To Me, You Are a Miracle

To Me, You Are a Miracle

❝If you don't get a miracle you can still be a miracle for someone else.❞ —Nick Vujicic

 

“Dan kau, kau sudah menjadi keajaiban bagi seseorang.”

Yixing mendongak. Matanya bertemu dengan sepasang mata milik seseorang, yang selama ini selalu ada di sampingnya. Selalu ada untuknya. Yang selalu membuat hatinya berdesir ketika menunjukkan senyuman indah untuknya, terkadang menampilkan deretan gigi rapi sekaligus memamerkan gusinya. Rahangnya yang lancip. Tubuhnya yang tinggi. Guratan wajahnya yang terkesan sempurna tanpa cela.

Bodohnya, Yixing adalah orang yang benar-benar bodoh. Ia tak sadar bahwa ia mengagumi orang itu—bukan, bukan sekedar mengagumi. Kurasa lebih dari itu. Bahkan lebih dari sangat mengagumi. Ia mencintai orang itu, Yifan.

“Hmm, apa mungkin aku sudah menjadi keajaiban bagi seseorang seperti katamu?” kata Yixing dengan nada yang lemah. Ia mencabut-cabuti rumput yang ada di sekelilingnya, mendengar Yifan bergumam pelan. “Hmm..”

“Bukankah aku bodoh, seperti yang sering kau katakan, Yifan? Mana mungkin ada yang menganggapku sebagai keajaibannya.”

“Tentu saja ada, bodoh.” Yifan mengacak rambut Yixing gemas, merasa sedikit bersalah karena memanggilnya bodoh. “Pasti ada,” kata Yifan lagi.

Yixing ragu. Sejauh ini, ia sudah bekerja part time dengan kesungguhan hatinya untuk mendapatkan uang. Yifan sendiri merupakan keturunan pengusaha kaya di Kanada, meskipun kini ia lebih suka menjalani pekerjaannya yang baru, sebagai salah satu pengurus panti asuhan untuk mendapatkan uang demi memenuhi kebutuhannya. Parahnya lagi, Yixing yang otaknya agak lambat itu ternyata agak sulit menyesuaikan diri dengan pekerjaannya sebagai kasir. Ia sering kedapatan melamun tidak jelas, dan terkadang ia salah mengetik menu. Yixing bukan tipikal orang yang dekat dengan karyawan lainnya hanya karena mereka bekerja pada tempat yang sama. Ia masih lebih memilih untuk bercerita pada Yifan ketika ia merasa sedih maupun gembira. Karena Yixing sangat mempercayai Yifan dan begitu pula sebaliknya.

“Bodoh,” kata Yifan pelan. Ia menyandarkan dirinya di batang pohon dan bersedekap. Menguap untuk sepersekian detik dan kemudian menepuk-nepuk tanah di sebelahnya. “Duduk disini, Xing.”

Yixing menurut. Ia duduk di sebelah Yifan dan langsung menyenderkan kepalanya di pundak Yifan, secara otomatis. Yixing lelah dengan hidupnya. Ingin rasanya ia mati dan pergi dari dunia ini untuk selamanya. Namun di hari itu juga, Yifan datang dan mengatakan 1 kata yang sampai ini masih menjadi kata favoritnya: Bodoh.

Yifan adalah keajaiban untuknya, bahkan mungkin untuk orang lain. Tapi orang bodoh seperti Yixing, siapa yang akan mau menganggapnya sebagai keajaiban?

“Kalau kau nanti menemukan seseorang yang menganggapmu sebagai keajaiban itu, apa yang akan kau lakukan padanya?”

“Entahlah? Kurasa aku pasti akan memeluknya secara tiba-tiba karena itu memang kebiasaanku ketika aku senang,” Yixing terkekeh pelan, “Dan mungkin melakukan hal bodoh seperti biasanya.”

Yifan tidak berkata apa-apa, hanya tersenyum. Mereka kembali merasakan hawa aneh yang biasa mereka alami jika diantara mereka tak ada yang bicara. Ditambah lagi fakta bahwa Yixing merasa malu sendiri ketika Yifan tersenyum seperti itu padanya.

“Kau..percaya padaku kan?”

“Tentu saja Yifan, ada apa?”

“Maafkan aku Yixing, tapi untuk sementara ini aku harus kembali ke Kanada dulu. Pamanku sedang dirawat di rumah sakit dan aku ditugaskan untuk menggantikannya.”

Apa kau akan meninggalkanku, sendiri? Yixing bertanya-tanya dalam hati.

“Kau percaya kalau aku takkan pernah meninggalkanmu sendirian, kan?”

Yixing menganggukkan kepalanya dan memeluk Yifan, yang langsung dibalas olehnya. “Kau tak akan lama kan?”

“Kuharap begitu.”

Yixing mempererat pelukannya. “Cepatlah kembali,”

Yifan tersenyum.

 

~

 

Sudah 2 bulan setelah kepergian Yifan dari Guangzhou. Yixing kini mengalami banyak kemajuan. Ia kini sudah lebih bisa berkonsentrasi dalam pekerjaannya dan ia mulai dekat dengan beberapa karyawan. Setidaknya itu membuatnya bahagia dengan kadar 40%. Selebihnya sepulang kerja ia memilih untuk menghabiskan waktunya di rumah untuk berusaha menghubungi Yifan, yang belakangan ini tidak diketahui kabarnya.

Sudah kusangka ia meninggalkanku. Yixing tersenyum pahit begitu ia mengingat perkataannya sendiri.

Tak lama kemudian, ponselnya berbunyi. Nomor tidak dikenal memanggil.

“Hal—“ “Zhang Yixing! Aku tak punya banyak waktu. Aku sedang sibuk dengan pekerjaanku, tolong dengar. Aku kehilangan ponselku saat aku menaiki pesawat, dan kupikir kau akan meneleponku. Sebenarnya, aku ingin kembali ke Guangzhou dalam waktu dekat tapi nyatanya kondisi pamanku semakin memburuk. Aku merindukanmu, Zhang Yixing. Aku selalu ingin bertanya apakah kau baik-baik saja disana, tapi jujur, aku sibuk. Ini tidak semudah yang kubayangkan.. Xing?”

“Um? Lanjutkan Yifan, aku tidak tertidur.”

Terdengar suara kekehan pelan dari ponsel Yifan. Yixing tersenyum. Ia benar-benar merindukan suara Yifan yang berat itu. “Aku merindukanmu, Yifan. Aku sangat merindukanmu.”

“Aw, Yixing! Itu kalimat terpintar yang kudengar dari orang bodoh sepertimu!” Yifan terkekeh lagi. Sepertinya hanya dengan bicara bersama Yixing lewat telepon ia sudah merasa bahwa mood-nya kembali bagus. “Ahh Yixing, bagaimana kalau kau menemaniku saja disini, huh? Aku akan mengirimimu tiket pesawat dan taksi, bagaimana?”

“Tapi pekerjaanku—“

“Bukannya kau tidak terlalu suka bekerja disana? Bila perlu kau putuskan saja kontrakmu, atau ambil cuti.”

“Baiklah, dasar cerewet. Bukannya kau harus bekerja, Yifan? Kenapa kau tidak mematikan teleponnya?”

“Karena aku merindukanmu, Zhang Yixing. Ya sudah, sampai bertemu.”

 

~

 

“Jadi ini kantor Yifan? Wah..” Yixing berbicara sendiri sambil terkagum-kagum melihat suasana dari kantor keluarga Yifan. Barang-barang yang tersedia tentu saja mahal dan berkualitas tinggi. Orang-orang banyak berlalu lalang membawa berbagai macam berkas. Yixing berhenti di depan sebuah pintu bersama asisten yang telah diutus Yifan untuk membawa Yixing ke ruang kerjanya.

Setelah mengetukkan pintu untuk Yixing, asisten tersebut membungkukkan badannya pada Yixing dan permisi untuk pergi. Pintu masih belum juga dibuka. Yixing mengetuk pintunya sekali lagi dan memanggil “Yifan..”

Terdengar suara langkah kaki dari dalam. Sebuah tangan panjang terulur keluar untuk menarik Yixing masuk.

“Wu Yifan! Kau mengagetkanku!”

Yifan terkekeh. “Maafkan aku, bodoh. Aku rindu sekali padamu dan rambutmu yang selalu berantakan jika kuacak seperti ini,” Yifan mengacak-acak rambut Yixing yang balas mengacak rambut Yifan yang ternyata sudah dipotong pendek. “Wah, Yifan. Kau tampan sekali dengan model rambut seperti ini.”

Yifan menggaruk tengkuknya karena merasa sedikit malu. “Apa kau menyukainya?” Yixing mengangguk cepat. “Baiklah, takkan kuganti.”

“Yifan, bolehkah aku bertanya sesuatu?”

“Apapun itu.”

“Siapa orang yang kau anggap sebagai keajaibanmu di dunia ini?”

Yifan tersenyum dan menatap lurus-lurus ke hadapan Yixing. “Kau,” katanya.

“A-aku? Kenapa bisa? Bukankah aku orang terbodoh yang pernah kau temui?”

Yifan tersenyum lagi, kini memamerkan sederetan gigi putihnya. “Kau ingat kejadian beberapa tahun lalu, di saat kita bertemu untuk pertama kalinya?” Yixing mengangguk. “Saat itu aku baru saja selesai dari pemulihan kecelakaan yang kualami, kecelakaan ke-2 terbesar dalam hidupku setelah kecelakaan masa kecil. Orang-orang di rumahku mengatakan bahwa aku mungkin membawa kesialan, karena akulah penyebab kematian kedua orang tuaku dan aku hampir kehilangan nyawaku sendiri. Aku ingin sekali membuang diriku ke jurang supaya mayatku tidak pernah ditemukan lagi, atau ditanyakan keberadaannya.

Ketika aku bertemu denganmu, kau sedang menangis sambil memeluk kedua lututmu. Kau bilang ‘aku ingin mati saja daripada aku hidup seperti ini’ dan setidaknya itu yang membuatku berpikir bahwa bukan aku satu-satunya orang yang berpikiran pesimis seperti itu. Aku menghampirimu dan menggenggam tanganmu erat, dan berkata ‘jangan seperti ini, kalau kau masih diberikan kesempatan hidup, gunakan kesempatan itu dengan baik,’ saat itu tangismu semakin keras dan aku pun memelukmu. Kau memang benar-benar bodoh.

Kau tau sendiri kalau aku ini adalah tipikal orang yang susah bangun pagi. Saat aku bangun, aku melihatmu menyiapkan semua bahan makanan bahkan terkadang menyiapkan air panas untukku, dan itu semua mengingatkanku pada ibuku. Ketika kau mengatakanku cerewet karena aku kehilangan kendali, mengingatkanku pada ayahku. Kau juga membuat hidupku menjadi berwarna seperti pelangi yang indah. Tak peduli itu sedih atau gembira, kau pasti selalu berbagi padaku. Begitu pula dengan tingkah bodohmu yang selalu membuatku tersenyum-senyum sendiri. Bagiku, kau adalah keajaiban. Keajaiban terbesar yang pernah diciptakan Tuhan untukku.”

“Wu Yifan..” Yifan langsung memeluk Yixing erat dan mencium pipinya. “Maafkan aku, Yixing. Tapi selama ini aku menaruh perasaan padamu. Apa kau juga merasakannya?” Kini tangan Yifan bergerak menaruh tangan Yixing di atas dadanya, untuk merasakan debaran jantung Yifan yang terasa cepat. Yixing menatap Yifan penuh kelembutan dan tersenyum lebar. Ia berusaha keras menahan tangis harunya yang ingin meledak saat ini juga. Yifan mencium bibir Yixing sekilas, “Kau masih percaya padaku tidak, kalau aku katakan itu ciuman pertamaku?”

“Tidak apa, Wu Yifan. Itu juga pertama untukku,” Yixing memeluk Yifan lagi. Kini air matanya sudah tidak bisa dibendung lagi. Yifan mengusap-usap punggung Yixing, berusaha menenangkannya.

“Kau juga keajaiban bagiku, Wu Yifan.”

 

 

 

 

FIN.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Liyadactylifera #1
Chapter 1: So hot~ so cool~ so sweet~ FanXing in love <3 hhaaa xD
Kalian juga keajaiban buat akuuhh dan Kray shipper ouo
guylian #2
Chapter 1: Aaaaa!! Fanxingnya fluff banget!! Aduhhh........ Bisa diabetes nih! Sumpah manis banget...
Clovexo
#3
Chapter 1: benar-benar manis banget~
kraaayyyyy >.<