ೡೡೡ

Jongup, Please Hug Me!!!

Di suatu pagi yang cerah, pria berambut hitam sedang meminum Americano sambil menikmati pemandangan pagi dari jendela rumahnya.

Sudah dua tahun berlalu, pikir pria itu. Kemudian, dia meletakkan Americano-nya di atas meja dengan tenang.

Walau begitu, tetap tidak ada perubahan dalam diriku. Aku harus cepat mengatakannya atau kalau tidak…aku tidak akan punya kesempatan lagi. Jangan bodoh,Himchan! pikir pria itu lagi.

Ya, pria itu bernama Himchan. Lebih tepatnya Kim Himchan. Sebenarnya Himchan menyimpan sebuah rahasia yang tidak dibaginya dengan orang lain, hanya dirinya sendiri. Yaitu rahasia bahwa dia menyukai sahabatnya sendiri, Moon Jongup. Awalnya, 2 tahun yang lalu, Himchan hanya merasa biasa-biasa saja saat pertama kali berbicara dengan Jongup. Dia merasa Jongup adalah orang yang lucu dan mudah diajak bicara, meski agak pemalu dan canggung.  Dia tidak tahu bahwa mulai dari momen itulah hari-harinya berubah. Hampir setiap hari dia selalu memikirkan Jongup. Tiada hari dimana Jongup tidak ada di kepalanya.

Sudah beberapa kali Himchan berniat untuk mengutarakan perasaannya pada Jongup, tapi dia selalu mengurungkan niatnya. Penyebabnya, sudah pasti karena Jongup. Kepribadian Jongup membuat Jongup dekat dengan semua orang, dan Himchan merasa jika dia mengutarakan perasaannya, itu akan membuat hubungan Jongup dengan semua orang terganggu. Maka dari itu, Himchan memutuskan untuk melupakan perasaannya terhadap Jongup.

Hanya saja……dia tidak bisa. Dia tidak sanggup. Semakin jauh dia dari Jongup, semakin dia merindukan Jongup. Semakin dekat dia dengan Jongup, semakin besar perasaannya terhadap Jongup. Bisa dibilang, serba salah.

Tapi sebenarnya, Himchan benar-benar menginginkan sesuatu dari Jongup. Karena hanya Jongup yang—Himchan rasa—mampu melakukannya. Yaitu dia ingin Jongup memeluknya. Himchan ingin mengetes dirinya sendiri. Jika jantungnya berdegup kencang saat Jongup memeluknya, maka dia akan tetap melanjutkan perasaannya. Tapi jika jantungnya tidak berdegup kencang saat Jongup memeluknya, maka itu berarti dia harus membuang perasaannya. Jadi intinya, semua bergantung dengan apa yang akan dia rasakan saat tangan Jongup yang besar dan hangat memeluknya. Sudah dari 2 tahun yang lalu Himchan memikirkannya, tapi tak pernah benar-benar dia laksanakan. Dia terus menunggu dan menunggu untuk waktu yang tepat, dan rasanya tahun ini adalah waktu yang tepat bagi Himchan.

Himchan yakin dia harus melakukannya di saat-saat seperti ini. Now or never.

Oke, aku akan pergi, pikir Himchan mantap. Diambilnya gelas Americano yang sudah kosong dan dibuangnya. Lalu dia pun pergi ke asrama untuk menjumpai teman-temannya. B.A.P, khususnya Jongup.

 


 

Himchan lupa.

Dia benar-benar lupa.

Bahwa sebenarnya dia sedang menghindari Jongup sekarang.

Bukankah terasa aneh jika dia yang akhir-akhir ini menghindari Jongup tiba-tiba mendekati Jongup?

Himchan memang menghindari Jongup, dan ini bukan yang pertama kalinya. Ini sudah yang kesekian kalinya dia menghindari Jongup. Tapi tentu saja Himchan punya alasan tertentu. Apalagi kalau bukan Jongup yang dekat dengan semua orang, terlebih akhir-akhir ini dia dekat banget dengan Junhong dan Youngjae. Kapanpun Himchan melihat Jongup bersama Junhong atau Yongguk, hatinya pasti sakit. Jadi Himchan merasa lebih baik dia menghindari Jongup daripada sakit hatinya berkelanjutan.

Hari ini pun, dia melihat Jongup sedang bercanda ria dengan Junhong dan Youngjae di ruang tengah asrama, sedangkan dirinya sedang bersembunyi di balik dinding dapur. Lagi-lagi dadanya terasa dihantam oleh batu yang besar dan kuat, juga ditusuk oleh beberapa pisau tajam. Napasnya agak tersengal. Bahkan Himchan hampir tidak bisa berdiri karena saking hebatnya kakinya gemetaran.

Himchan bisa menghindari Jongup, tapi dia tidak bisa menghindari fakta kalau dia memang sangat menyukai Jongup.

Himchan kemudian mengacak-acak rambutnya. Dengan berat hati dia meninggalkan dapur dan berjalan ke kamarnya yang berada di asrama dengan pasrah dan secara diam-diam, supaya Jongup tidak melihatnya.

Tapi dia salah besar. Jongup sudah menyadari kehadirannya bahkan sejak Himchan mulai berjalan ke dapur asrama. Dan Jongup sadar kalau Himchan pergi secara diam-diam ke kamarnya.

 


 

Sesampainya di kamarnya sendiri, Himchan langsung mengunci pintu dan merebahkan diri di atas tempat tidurnya (mari anggap kalau anggota B.A.P memiliki kamar masing-masing). Mengingat Jongup yang berbicara dengan santai dan nyaman bersama Junhong dan Youngjae membuat dada Himchan sakit lagi. Dia langsung mengambil bantal dan melemparnya ke dinding dengan keras. Ditendangnya tempat tidurnya sendiri bertubi-tubi hingga kakinya memerah. Dadanya terlalu sesak untuk menerima semuanya dan tanpa sadar tangisnya pecah, tapi tanpa suara. Himchan benar-benar merasa bodoh karena selalu menahan perasaannya selama ini. Seharusnya dia beritahu pada Jongup sejak dulu, atau lebih gampang, dilupakan. But, hell, siapa yang bisa melupakan perasaan pada orang yang disukai dengan mudah? Butuh waktu yang lama untuk benar-benar melupakannya.

“Sial! Himchan, kenapa tidak kau buang saja perasaan ini, kalau ternyata perasaan ini hanya terus membuatmu merasa sesak?” tanya Himchan pada dirinya sendiri.

Tiba-tiba…

Tok tok tok!

Hyung, apa kau di dalam?” tanya seseorang yang mengetuk pintu kamar Himchan.

Himchan tersentak dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Itu Jongup!

“Apa boleh aku masuk?” tanya Jongup lagi.

Himchan benar-benar kalang kabut. Kamarnya agak berantakan dan matanya masih sembab karena menangis.

“Tunggu sebentar, Jongup! Tunggu sebentar!”

“…Oke…”

Himchan langsung mengambil bantal yang tadi dilemparnya dan membereskan tempat tidur yang berantakan karena sehabis ditendang. Dia juga memungut beberapa barang yang jatuh dari meja rias. Saat Himchan melempar bantal tadi, beberapa barang dari meja rias juga ikut terjatuh.

Dengan pelan Himchan berjalan menuju pintu kamarnya, membuka kunci dan memutar kenop pintu. Saat dia membuka pintu kamar, pandangannya langsung tertabrak pada wajah Jongup yang kelihatan senang dan……cemas? khawatir?

Hyung, apa yang membuatmu begitu lama hanya untuk membuka pintu?” tanya Jongup setelah dipersilakan masuk oleh Himchan.

“…Aku hanya sedang membereskan kamar…”

“Lalu, kenapa matamu memerah, hyung?”

“…Aku baru bangun tidur…”

“Lho, apa hubungannya dengan membereskan kamar?”

“Tadi, waktu bangun, aku baru sadar kalau kamarku berantakan. Jadi…aku membereskannya.” Himchan berbohong

“Ooh…”

Jongup kemudian duduk di atas tempat tidur Himchan, sedangkan Himchan berdiri. Kesunyian mengisi kamar Himchan dan itu membuat Himchan merasa tidak nyaman. Rasanya menyesakkan. Jantungnya pun berdegup dengan sangat kencang, sampai-sampai dia bisa mendengar suara jantungnya sendiri dengan jelas.

“Himchan-hyung, boleh aku tanya sesuatu?” tanya Jongup pelan.

“Y-ya. A-Apa itu?” Himchan tanya denga ragu.

“…Kenapa hyung selalu menghindariku? Aku gak tau ini udah yang ke-berapa kalinya hyung menghindariku, tapi hyung sudah melakukannya sejak 2 tahun yang lalu. Seakan-akan itu adalah hal yang….rutin.”

Himchan hanya bisa terdiam. Tidak tahu mau jawab apa.

Peluk aku, pikir Himchan tiba-tiba.

Peluk aku.

Peluk aku jika kau mau tahu jawabannya.

Tolong peluk aku, Jongup!

“…Oke, hyung…”

Huh? Apanya yang ‘oke, hyung’?

Tiba-tiba Himchan merasa sesuatu yang hangat melingkari tubuhnya. Punggungnya merasakan sesuatu yang lebih hangat lagi. Saat itu barulah Himchan sadar kalau Jongup sedang memeluknya.

“J-Jongup, a-apa yang k-kau lakukan?” tanya Himchan terbata-bata.

Jongup membenamkan wajahnya di antara leher dan bahu Himchan. “Hyung sendiri yang bilang kalau aku peluk hyung, aku akan tahu jawabannya."

Betapa bodohnya Himchan. Tanpa sadar dia telah menyuarakan pikirannya. Walaupun begitu, Himchan senang. Keinginannya telah terwujud. Jongup sedang memeluknya sekarang, dan jantungnya berdegup dengan sangat kencang. Maka pilihan yang diambil Himchan adalah: tetap melanjutkan perasaannya. Sekarang adalah waktu yang tepat. Now or never.

“…Bisa kau dengar suara jantungku, Jongup?” tanya Himchan. Jongup mengangguk di bahu Himchan. “Jantung hyung berdegup sangat kencang...”

“Kau mau tahu kenapa aku menjauhimu?” tanya Himchan lagi. Jongup kembali mengangguk.

“…Itu karena aku menyukaimu…”

Jongup terdiam mendengar jawaban Himchan.

“Kapanpun aku melihatmu berbicara pada orang lain, dadaku selalu terasa sesak. Itu bukti kalau aku menyukaimu. Aku tadinya merasa kalau lebih baik aku membuang perasaan ini, dengan cara menjauhimu. Tapi ternyata aku tidak bisa. Itu malah membuatku semakin menyukaimu…”

“Aku juga menyukaimu, hyung…”

Himchan tersentak mendengar jawaban Jongup, kemudian dia melepas pelukan Jongup dan berbalik menghadap Jongup sambil memegang kedua bahu Jongup. “Sungguh?”

Jongup mengangguk. “Sejak 2 tahun yang lalu. Ingat saat pertama kalinya kita berdua berbicara? Sejak saat itu aku mulai suka dengan hyung. Tadinya aku juga berpikiran sama dengan hyung. Lebih baik perasaan ini kubuang. Tapi aku mencobanya dengan cara dekat dengan semua orang. Tapi melihat hyung sering menghindariku membuat hatiku sakit. Dan itu membuatku semakin menyukai hyung…”

Setelah selesai berbicara, Jongup merasa sesuatu yang hangat menempel di bibirnya. Dia senang dan membalasnya. Himchan sedang menciumnya.

Beberapa detik kemudian, mereka menarik diri.

“Terima kasih Jongup, sudah menyukaiku balik.” Himchan tersenyum. Jongup pun ikut tersenyum.

“Aku juga, hyung.”

“Jongup, peluk aku lagi dong! Aku suka tangan hangatmu.”

“Hmm…peluk gak, ya…”

“Jangan begitu, dong!”

Hyung, aku keluar dulu ya!” Jongup terkekeh.

“Jongup, please hug me!!!”

 

 

 

 

~||The End||~

 

 

 


A/N: Akhirnya selesai juga. agak aneh, ya? sorry dech... maklum, fanfic indo yang pertama... Oke, see you next time!!!

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
drew_alana
#1
Chapter 1: Lucu. Fanfic Indonesia pertama.Menarik. Suka banget. please, updTe lg! Pengen jg ngisi fanfic, punya banyak cerita tp belum pede! Salut!
exocase #2
Good idea, Updatee! ;u;
lazygirlxsica #3
Is there an english version of this?