Diary

Description

Yunho menghancurkan kamar Changmin.

Foreword

“Changmin.”
“Hm?”
“Nggak tidur?”
“Mau.”
“Ngapain?”


Changmin masih asyik menulis-nulis sesuatu tanpa mau repot menoleh kearah Yunho. Yunho berbaring diatas kasur sambil bertumpu pada tangan kiri. Ia mengangkat kepalanya dari tumpuan tangan. Melongok kearah Changmin yang duduk tekun di meja kerjanya. Punya Yunho sebenarnya. Mereka sedang terjebak dalam kamar Yunho. Milik Changmin banjir berantakan akibat badai sore ini. Sekarang pun masih. Malah rasanya semakin besar. Tidak akan sebanjir itu sebenarnya kalau Yunho tidak lupa mengunci jendela kamar Changmin rapat-rapat. Mereka bertukar kamar kemarin. Yunho ingin pinjam perangkat game-nya semalam. Changmin sedang flu. Istirahat seharian kemarin. 
Kronologisnya, semalam suntuk Yunho main game Changmin sampai pagi. Siang harinya dia pergi keluar meninggalkan Changmin istirahat di kamarnya untuk belanja. Mengisi kulkas yang ludes dua kali lebih cepat kalau Changmin sedang sakit. Setelah belanja dia transit terlebih dulu di toko kamera. Pulang tepat ketika badai mulai membesar. Mendapati Changmin yang tengah sibuk melawan badai dari jendela kamarnya yang terbuka lebar menyemburkan air dan angin hebat. Basah kuyup. Menggerutu. Melotot kearah Yunho di depan pintu. Di sinilah mereka sekarang. Berdua dalam kamar Yunho dengan sebatang lilin sebagai sumber penerangan utama. Apinya berkobar temaran disamping buku Changmin. Aliran listrik padam. Badainya makin hebat. 
Tidak mendapat perhatian, Yunho merebahkan diri keras-keras keatas kasur. Matanya sempat membaca jam dinding. Pukul 9 malam. Dia pasti sedang asyik-asyiknya main komputer seandainya aliran listrik masih menyala. Tapi mungkin menemani Changmin seperti ini lebih  baik. Bagaimanapun juga dia sedang sakit. Sekarang malah bertambah pilek. Jangan-jangan gara-gara dia. Yunho jadi merasa tidak enak. 


“Min-a.”


Yang dipanggil masih tidak menjawab. Jadi makin tidak enak. Apa mungkin dia marah? 
Diluar dugaan lelaki itu menoleh kearahnya tiba-tiba. Yunho belum siap untuk berkata apa-apa. 
“Bobok yuk?” ujarnya refleks lengkap dengan senyum terbaik.
Changmin mengernyit. Yunho bergeser lalu menebas-nebas kasur bagian Changmin untuk menyelamatkan keadaan. Atau malah memperparah.
“Besok kerja. Jangan sampai sakit.” ujarnya basa-basi.
Diluar dugan Changmin mengangguk menanggapi.
“Sebentar lagi.”
Yunho manggut-manggut. Tidak tahu juga untuk apa sebenarnya. Dia kembali merebah. Menatap langit-langit tanpa bermaksud memerhatikan apa-apa. Entah berapa lama. Matanya mengerjap teratur lalu menutup tanpa sadar. 

Begitu membuka mata sinar matahari sudah menyeruak masuk dari balik jendela. Badai memang suka menyisakan akhir yang indah. Yunho menggeliat pelan. Menyadari lelaki yang seharusnya ada di sebelah sudah menghilang dari tempatnya. Padahal dia sudah menyusun rencana untuk mengambil foto wajah tidur Changmin diam-diam untuk kebutuhan pribadi. Gagal total. Yunho menggeram.
Dia melompat turun dari kasur. Mencium aroma kopi dari arah dapur. Melihat Changmin tengah duduk diatas meja makan. Membaca berita pagi via internet ditemani kopi hitam disebelahnya. Dia mendekat. Bergabung ikut membaca bersamanya. Tak lama sampai Changmin berdiri membebaskan diri dari Yunho yang berdiri membungkuk di belakangnya. Berjalan menuju beranda kemudian menghisap rokok dalam-dalam di sana. Yunho tidak ingat sejak kapan Changmin memulai kebiasaan merokok. Begitu Yunho tersadar mereka sudah bersama hampir 8 tahun lamanya. Changmin sudah sebesar itu. Lelaki itu sudah terlalu biasa dia pandang sebagai adik kecilnya. Sekarang pun ia masih adik kecilnya. Lebih malah. Senyum Yunho mengembang.

“Changmin.”
Lelaki itu tidak menggubris. Hanya asap tipis yang terus mengepul keluar dari mulutnya, menanggapi. Yunho menghela napas kecewa. Changmin biasa menanggapinya begitu ia panggil. Menggumam minimal.
“Hei.” Yunho menepuk bahunya. “Jawab, dong.” Lelaki itu menoleh singkat sebelum kembali mendongak kearah langit.
“Aku mual.” jawab Changmin tidak nyambung. Yunho mengerutkan dahi.
“Hah?”
“Aku mual, hyung.”
“Terus?”
Yunho bersumpah jantungnya berhenti berdetak ketika lelaki itu memalingkan wajah kearahnya. Rambut coklat madunya yang mulai memanjang berkibar menyenangkan tertiup angin. Mata bulat berbinarnya tidak setajam biasanya. Terasa lebih teduh. Bibirnya membentuk senyuman kecil. Aura maskulinnya terpancar kuat memenuhi indranya. Tapi bukan semua itu yang menghentikan detak jantung Yunho.
“Yunho.”
Bulu kuduknya meremang dipanggil seperti itu. Changmin membawa tangan Yunho mendekat, melekat di perutnya.
“Aku hamil.”
Panas tubuh Yunho menurun drastis.
“Ap..HAH??!”
Pancaran mata Changmin terlihat kecewa.
“Kamu..ham..APA??!”
“Ini punyamu lo.” Changmin maju selangkah. “Kamu tidur denganku semalam. Nggak ingat?”
“Tapi..” lidahnya terasa kelu. “...iya sih..”
Air muka Changmin berubah cerah. 
“Tapi kalau bayi kita sudah lahir kamu yang jadi ibu ya.” kepala Yunho langsung berputar-putar mendengar kalimat ‘bayi kita’. “Gantian juga nggak pa-pa, sih. Kasih nama siapa ya enaknya?”
“Cha..Changmin-a.” Yunho bertumpu pada kedua bahu Changmin. “Kamu...Kok bisa...caranya?”
Changmin menyeringai. “Kok bisa? Caranya? Maksudnya?”
“Ya, maksudnya!” Yunho membasahi bibirnya panik. “Kamu kan..kita kan..aku kan..”
Senyum Changmin melebar. “Kamu tanya caranya?”
Tangannya membelai rambut Yunho sayang sebelum mengecup dahinya singkat. Kulit Yunho kehilangan warna. Changmin terkikik melihat respon Yunho.
“Nggak nyangka. Yunho—”
Ia lingkarkan lengannya pada pinggang lelaki yang lebih tua. Menjamah tubuh bagian bawah. Menyapu bibirnya pada leher Yunho. 
“—fantastis.”

Yunho membatu. Merasakan Changmin bergerak semakin mendekat ke wajahnya. Mengulum bibirnya nikmat. Menginvasi rongga mulutnya sampai Yunho lupa akan paniknya barusan. Sensasi ketika tangan itu menjelajah, bermain dibalik kain celananya. Mendengar desah keluhannya ketika Yunho membalas sentuhannya. Menelan sorotan mata coklat atraktifnya. Memacu adrenalin. Semakin jauh. Semakin intim. Menyentuh klimaks.

Dan Yunhopun terbangun dengan mimpi seperti itu. 
Matanya membelalak terbuka. Napas tak beraturan. Rasa-rasanya celana Yunho juga terasa sedikit basah. Begitu membuka mata, wajah Changmin langsung terekspos di depan hidungnya. Terlalu dekat sampai membuat Yunho terduduk kaget. Changmin mengulet pelan setelahnya. Batuk. Kembali tertidur. Batuk lagi kemudian berpindah posisi tidur, tidak lagi menyamping kearahnya. Yunho menghela napas dalam-dalam.
Mimpi apa barusan?
Dia mengusap wajah. Menoleh kearah Changmin disebelah. Terpancing suara batuknya yang terdengar mengkhawatirkan. Dia sentuh dahi Changmin singkat untuk mengukur suhu. Panas. Sepertinya tidak terlalu tinggi. Yunho menghela napas lagi. 

“Yunho.”
Tubuh Yunho menegang.
“Tamat.”
Lelaki itu tertawa kecil. Changmin sering sekali mengigau tidak jelas. Tapi apa maksudnya tamat?
Ingin hidupnya tamat?
Yunho cemberut. Baru saja dia hendak kembali tidur ketika sebuah buku yang menyembul keluar dari tumpukan barang menarik perhatiannya. Mungkin milik Changmin. Mungkin itu yang membuat Changmin tidak menggubrisnya tadi malam. Senyum jahilnya mengembang.
Yunho berjingkat-jingkat turun dari kasur. Jantungnya memompa lebih cepat ketika tangannya membuka buku perlahan. Halaman pertama hanya berisi tanggal dan tanda tangan Changmin. Begitu halaman kedua terbuka senyum Yunho mengembang lebih lebar. Ternyata buku diary. Asik.

 

19 September 2011
Tidak sempat sarapan. Yunho bangun terlambat lagi. Masuk rumah pakai sepatu lagi. Ingin aku cekik lehernya saat itu juga. 

Yunho cekikikan. Sepertinya dia benar-benar harus berhenti pakai sepatu dalam rumah.

 

20 September 2011
Hari ini traktiran teman. Makanannya enak. Besok ingin pergi kesana lagi.

21 September 2011
Ingin beli game baru. Yunho masak sampai gosong. Aku lapar.

 

Yunho berusaha keras menahan tawa. Buku diary yang aneh. Isinya hanya begini saja per hari. Yunho heran apa saja yang dia renungkan semalam hanya untuk mengisi buku ini. Mungkin tiap suatu apapun yang ditulis di sini adalah insiden yang benar-benar membekas di kepalanya. Yunho membalik halaman berikutnya. Sebuah lirik lagu. Mantap. Berikutnya.

 

23 September 2011
Sepertinya mau flu. Virus sialan. Ingin pergi berenang besok. Ingin makan spaghetti carbonara. Ingin pergi dari rumah. Minum bir sendiri malam-malam. Aah, Shim Changmin..

 

Yunho mengerjapkan matanya. Ingin pergi dari rumah?
Sepertinya dia sedang suntuk. Kasihan. Besok akan Yunho ajak pergi kalau dia sudah sehat.

 

24 September 2011
Virus flu sialan. Yunho ingin pinjam game. Kamar Yunho berantakan. Setidaknya cukup buat tidur. Kepalaku sakit. Cepat sembuh.

 

Senyum Yunho melembut. Tangannya mengusap-usap kepala Changmin disebelahnya. Semoga cepat sembuh. Changmin menggumam sambil mengerutkan dahi.
Halaman terakhir. Untuk hari ini. 

 

25 September 2011
Yunho hyung

 

Yunho tidak tahu harus merespon apa. Hatinya berdesir. Hanya ada namanya di sana. Sederhana. Diam-diam rasa bangganya muncul, membuncah dalam dadanya. Changmin menulis namanya dalam buku kilas balik hariannya. Namanya. Miliknya. Hanya dia. Shim Changmin yang begitu sulit mengungkapkan perasaan. Rasanya dia ingin menangis di tempat. Ingin dia membubuhkan lambang hati disebelahnya. Tapi Yunho tau apa yang akan terjadi kalau dia melakukannya. Ditahannya mati-matian keinginan itu. 
Yunho menoleh kearah lelaki di sebelahnya. Dadanya naik turun teratur. Ada sebulir keringat pada pelipisnya. Yunho mengusapnya pelan-pelan. Mengecup dahi dan bibirnya singkat selembut mungkin. Bisa berabe kalau tiba-tiba dia bangun. Yunho tau dia menyayangi orang ini. Sangat. Dia sangat bersyukur jika Changmin merasakan hal yang sama. Yunho memeluknya erat sebelum kembali terlelap.
____________________________________________________________________________________________________________________________________

“Changmin-a. Makan diluar, yuk?” Changmin mengangkat kepala. “Mau spaghetti carbonara? Aku tau tempat yang spaghettinya paling enak!” ujar Yunho sumringah sambil sibuk menyeduh susu untuk Changmin.
Changmin hanya manggut-manggut saja.
“Sekarang?”
“Boleh! Kapan mau berangkat bilang saja, oke?” balas Yunho sambil melongok dari balik dapur. Changmin menatapnya heran sejenak sebelum kembali menggigit potongan roti sambil nonton TV. Aneh sekali lelaki itu hari ini. Dari tadi pagi sumringah terus. Aktif memeriksa suhu tubuhnya sambil bertanya macam-macam tentang keinginannya. Dia jadi merasa seperti orang sekarat yang hidupnya sudah tidak lama lagi. Ditanya-tanyai keinginannya intens seperti itu.

“Susu.”
Changmin menerima sodoran gelas dari Yunho.
Thanks.” dibalas oleh senyuman.
Mereka saling bertukar pandang. Yunho dengan senyum lebarnya. Changmin dengan tampang herannya. Tiba-tiba Yunho merangsek, mendekap Changmin erat-erat. Melekatkan kedua pipi mereka. Mengacak-acak rambut Changmin gemas sebelum berlalu sambil bersenandung. Changmin melongo.

“Min-a! Kalau sudah habis susunya siap-siap ya!” 
“Ha? Oh, hm..” balas Changmin setengah bengong.
Aneh sekali Yunho hari ini. Mungkin kemarin overdosis suplemen multivitamin. Changmin menghela napas pelan sebelum menarik keluar diary-nya. Semalam belum sempat dia selesaikan. Sibuk menyelesaikan lirik lagu. Changmin mengambil pena terdekat diatas meja.

 

25 September 2011
Yunho hyung menghancurkan kamar. Game-ku basah semua. Sampah.

 

Changmin mendengus kesal mengingat nasib perangkat game-nya yang berakhir naas. Sayup-sayup dia bisa mendengar suara Yunho memanggil namanya. Changmin menoleh. Mungkin dia begitu karena mau minta maaf. Tidak akan Changmin maafkan sebelum dia ganti semua kerugian.
“Yuk, Min.” kepala Yunho menyembul dari balik tembok.
Changmin membalas senyumannya. 
____________________________________________________________________________________________________________________________________

 

Sebenarnya cerita ini dibuat 3 tahun lalu buat kado ulang tahun teman. Hehehe..

Tunggu kadoku tahun ini, Mae :>

Comments

You must be logged in to comment
nadiachun
#1
haahha... poor yunho.....
ternyata lanjutan diary nya si changmin marah ma yunho...
LMS_239
#2
lol hahahahahaha
seandainya yunho baca kelanjutanny diary Minni
hahahahhahahahaha

lucky changmin and poor yunho
kekekkee
niyalaw
#3
lmaoooo kasian yunho. kalo dia tau lanjutannya mungkin dia bakal swetdrop sendiri wkwkkw xD
nice story:3
purewhite1981 #4
nice story..