Final

Beautiful Target

"=_="

Hari Woohyun tak bisa lebih buruk dari ini. Panas yang meradiasi hingga memasuki rumahnya membuat pemuda bernama lengkap Nam Woohyun itu tak ingin beranjak sedikitpun dari rumahnya yang sangat dingin. Pemuda itu sengaja membiarkan pendingin ruangan di rumahnya berada di level paling dingin.

Suara runtukan yang berasal dari bibir Woohyun keluar saat mendengar bunyi bel yang menandakan ada tamu untuknya. Dia benar-benar tak ingin meninggalkan kenyamanan sofa empuknya hanya untuk menemui orang yang kemungkinan hanya salesman yang sedang berusaha menjual dagangannya dan memilih untuk membiarkan suara bel terus berbunyi sampai orang itu menyerah dan memilih pergi.

Woohyun mengerang kesal saat orang itu tak menyerah dan terus saja memencet bel, membuat dia bangkit dengan kesal dan melangkah menuju pintu depan, siap untuk menyuarakan kekesalannya pada orang yang sudah mengganggu acara bermalas-malasannya dan membuka pintu itu tanpa melirik ke arah intercom.

"Kau lama sekali membuka pintunya, CEO bodoh" ucap seseorang dengan kesal setelah Woohyun membuka pintu rumahnya.

Orang itu segera melangkah masuk tanpa meminta izin terlebih dahulu dari sang pemilik rumah. Sedangkan Woohyun hanya mendengus kesal mengetahui siapa identitas tamunya.

"Apa yang kau lakukan disini, bibir lebar?" tanya Woohyun dan kembali menempatkan bokongnya di sofa empuk kesayangannya, tepat di samping sang tamu.

Sebuah pukulan di kepala dia terima dan mencibir sang pelaku pemukulan. "Sopanlah kepada orang yang lebih tua! Hanya karena kau adalah CEO di perusahaan besar tidak akan membuatku takut padamu!"

Woohyun sekali lagi mendengus kesal dan mengusap-usap kepalanya yang berdenyut sakit. "Baiklah, baiklah, maafkan aku. Apa yang sedang kau lakukan di sini, Dongwoo-hyung?"

"Mengunjungimu, tentu saja" jawab Dongwoo enteng. "Oh ya, nanti aku pinjam kamar mandimu, badanku terasa lengket semua setelah menolong tetanggamu yang baru pindah tadi"

Pemuda bermarga Nam itu menaikkan alisnya. "Tetangga?"

"Kau tidak tahu? Padahal dia tinggal tepat di sebelah rumahmu"

"Benarkah? Aku memang mendengar akan ada pemilik baru yang menempati rumah di sebelahku tapi aku tidak tau kapan" gumam Woohyun. Dia tampak berpikir sebentar sebelum menatap Dongwoo dengan tatapan curiga.

"Kenapa kau membantunya? Kau bisa saja membiarkannya membawa barang-barangnya sendiri, kan?" Woohyun memicingkan matanya, mengetahui sesuatu yang tak benar sedang terjadi kepada Dongwoo.

Woohyun sudah mengenal Dongwoo -yang tak lain adalah sepupunya sendiri- sejak kecil dan dia sangat tahu sifat laki-laki berumur 28 tahun itu. Dongwoo tak pernah, sekali lagi, TAK AKAN PERNAH, membantu orang lain kecuali jika orang itu menarik di mata pria yang memiliki predikat 'Playboy' itu.

Dongwoo tertawa. "Kau tak akan percaya dengan apa yang kulihat. Siapapun yang melihat tetanggamu pasti akan melakukan hal yang sama sepertiku, mereka pasti tak akan melepaskan mata mereka dari wajahnya yang terlampau cantik itu. Dan juga…" Dongwoo mendekatkan wajahnya ke telinga Woohyun. "Bokongnya sangat menggemaskan,"

Woohyun membuat ekspresi tak suka dan mendorong wajah Dongwoo yang mirip dinosaurus itu hingga membuat dia terjatuh dari sofa dengan tidak elitnya. Selama 22 tahun hidupnya Woohyun tak pernah bertemu orang seperti Dongwoo yang memiliki tingkat kemesuman di atas rata-rata. "Singkirkan otak mesummu dari rumahku jika kau tak mau kutendang keluar sekarang juga!"

Sedangkan Dongwoo hanya tertawa terbahak-bahak sebelum bangkit dan berjalan menuju kamar mandi di rumah Woohyun dengan masih memuji-muji tetangga baru Woohyun.

"Aku penasaran bagaimana Hoya mau berpacaran dengan pria mesum dan playboy seperti Dongwoo-hyung" ucapnya sambil menggelengkan kepalanya.

"Hei, aku mendengar itu!" teriak Dongwoo dari balik kamar mandi.

"Aku memang sengaja agar kau bisa mendengarnya!" Woohyun berteriak balik.

"Berhentilah berkata buruk tentangku seolah aku tidak dapat mendengarnya!"

"Kalau begitu diamlah dan pura-puralah tak mendengarku! Mendengarmu berbicara di dalam kamar mandi membuatku merinding!"

Woohyun menyeringai ketika mendengar teriakan frustasi Dongwoo sebelum menyamankan posisi duduknya dan menonton acara kesayangannya, We Got Married. Pikirannya entah kenapa melayang kepada tetangganya yang kata Dongwoo memiliki wajah cantik itu dan melupakan acara kesukaannya, yang tak pernah sekalipun ia lewatkan.

Pemuda itu mengacak rambutnya dan meruntuki Dongwoo karena sudah mencemari pikiran polosnya dengan ucapannya. 'Sejak kapan aku memiliki pikiran mesum seperti ini?'

 

"=_="

Woohyun meraih roti panggang yang sejak tadi sudah terhidang di meja makan dan menggigitnya sebelum berjalan menuju sebuah cermin besar yang sengaja dia letakkan di ruang tamunya.

Tangannya dengan terampil menata rambutnya yang sedikit kurang rapi saat dia mengenakan pakaiannya tadi sebelum tersenyum puas. Dia melirik bayangannya di cermin sekali lagi sebelum melangkah keluar dari rumahnya, masih dengan roti yang ada di mulutnya.

Hari ini ada jadwal rapat antar pegawai dan sialnya, Woohyun sebagai CEO yang baik harus ikut serta dalam rapat agar dirinya tetap memiliki citra baik untuk para pegawainya. Saat di luar Woohyun menoleh ke arah pintu rumah di sebelahnya, tempat di mana tetangga barunya menetap sekarang. Ke sebuah pintu bernomor 0428.

Dia lalu berjalan menuju lift yang akan membawanya ke lantai bawah. Asal kalian tahu saja, Woohyun tinggal dalam sebuah apartemen agar memudahkannya berangkat ke kantornya yang hanya berjarak beberapa menit dari apartemennya itu dan harus meninggalkan rumahnya yang jauh lebih nyaman dan luas dibandingkan dengan apartemennya.

Woohyun hampir saja menutup pintu lift jika saja dia tak mendengar suara seseorang yang meminta agar pintu itu tak ditutup.

"Xièxiè"

Pemuda tampan itu diam melongo melihat siapa yang baru saja melangkah memasuki lift. Seorang pemuda berwajah manis dengan rambut hitam dan memiliki mata yang berbentuk garis sedang tersenyum ke arahnya. Pemuda itu memakai seragam yang Woohyun yakini sebagai seragam sekolah dan membawa ransel di punggungnya. Dan apa itu? Pemuda itu baru saja berbicara dengan bahasa Mandarin.

"Ah, maafkan aku. Aku baru sehari berada di Korea dan masih belum begitu terbiasa berbicara dengan bahasa Korea"

Woohyun mengangguk mengerti dan membalas senyuman pemuda itu. "Jadi kau bukan orang Korea?"

Pemuda itu menggeleng. "Aku orang Korea, hanya saja sejak kecil aku tinggal di Beijing, mengikuti orang tuaku" jawabnya, senyumnya tak pernah lepas dari wajahnya. Membuat Woohyun penasaran, apakah wajah pemuda itu tak terasa pegal karena tersenyum terus?

"Namaku Kim Sunggyu, aku tinggal di apartemen 0428. Mohon bantuannya," Sunggyu, pemuda berwajah manis itu, membungkukkan tubuhnya ke arah Woohyun.

Mata Woohyun terasa mau lepas dari tempatnya. Jadi orang inilah yang menjadi tetangga barunya? Orang yang tak henti-hentinya dibicarakan Dongwoo karena wajah cantiknya dan… bokong menggemaskannya?

Woohyun berusaha untuk tetap sadar dan membalas ucapan Sunggyu. "Oh, ya… mohon bantuannya juga. Namaku Nam Woohyun, tinggal di apartemen 0427, tepat disebelahmu"

Mata segaris Sunggyu membulat sebelum mengerjap lucu. Tangan Woohyun berusaha tetap diam dan menggenggam erat tali tas kerjanya, berusaha mengingatkan dirinya untuk tak mencubit pipi gembul milik Sunggyu. Salah satu kelemahan Woohyun adalah sesuatu yang imut dan lucu, dan pemuda bernama Kim Sunggyu termasuk ke dalam daftarnya.

"Kalau begitu bolehkah aku mengunjungimu lain kali? Maksudku… aku ingin mengenal para tetanggaku.." Sunggyu berucap pelan. Tangan Woohyun mulai terasa gatal untukmenyentuh pipi pemuda itu saat dia menyadari wajah Sunggyu memerah. He's blushing.

"Tentu, dengan senang hati"

 

DING

Woohyun mengalihkan pandangannya dari punggung Sunggyu dan menatap layar kecil yang menunjukkan bahwa mereka sudah sampai di lantai yang mereka tuju. Pemuda itu sengaja berjalan di belakang Sunggyu dan memperhatikan bagian tubuh pemuda berseragam itu yang kata Dongwoo terlihat menggemaskan, Sunggyu's , sebelum menyeringai.

'Nice , huh? It's a freaking gorgeous !'

Betapa inginnya Woohyun membunuh Dongwoo sekarang juga tapi langsung mengurungkan niatnya karena tahu membunuh itu akan membuatnya masuk ke dalam penjara.

Pemuda itu dengan tak rela harus berpisah dengan Sunggyu karena dia harus mengambil mobilnya yang terparkir di tempat yang dia percayakan untuk menjaga mobil sport kesayangannya. Woohyun rela berjalan cukup jauh hanya untuk memastikan mobilnya tak tergores sedikitpun karena dia meragukan tempat parkir yang disediakan oleh pihak pemilik apartemen.

.

.

.

.

Woohyun tengah berbaring sambil memakan makanan ringan dengan mata yang tertuju pada layar televisi saat mendengar suara bel. Dia mengerang kesal karena terpaksa meninggalkan sofa empuknya dan melangkah gontai menuju pintu depan. Kali ini dia melihat intercom jika saja Dongwoo datang lagi dan berniat untuk tak membukakan pintu untuk sepupunya itu. Namun apa yang ia lihat di layar intercom membuat matanya membelalak sempurna.

Kim Sunggyu

 

Kim Sunggyu sedang berdiri di depan pintunya sambil membawa kue berukuran sedang di tangannya.

Pemuda tampan itu menjadi panik ketika melihat ruang tamunya yang berantakan dengan bekas bungkus makanan yang berserakan dimana-mana dan juga penampilannya yang sangat jauh berbeda saat dia berada diluar, hanya menggunakan celana boxer dan kaos putih tanpa lengan.

Dengan sigap dia berlari ke dapur dan mengambil kantong plastik besar sebelum memasukkan semua sampah yang berserakan di ruang tamu dan meletakkannya di tempat sampah yang ada di dapurnya. Woohyun kemudian berlari menuju kamarnya untuk berganti pakaian, karena mana mungkin dia menemui Sunggyu dengan penampilan yang seperti itu?

Setelah mengganti pakaiannya menjadi lebih pantas untuk dilihat, Woohyun segera berlari untuk membukakan pintu untuk Sunggyu dan langsung disapa dengan senyum manis yang diberikan Sunggyu kepadanya.

"Apa aku mengganggumu? Kau terlihat… lelah" ucap Sunggyu yang memperhatikan wajah Woohyun dengan tatapan khawatir.

Pemuda itu sontak saja langsung memeriksa wajahnya di cermin yang ada di ruang tamu, dan benar saja, wajahnya tampak kusut. Dia meruntuki dirinya sendiri dalam hati karena lupa bercermin.

"Ah, tidak apa-apa. Aku hanya sedikit lelah setelah pulang dari kantor tadi" jawab Woohyun sambil menggaruk kepalanya yang sebenarnya tak gatal. Tangannya kemudian mengambil alih kue yang ada di tangan Sunggyu, tak ingin membuat tangan pemuda manis itu menjadi pegal.

Sunggyu mengangguk dan kembali tersenyum. Woohyun mempersilakan Sunggyu masuk dan menatap pemuda bermata sipit itu dengan gemas saat Sunggyu memperhatikan seluruh sudut di ruang tamunya.

"Kau punya rumah yang bagus," puji Sunggyu dan memberikan dua jempolnya untuk Woohyun. "Hào"

Woohyun tercengang lagi dan membuat Sunggyu tertawa pelan melihat ekspresi konyol yang Woohyun tunjukkan. Pemuda bermata sipit itu lalu menyuruh Woohyun untuk mencoba kue yang ia buat sebelum berkunjung kerumahnya.

"Kau membuatnya dengan cukup baik! Apa kau bekerja sebagai koki pastry?"

Woohyun mengernyitkan keningnya saat Sunggyu menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. "Aku memang hobi memasak sejak kecil dan aku berniat untuk mengambil jurusan kuliner setelah lulus SMA nanti" jawabnya dengan pipi bernoda merah. "Umurku masih 16 tahun dan masih harus mencari banyak pengalaman untuk menjadi seorang koki,"

Pemuda tampan itu tersedak. Dia segera meraih cangkir minumannya dan sialnya, dia lupa jika minumannya itu adalah kopi panas yang langsung saja membuat dia tersedak untuk kedua kalinya.

'16 tahun?!' Betapa tak beruntungnya dia terlahir 6 tahun lebih dulu dari Sunggyu. Woohyun hanya berharap dia tidak menjadi seorang pedofil.

Sementara Sunggyu menepuk-nepuk pelan punggungnya dengan khawatir. Dia juga memberikan minumannya yang berupa jus jeruk yang langsung diminum oleh Woohyun dengan tidak elitnya.

"Kau baik-baik saja?"

Woohyun mengangguk, masih belum bisa menggunakan suaranya untuk menjawab. Sunggyu menunjukkan senyum manisnya dan mengatakan sesuatu dengan bahasa Mandarin.

"Nǐ shìshuàigē"

Oh betapa Woohyun membenci dirinya karena selalu membolos saat kelas pelajaran bahasa asing di sekolahnya dulu. Dia berpikir jika Sunggyu mengatakan sesuatu untuk mengolok-oloknya tapi ketika melihat semburat merah di pipi pemuda berwajah manis itu Woohyun yakin jika Sunggyu sedang mengatakan sesuatu yang baik tentangnya, a compliment maybe?

 

"=_="

"Apa kau sudah mengerti bagaimana cara menghitungnya?"tanya Woohyun pada Sunggyu yang tengah berkutat dengan buku pelajaran di depannya.

Sunggyu mengangguk dan tersenyum. "Sekarang coba kerjakan soal ini," pemuda tampan itu mengarahkan jari telunjuknya pada sebuah soal matematika yang ada di buku Sunggyu.

Sunggyu mengangguk dan tanpa berkata apa-apa dia langsung saja kembali mengerjakan soal yang diberikan Woohyun. Sedangkan pemuda yang lebih tua dari Sunggyu itu kembali mengamati wajah serius yang terpampang di wajah manis pemuda bermata segaris itu, tentunya dia melakukannya secara diam-diam. Woohyun berpikir jika Sunggyu terlihat sangat imut meskipun dia sedang serius.

Woohyun tak pernah berpikir jika ia dan Sunggyu bisa cepat akrab hanya dalam beberapa minggu. Bahkan selama 3 minggu terakhir, dia secara sukarela menjadi guru pengajar untuk Sunggyu, suatu keberuntungan bagi Woohyun yang selalu mendapat nilai memuaskan saat ia sekolah dulu, terkecuali untuk bahasa asing.

Meskipun pemuda bermata sipit itu bersikeras untuk membayarnya, namun Woohyun menolak hal itu dengan alasan dia membantu Sunggyu dengan ikhlas dan sebagai gantinya, Sunggyu memilih untuk membuatkan makanan setiap Woohyun datang ke rumahnya. Dan disinilah Woohyun sekarang, berada diruang tamu rumah Sunggyu dan tengah duduk berdampingan dengan orang yang ia sukai sejak pandangan pertamanya itu.

Acara mengamati wajah Sunggyu terhenti ketika pemuda itu memalingkan wajahnya untuk menatap Woohyun.

"Apa sekarang aku melakukannya dengan benar?" tanya Sunggyu dengan raut khawatirnya seraya menyerahkan bukunya.

Namun sepertinya Woohyun berpikiran lain. Dia bergeser mendekati Sunggyu hingga paha mereka bersentuhan dan menarik buku yang Sunggyu serahkan tadi di tengah mereka agar Woohyun dapat menjelaskan dimana letak kesalahan Sunggyu.

Setelah beberapa lama, Woohyun memutuskan untuk mengakhiri pelajarannya dan Sunggyu dengan segera mengambil makanan yang sengaja ia buatkan untuk Woohyun.

Mereka akhirnya makan bersama di ruang tamu Sunggyu sambil berbincang-bincang. "Kau bisa lebih baik dalam pelajaran matematika jika kau mau belajar terus" ucap Woohyun dan tangannya secara tak sadar mengacak surai hitam Sunggyu, membuatnya langsung meminta maaf karena aksinya itu.

Sedangkan Sunggyu sepertinya tak merasa terganggu dengan hal itu dan malah menundukkan wajahnya dengan noda merah padam di pipinya yang chubby. "Tidak apa-apa, hyung tak perlu minta maaf"

Betapa Woohyun menyukai panggilan 'hyung' yang ditujukan Sunggyu kepadanya. Entah kenapa Woohyun selalu merasakan sensasi aneh di tubuhnya ketika Sunggyu memanggilnya seperti itu.

"Woohyun-hyung..."

Woohyun segera mengangkat wajahnya ketika pemuda bermata sipit itu memangggilnya dan menunggu Sunggyu untuk melanjutkan ucapannya.

"Wǒ xǐhuan nǐ"

Woohyun kembali terdiam saat Sunggyu berbicara dengan bahasa Mandarin dan mengucapkan sesuatu yang hanya ia yang tahu artinya. Pemuda tampan itu memohon pada Sunggyu agar ia mau mengulang ucapannya lagi namun tentu saja ditolak. Sunggyu terus diam dan terus menyantap makanan di depannya dengan wajah yang sekarang benar-benar merah.

.

.

.

.

Woohyun menunggu dengan sabar di dalam mobilnya sambil melirik ke arah pintu gerbang yang masih tertutup itu. Dirinya sekarang beradadi depan sekolah Sunggyu karena hari ini dia berjanji untuk membawa Sunggyu ke Namsan Tower, tempat yang belum pernah Sunggyu datangi.

Selang beberapa menit dia melihat pintu gerbang tinggi itu terbuka dan banyak murid-murid yang berhamburan keluar. Tak sulit untuk mencari Sunggyu karena dengan sendirinya pemuda berwajah manis itu berjalan ke arah mobilnya yang terparkir.

Woohyun segera keluar dari mobilnya dan menyapa Sunggyu. "Jadi kita berangkat sekarang?"

Sunggyu hanya mengangguk dengan senyum manisnya dan Woohyun membukakan pintu untuk pemuda bermata sipit itu. Perjalanan menuju ke Namsan Tower diwarnai keheningan di antara keduanya. Woohyun juga sedang memikirkan sebuah rencana yang cocok untuk nanti, sebuah rencana yang akan menentukan hubungannya dengan Sunggyu nanti.

Ketika sampai, Woohyun meminta Sunggyu untuk menunggu sebentar sementara ia pergi ke supermarket untuk membeli sesuatu. Pemuda tampan itu keluar dengan wajah berseri dan sambil menenteng sekantong plastik berisi beberapa kaleng minuman jus yang kemudian diberikan pada Sunggyu.

Sunggyu tak bisa diam saat mereka berada di dalam lift menuju lantai paling atas Namsan Tower dan membuat Woohyun terkekeh pelan melihat tingkah laku pemuda itu. Sunggyu berlari mendekati pagar yang dihiasi gembok-gembok yang ditinggalkan para pengunjung. Sedangkan Woohyun hanya tersenyum dan mengikuti Sunggyu kemanapun ia melangkah.

"Aku tak percaya jika gembok-gembok ini banyak sekali! Apa Woohyun-hyung juga melakukan hal ini?" seru Sunggyu sambil mengambil beberapa foto dengan kamera yang ia bawa.

Woohyun menghampiri Sunggyu dan mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. A lock with its key. "Aku belum pernah melakukan hal itu, tapi sepertinya aku akan melakukannya hari ini,"

Sunggyu berbalik untuk menatap Woohyun dengan wajah bingungnya.

"Aku sedang menyukai seseorang sekarang dan aku berharap dia juga memiliki perasaan yang sama denganku," lanjutnya lagi sambil memegang erat gembok di tangannya.

Tanpa Woohyun sadari, senyum yang tadi terpampang di wajah Sunggyu menghilang seketika. "Benarkah?"

Woohyun mengangguk sambil tersenyum dan berbalik menghadap Sunggyu. "Kemarikan tanganmu"

Sunggyu yang bingung dengan ucapan Woohyun hanya menurut saja dan mengulurkan tangannya ke arah pemuda tampan itu. Woohyun lalu memberikan kunci yang di pegangnya pada Sunggyu.

"Untuk apa ini?" tanya Sunggyu sambil menatap kunci di tangannya.

"Aku ingin memberitahu sesuatu padamu. Aku tahu jika ini sama sekali tak romantis, tapi..." Woohyun tampak ragu dengan apa yang akan ia ucapkan selanjutnya. "Wǒ ài nǐ"

Mata sipit Sunggyu membulat sempurna dan terdiam membeku. Woohyun hanya bisa menggaruk kepalanya, bingung dengan apa yang harus dia lakukan.

"La-lalu... untuk apa kunci yang kau berikan padaku ini?" tanya Sunggyu dengan nada gugupnya.

"Itu untuk menentukan jawabanmu... kau bisa membuangnya jauh jika kau memiliki perasaan yang sama sepertiku, tapi kau bisa mengembalikan kunci itu padaku jika sebaliknya"

Sunggyu kembali terdiam dan menatap kunci berwarna silver yang ada di tangannya. Tangannya dia ulurkan kembali ke arah Woohyun dan membuat jantung pemuda tampan itu berdebar tak karuan. Woohyun berpikir jika pernyataannya ditolak dan hampir saja mengambil kunci itu jika saja tangan Sunggyu tak bergerak cepat dan melempar kunci itu jauh-jauh.

"Apa dengan ini bisa menjawabmu?" tanya Sunggyu, wajahnya kembali dihiasi senyum khasnya dan membuat debar jantung Woohyun semakin tak karuan.

"Of course"

Woohyun memasang gembok miliknya itu di antara tumpukan gembok-gembok lainnya dan memperlihatkannya pada Sunggyu. Pemuda bermata sipit itu membaca tulisan yang ada di gembok itu dengan binar di matanya. Sebuah kalimat dalam bahasa Mandarin dengan tulisan Woohyun yang agak lucu. Woohyun akhir-akhir ini memang sengaja belajar bahasa Mandarin agar ia nantinya mengerti apa yang diucapkan Sunggyu jika pemuda itu mengucapkan sesuatu dengan bahasa Mandarin lagi.

"Kau terlalu yakin, kita bahkan belum memulainya" ucap Sunggyu diselingi tawanya.

"Lalu ayo kita mulai sekarang" seringai Woohyun terlihat jelas di wajah tampannya.

Dia menarik pundak Sunggyu dan membawa pemuda itu ke dalam sebuah ciuman. Into an innocent kiss

'Woohyun belong to Kim Sunggyu and Sunggyu forever belong to Nam Woohyun'

 


Translate of Chinese sentences :

~ Xièxiè : thank you

Hào : good

Nǐ shìshuàigē : you're handsome

Wǒ xǐhuan nǐ : I like you

Wǒ ài nǐ : I love you

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
kay_yayah #1
Wo ai ni...
Its simple and its also sweet...
Kyahahahhaaa...
Dongwoo with his obsession... "Butts"
Err,woohyun-ah,ku juga pengen cubit pipi gembul si hamster itu..
emholic
#2
Chapter 1: Wow nice fic... yap authornim you should write a tag that say what language this fic is... but as for me i just use goggle translate to translate it to english. Although its not perfect translation its still readable... hope that help Mimefreakk and Akmanafeera91
MimeFreak
#3
Chapter 1: arggh what is this .... if the fic is not in English, why would you write the foreword in English... it gives people false hope when they click into the chapter and went "huh what's this language" -.-
PrincessGyu
#4
Chapter 1: uuuh yang Sunggyu omongin artinya apa~~ ? :(
btw nice ooneee!!
Woogyu so cute omg and wtf with erted-Dongwoo =_=
akmanafeera91
#5
Chapter 1: English please T__T
onlyforone
#6
Chapter 1: omonaaa so cute...

older!hyun is really something... eh tapi gaisa bayangin dongwoo mesum xD

sekueeeel, ini kurang panjang lol

itu yg diomongin gyu pake mandarin apa ya ;_; ga ngerti