Ffnya jelek kekeke. Ini couple yang saya shipper dan semoga jadi kenyataan /?. All cast is belong to God and YG Entertainment but all story line and plot is belong to my imagination~~ happy reading!!~~ ^0^

Foreword

Musim semi, 2012.

24 Maret 2012.

 

Saengil chukkahamnida Lady Spring! Bangun! Di hari ulang tahunmu kau masih saja bermalas-malasan?!” suara nyaring Ssantokki membangunkanku. Kulihat jam dinding berbentuk jagung yang tertempel di seberang ruangan. Jam 6 pagi.

Aigo. Bisakah kau membiarkan Birthday Girl menikmati tidurnya? Nanti kutelpon lagi ya.”

“Aish. Cepat sana mandi. Aku sedang dalam perjalanan ke rumahmu Bommie. Kita ke tempat Hyeyoon, ada kejutan buatmu. Ppali!

“Ha? Hyeyoon?”

 

                                                                         ***         

 

Saengil chukkahamnida! Saengil chukkahamnida! Saengil chukkahamnida Bommie~~~ Saengil chukkahamnida!~~” sekumpulan perempuan bernyanyi lagu ulang tahun untukku. Ya, Ssantokki, Minzy dan Chaerin, serta satu perempuan yang kurang kukenal dengan baik. Hyeyoon, Choi Hyeyoon. Dia sering pergi jalan-jalan atau sekedar belanja pernak-pernik dengan Ssantokki atau menemani Chaerin memoles kukunya yang ganti warna seminggu sekali.

“Ah… gamsahamnida. Gamsahamnida semua, terutama Hyeyoon-sshi yang sudah menyiapkan tempatnya. Bunganya bagus sekali.” Ucapku setelah meniup lilin ulang tahun. 29.

Cheonmayo unnie. Ayo potong kuenya! Minzy yang buat. Pasti enak!~”

Lalu kami larut dengan pembicaraan khas wanita. Chaerin yang ditinggal Jiyong ke Amerika, Minzy yang bertemu sunbae ganteng bernama Daesung, atau Ssantokki yang baru beli kucing ras baru. Sebenarnya aku lebih suka diam di rumah, bermain dengan Choco atau Danchoo, memasak masakan kesukaan eomma. Hingga kulihat ada sebuah rumah kaca, penuh dengan bunga aneka warna. Kulihat pula seorang laki-laki, tinggi, putih dengan rambut berwarna biru terang menyala. Dia sedang menata beberapa bunga yang kulihat masih kuncup. Celemek putih menutupi dada bidangnya.

“Hyeyoon-sshi.” Aku memotong pembicaraan Hyeyoon dengan Chaerin. “laki-laki di sana itu siapa?”

“Ah, ne.” Hyeyoon langsung tersenyum dan tanpa disangka dia malah berteriak,

Oppa! Cepat kemari! Mau kukenalkan noona cantik tidak?!”

Jelas aku langsung gelagapan. Apa-apaan?! Kenapa jadi dikenalkan?!

Arraseo. Tunggu sebentar.”

Lalu laki-laki yang dipanggil Hyeyoon oppa itu berjalan keluar rumah kaca. Sembari berjalan dia lepaskan celemek dan sarung tangan yang dia kenakan. Mataku tak salah lihat. Badannya tinggi, kulitnya putih, rambutnya berwarna biru terang. Berkilauan terkena sinar matahari. Dia persis alien laut Neptunus. Kelihatan dingin. Tapi matanya coklat hazel, bibirnya tipis sembari selalu tersenyum melihatku, atau Hyeyoon?

Annyeonghaseyo.” Dia membungkuk di depanku.

Oppa, ini Bom unnie, yang sering kuceritakan padamu itu. Hari ini dia ulang tahun. Unnie, ini oppanya Hyeyoon.”

Annyeonghaseyo noona. Choi Seunghyun imnida. Panggil saja Seunghyun. Ngomong-ngomong, selamat ulang tahun. Bisa ikut aku ke rumah kaca?”

“Ah, ne.

 

***

 

“Seunghyun-sshi, kita baru bertemu hari ini, tapi mengapa rasanya aku seperti mengenalmu sedari dulu?” aku berjalan mengikuti Seunghyun di dalam rumah kaca.

“Pasti ikatan alien!” Seunghyun tiba-tiba berbalik dan tersenyum konyol.

“Ikatan alien?”

“Yap. Aku, Choi Seunghyun, alien Neptunus. Makanya rambutku biru begini. Kau pasti alien juga. Rambutmu merah terang begitu, kau alien apa?”

Baru kali ini ada lelaki yang mengerti jalan pikiranku.

“Ah, aku Park Bom, alien Mars! Rambutku merah karena waktu kecil aku banyak kena zat besi dari atmosfir makanya aku pindah ke Bumi, Alien Choi. Beep beep.” Aku tertawa melihat ekspresi Seunghyun yang serius mendengarkan. Dia pikir ini semua serius? XD

“Kau lucu sekali, aku harus memanggilmu apa?”

“Bommie. Panggil aku Bommie. Dan aku, harus memanggilmu apa?”

“Tabi. Minggu depan kosong?”

“Eh?”

 

***

 

Hari ini aku tambah tua lho kkk. Tapi, aku bertemu laki-laki yang jalan pikirannya sama anehnya denganku XD Tabi si alien Neptunus. Dia baik meski penampilannya freak. Rambutnya biru soalnya dia bilang dia alien Neptunus kkk. Dan dia percaya rambutku merah gara-gara aku alien Mars~~ tapi dia betul-betul baik. Dia mengajakku ke tempat rahasianya minggu depan. Tabi tabi tabi XD

 

***

 

31 Maret 2012.

 

“Heh Alien Mars, kau suka bunga tidak?”

Pertanyaan Tabi membuatku tersentak. Hari ini aku pergi bersama Tabi menuju tempat yang menurutnya rahasia. Aku dibawanya ke jalan yang menanjak dan berliku. Memangnya tempat macam apa sih?

“Suka. Bagus ya. Aku selalu suka bunga. Aku kan Lady Spring!~”

Tabi hanya mengangguk lalu tertawa.

“Lady Spring. Lihat ke sekelilingmu.”

Kulihat ke sekelilingku. Bunga. Bunga. Bunga. Bunga. Bunga di mana-mana!

“Kita ada di padang bunga. Tempat rahasiaku. Sekarang juga jadi tempat rahasiamu, Bommie.”

Kubuka pintu mobil. Berlarian menjelajah padang rahasiaku. Dan Tabi tentunya.

“Hei Lady Spring!” teriak Tabi dari ujung padang ketika aku bermain bunga.

“Apa, Alien Neptunus?!”

“Bolehkan alien laut jatuh cinta pada dewi bunga sepertimu?”

 

***

 

Hari ini aku pergi ke padang bunga rahasia milik Tabi. Padang bunganya bagus sekali. Semua bunganya mekar. Tabi bilang padang bunga rahasia itu juga jadi tempat rahasiaku sekarang. Tabi juga bertanya padaku, alien boleh tidak jatuh cinta pada dewi?

Kalau dewinya suka alien, kenapa tidak?

 

***

Musim panas, 2012.

 

This is my summer a-yo!

And baby come on lets go!

This is Seunghyun T.O.P callin’

And Bommie Bombom here

 

Semua orang bertepuk tangan mendengar rapp spontan dari Seunghyun. Daesung yang mendengar namaku disebut semakin heboh saja.

“Wah hyung! Mana Bommie Bombom-nya? Alien Mars itu dimana?”

Seunghyun mengedikkan bahu tanda tak tahu. Padahal aku ada di sampingnya.

“Kau sudah buta ya Choi Seunghyun?!”

Mereka semua tertawa. Di musim panas kali ini aku pergi berlibur ke Pulau Jeju bersama teman-temanku, dan teman-teman Seunghyun. Jiyong pacar Chaerin sudah pulang tugas dari Amerika. Minzy sudah berpacaran dengan sunbae-nya Daesung. Lalu Seunghyun membawa dua temannya yang lain, Seungri dan Taeyang. Sedangkan aku membawa Ssantokki. Malam ini kami menyalakan api unggun di pinggir pantai dan membuat barbeque. Baru kali ini aku menghabiskan musim panas bersama orang lain. Biasanya aku hanya diam di rumah.

Unnie, ayo tidur. Sudah larut!”

Ajakan Minzy membuyarkan lamunanku. Hampir semuanya sudah masuk villa. Hanya tinggal aku, Minzy, dan Seunghyun.

“Duluan saja, Minzy. Nanti aku menyusul.”

“Seunghyun oppa tidak tidur? Aaah, pasti mau merayu Bom unnie dulu ya…”

Akhirnya Minzy masuk villa setelah dilempari pasir pantai oleh Seunghyun XD

“Nggak ngantuk? Dilihat-lihat melamun saja. Kenapa? Kamu nggak suka Pulau Jeju?” Seunghyun tiba-tiba memecah keheningan.

A..aniyo. Mungkin belum biasa. Aku tidak biasa liburan beramai-ramai seperti ini…”

“Mau keliling pantai?”

Ajakan Seunghyun kusambut dengan anggukan. Kami menyusuri pinggiran pantai.

“Bombom, lihat langitnya. Keren.” Seunghyun menunjuk langit dan menengadahkan kepalanya. Spontan aku mengikuti gerakannya.

“Wah, iya! Langitnya bercahaya, banyak bintangnya. Lihat itu Seunghyun, bintang yang itu sinarnya terang sekali!~” aku meloncat riang melihat bintang yang begitu banyak. Belum pernah aku melihat bintang berserakan di langit seperti itu.

“Bombom. Bayangkan ya. Kalau kau jadi bintang yang kau tunjuk itu. Lalu aku ini langit malamnya. Bagaimana?”

“Eh. Kalau begitu, kamu akan jadi langit paling indah, Seunghyun. Soalnya ada aku.” Aku tertawa mendengar perkataanku sendiri. Konyol.

“Tepat sekali. Bombom. Hidupku makin indah setelah aku mengenal dirimu.”

“Eh? Seunghyun, jangan bercanda!”

“Aku serius. Park Bom, jeongmal saranghae.”

Seketika hening. Seunghyun hanya tersenyum. Rambut birunya berantakan tertiup angin. Sedangkan aku hanya menatapnya, heran.

“Kalau tak dijawab sekarang, tidak apa-apa. Bombom, kutunggu kau.”

Seunghyun berbalik, berjalan menuju villa. Tanpa pikir panjang kutarik lengannya.

“Seunghyun, nado saranghamnida.”

 

***

 

Hari ini aku sudah jadi gadisnya Tabi. Bahkan aku sampai gugup dan memanggilnya Seunghyun. Tapi aku merasakan hal yang tidak dapat aku jelaskan. Rasanya banyak kupu-kupu beterbangan di dalam perutku. Aku bahagia. Jeongmal saranghae Choi Seunghyun!

 

***

 

Musim gugur, 2012.

 

“Gyaaa, kenapa padang bunga kita menguning seperti ini, Tabi?!”

Hari ini aku mengunjungi padang bunga rahasiaku dengan Tabi. Tapi, aku sangat terkejut melihat seluruh padang menguning. Tak ada bunga mekar. Semua rumput layu dan terlihat menyedihkan.

“Heh Alien Mars, ini musim gugur. Suatu keajaiban kamu menemukan rumpu hijau di musim seperti ini. Coba kau hirup udaranya, segar. Manfaatkan aroma rumput terakhir sebelum semua ini tertutup salju.” Tabi berlarian ke seluruh padang, mengisi paru-parunya dengan udara rumput yang melegakan. Penampilannya banyak berubah. Rambutnya tak sepenuhnya biru lagi, sekarang rambutnya sudah tumbuh, menunjukkan warna aslinya, hitam. Kulitnya agak kecoklatan karena sepanjang musim panas dia berselancar terus bersama Jiyong. Tapi dia tetap Tabi yang kukenal. Tabi si Alien Neptunus yang kelakuannya aneh.

Kugelar tikar piknik dan menata makanan yang kubawa. Tabi yang lelah berlarian menghampiriku.

Kimbap? Wah, enak. Kau juga bawa cake jagung?” Tabi bersemangat melihat semua makanan yang kubawa. Kuberikan satu piring kimbap padanya.

“Iya. Ini, dimakan. Pasti lelah berlarian tak jelas. Alien.”

Tabi makan dengan lahap. Tabi memang senang dengan masakanku. Sesekali dia datang ke rumah untuk makan malam bersama. Tak jarang dia membawa bahan mentah untuk dimasak. Katanya, Hyeyoon tak begitu pandai memasak. Ya, Tabi dan Hyeyoon tinggal terpisah dengan orangtuanya.

“Enak, Bombom. Kenyang~” Tabi menepuk-nepuk perutnya kekenyangan.

“Kau makan terus. Sekali-kali aku ingin lihat kamu olahraga. Kalau sudah gendut nanti kau menyalahkan masakanku.” Aku membereskan piring sembari tertawa.

“Rambutmu bagus ya. Merahnya tetap kau jaga. Aku malas mengecat ulang. Birunya mulai hilang.” Tabi meniup sendiri rambutnya.

“Tabi tetap alien meski rambutnya tidak biru. Kelakuanmu aneh.”

Tiba-tiba Tabi mengeluarkan gunting dari saku jaketnya. Lalu menggunting ujung kecil rambutnya yang masih biru, lalu diberikannya padaku.

“Ini apa Tabi?”

“Rambut biruku. Disitu mengalir nyawa alienku. Harus kau simpan ya Bombom. Secara tak langsung kau dekat denganku kalau aku tak ada.”

Aku tertawa lalu mengambil gunting yang dipakai Tabi. Menggunting helai-helai rambutku dari pangkal kepala. Menghasilkan potongan panjang.

“Simpan juga rambutku. Bawa kemana pun kau pergi ya?”

“Mungkin akan kujadikan hiasan gantungan kunci mobilku.”

 

***

 

Hari ini Tabi menggunting sejumput rambutnya dan memberikannya padaku. Lucu sekali, kkk. Aku juga memberikan rambutku padanya. Dasar alien.

 

***

 

Musim dingin, 2012.

 

Tabi menemuiku dengan penampilan baru. Betul-betul baru. Rambut biru gondrongnya hilang, digantikan dengan rambut hitam dengan potongan pendek yang rapi.

“Alienku sudah jadi manusia ya sekarang?”

Aku merengut melihat rambut baru Tabi. Sedangkan aku tetap mempertahankan rambut merah panjangku. Rambut zat besi planet Mars.

“Maaf, chagiya. Kau tau kan? Penampilan baru. Sebentar lagi juga tahun baru.”

“Tapi aku suka rambut birumu.”

“Kalau sudah lebat kuwarnai sesuai warna yang kau mau.”

Hari itu kami berjalan-jalan keliling Kota Seoul. Hingga akhirnya kami mengunjungi padang rahasia yang sudah ditutupi salju.

“Padang rahasianya jadi putih begini. Jelek. Tidak ada yang bisa dilihat.” Aku merengut melihat padang bunga itu tak lebih dari sekedar gundukan salju.

“Kau mau melihat sesuatu? Kajja. Ada sesuatu yang ingin kutunjukkan padamu.”

Tabi menarik paksa lenganku. Menyebrangi padang salju dan menunjukkan dua buah boneka salju. Yang satu berkumis, ada banyak ijuk yang dicat biru di kepalanya. Sedangkan yang satu lagi sedang tersenyum, ijuk panjang dicat merah jadi rambutnya.

“Mirip kita, Tabi. Kau yang buat?”

“Iya.” Tabi tersenyum melihat boneka salju buatannya.

“Bagus. Lucu kkk.”

“Bombom, bisakah kau berjanji padaku?”

“Berjanji apa?”

“Untuk menungguku jika aku pergi?”

 

***

 

Hari ini Tabi membuatkanku sepasang boneka salju di padang rahasia kami. Dia memotong rambutnya, lalu dia juga tak sebawel biasanya. Dia kenapa? Choi Seunghyun-ku kenapa? Apakah dia sudah tak mencintaiku lagi?

 

***

 

Musim semi, 2013.

24 Maret 2013.

 

Ulang tahunku yang ke-30 hampir terlupakan. Aku sendiri sibuk dengan pekerjaanku, sebagai penulis jurnal harian. Tabi juga mulai mengembangkan bisnis bunga hiasnya hingga kami jarang berkomunikasi. Tabi jadi lebih pendiam sejak musim dingin tahun lalu. Tapi, hari ini hari spesialku bukan? Jadi kuputuskan untuk menelpon Tabi terlebih dahulu. Hitung-hitung kejutan.

Yeoboseo?” suara di seberang sana terdengar. Tapi tunggu, kenapa seorang wanita?

Nuguya? Mana Choi Seunghyun?!”

Unnie, ini aku Hyeyoon. Soal Seunghyun oppa, bisakah kita bertemu? Ini tak bisa dibicarakan lewat telepon.”

 

***

“Sebelumnya, unnie, maafkan Seunghyun oppa, dia bukan bermaksud meninggalkanmu. Ini bahkan bukan kemauannya sendiri.”

“Memangnya Seunghyun kemana? Mengapa dia pergi?” kucoba untuk tenang. Mungkin Seunghyun hanya pergi mengunjungi orang tuanya di Busan, atau ini hanya jebakan konyol alien laut itu di hari ulang tahunku.

“Seunghyun oppa, sekarang sedang menjalani wajib militer. Dia tak memberi kabar secara resmi selain padaku dan semua kerabat di Busan. Sekarang dia sudah berada di Pyongyang…”

Aku menatap wajah polos Hyeyoon. Tabi? Wajib militer? Pantas dia memotong rambutnya, jadi pendiam, memintaku berjanji untuk menunggunya…

“Ka…kapan Seunghyun pulang dari Pyongyang?”

“Satu tahun lagi unnie. Bisakah unnie menunggu? Hanya satu tahun. Seunghyun oppa menitipkan ini padaku. Katanya, bacalah sesuai musim yang terlewati. Berarti sekarang unnie hanya dapat membaca bagian musim semi, arraseo?”

 

***

 

Sesampai di rumah, aku langsung membuka buku pemberian Hyeyoon. Sebuah buku tulis biasa, kumalnya minta ampun. Di sampulnya ditempeli bunga-bunga kering. Kubuka lembar pertamanya.

 

Lady Spring, bacalah hanya bagian musim semi.

 

MUSIM SEMI.

 

Musim semi 2012 adalah musim bunga paling indah yang pernah kurasakan. Ketika Hyeyoon membawa segerombolan gadis itu, kelihatannya tak ada yang istimewa. Aku mengenal semuanya. Namun kulihat satu gadis mencolok, rambutnya merah menyala. Ternyata Hyeyoon menyiapkan peralatan pesta untuknya. Aku sengaja menata ulang bunga  yang masih kuncup agar dia tak tahu aku memperhatikan. Tapi ternyata aku tertangkap basah. Namanya Park Bom. Dan ternyata dia punya pemikiran yang sama denganku. Dia alien tercantik yang pernah kutemui seumur hidupku.

Apakah boleh alien macam aku ini mencintai kamu, Bommie?

Aku hanya takut kamu terluka dengan kebodohanku.

 

“Kamu memang bodoh Seunghyun…”

***
 

Musim panas, 2013.

 

Lady Spring, apakah benar kau membuka halaman ini ketika musim panas?

 

MUSIM PANAS.

 

Musim panas 2012. Banyak orang yang menunjukkan cinta yang terlalu dewasa dan panas. Tapi cinta yang hangat aku lihat darimu, Park Bom. Ketika Jiyong dan Chaerin berpelukan mesra di depan api unggun, aku justru melihat kamu tersenyum malu hanya karena kusebut namamu. Kamu lucu, Park Bom. Bahkan kamu tetap terlihat lucu ketika kamu bingung. Kekuranganmu membuat musim panasku semakin hangat dan bergelora. Aku semakin takut kehilanganmu.

Kamu gadisku, Park Bom. Apakah aku satu-satunya lelaki dalam khayalmu?

 

 

Musim gugur, 2013.

 

Padang rahasia kita sudah menguning ya? Bacalah.

 

MUSIM GUGUR.

 

Musim gugur 2012. Berbagi tempat rahasia denganmu adalah sebuah keputusan yang tepat. Begitu pula dengan semua cinta ini, keputusan yang tepat membaginya hanya padamu. Park Bom, hari ini semua rumput layu, tapi tidak dengan rasa sayangku padamu. Hey manis, andai kau tahu, kemana pun kau dan aku pergi, cincin yang ingin kuberikan padamu selalu ada di sakuku. Namun belum bisa kuberikan padamu. Maafkan aku.

Tapi, maukah kau jadi Nyonya Choi Seunghyun?

 

 

Musim dingin, 2013.

 

Pasti padang rumput membosankan. Baca ini. Jurnal terakhirku.

 

MUSIM DINGIN.

 

Musim dingin 2012. Sebelum kita pergi berkeliling Kota Seoul, ada sepucuk surat datang ke alamat rumahku dan Hyeyoon. Di situ tercetak jelas namaku, Choi Seunghyun, untuk mengikuti wajib militer ke Pyongyang selama satu tahun. Sebenarnya aku tak mau, Bommie. Sejak kapan penata bunga hias di rumah kaca harus memegang senapan? Namun aku tetap mengirimkan surat persetujuan dengan tanda tanganku di dalamnya. Itu adalah alasanku memotong rambut biruku, memintamu berjanji untuk menungguku, dan mungkin aku akan berubah. Agar kau benci saja padaku. Aku mungkin Choi Seunghyun yang berbeda setelah pulang dari Pyongyang. Kamu belum tentu mencintaiku seperti dulu, Park Bom. Maafkan aku. Aku tak bisa memastikan perasaanmu ketika membaca ini semua, tapi satu hal yang harus kau tahu, Park Bom.

Aku mencintaimu.

 

***

 

Musim semi, 2014.

24 Maret 2014.

 

“Terimakasih Nona Park. Jurnal harian Anda akan kami verifikasi segera, sehingga proses.” Suara merdu resepsionis di ujung telepon menjawab permintaanku dengan cekatan.

“Baik, gamsahamnida.” Aku pun menutup telepon. Lalu menarik nafas berat untuk kesekian kalinya. Satu tahun sudah penantianku, Choi Seunghyun, di mana kamu sekarang?

Kubuka buku kumal pemberian Hyeyoon satu tahun yang lalu. Buku itu kini semakin kumal, kubawa kemana-mana, kupeluk ketika aku tidur, kubaca ketika aku sedang lelah. Tak pernah menjemukan. Seolah aku bertemu langsung dengan Seunghyun.

Aku melamun hingga suara telepon mengagetkanku.

Yeoboseo?”

Unnie! Ini Hyeyoon. Cepat ke rumah sakit sekarang, unit gawat darurat. Seunghyun oppa sudah pulang!”

 

***

 

Unit Gawat Darurat penuh sesak. Pasukan wajib militer sudah pulang. Sebagian dari mereka pulang dengan kondisi yang kurang bagus. Seunghyun salah satunya.

“Ini pasien yang Anda cari, Nona. Choi Seunghyun. Harap tenang.” Suster yang mengantarku menunjukkan kasur Seunghyun. Dia terbaring lemah, masih dengan seragam tentara. Pergelangan tangannya tersambung dengan infus. Wajahnya kotor dan kumal, seperti tak tersentuh air berhari-hari.

“Seunghyun, ini aku Bommie…”

Matanya mengerjap-ngerjap.

“Buka matamu Seunghyun…”

“Bommie…”

“Ya ini aku, Bommie. Buka matamu.”

Seunghyun membuka matanya perlahan. Kupasang senyum terbaik agar apa yang dia lihat pertama kali saat dia membuka mata adalah apa yang dia suka.

“Bommie, aku pulang…”

“Aku merindukanmu, Seunghyun. Jeongmal bogoshippeoyo…

Kupeluk Seunghyun erat. Air mataku pecah tak terbendung. Penantianku terbayar sudah…

“Bommie, akankah kau mencintaiku meski aku hanya punya satu kaki?”

Satu kaki?

“Apa maksudmu? Seunghyun, jangan bercanda. Satu kaki apanya?”

“Buka selimutku. Ppali.”

Kubuka selimutnya. Perlahan kulihat badannya, pinggang, lalu lututnya, hingga hanya kulihat satu betis yang tertutupi seragam tentara.

“Ranjau hidup, Bommie. Kuinjak secara tak sengaja ketika sedang bertugas. Kakiku perlu diamputasi, dan jadilah aku Seunghyun si cacat. Masihkah kau menerimaku dengan satu kaki, Park Bom?”

 

***

 

Musim gugur, 2014.

 

Aku sedang merajut ketika ada yang memanggil namaku.

“Choi Lee Bom! Apa kabarmu? Sudah jadi Nyonya Choi, lupa sama kita ya?”

Kulihat banyak orang di ambang pintu. Ssantokki, Chaerin dan Jiyong dan hei tunggu, seorang anak kecil mengikuti mereka. Lalu ada Daesung dan Minzy pula.

“Bagaimana kalian bisa tahu rumahku disini?! Dan hei, siapa anak lucu ini? Mirip sekali dengan Chaerin.”

“Kau terlalu sibuk menunggu si alien itu noona. Anakku dengan Chaerin. Namanya Kwon Jirin. Jirin-yya, ini Bom ahjumma. Kasih salam dulu.” Jiyong menepuk kepala Jirin.

Annyeonghaceyo Bom ahjumma. Kwon Jilin imnida.”

Manisnya! Tunggu sebentar, kupanggilkan Seunghyun dulu.”

Kudorong kursi roda yang menopang tubuh Seunghyun.

“Bagaimana kabarmu hyung? Kursi rodanya nyaman?”

“Semua nyaman kalau sama Bommie. Sama saja kalau kau sama Chaerin, pabo.”

 

-Fin

 

Comments

You must be logged in to comment
doomshakalaka #1
Wahahah very rare! Bagus sih tp sebaiknya pake chapter~
Marianations #2
The foreword is a place to write a summary of the story, like a teaser to draw readers in. You should publish the story in another chapter, because people might not read because they'll think it's not complete. Telling you this in case it's a oneshot because I didn't understand what you wrote.
auroramikaela #3
Ini oneshot.....????