Chapter 12
Don't Say Goodbye
REPUBLIKA, WASHINGTON -- Puluhan ribu rumah di Amerika Serikat dan Kanada mengalami pemadaman listrik akibat badai musim salju yang membuat banyak pepohonan bertumbangan. Dilaporkan Voice of Russia, 27 orang dinyatakan tewas akibat badai tersebut atau kedinginan, dengan 17 korban berada di AS dan sisanya di Kanada. Perumahan dan pusat perkantoran di Maine sampai New Orleans dan begitu juga di Kanada terpaksa hidup tanpa listrik sejak minggu yang lalu, karena salju terlihat terus turun.
“Sudah kubilang aku baik-baik saja, oppa. Disini tidak ada badai! Oh my God..” Soojung memutar bola matanya.
“……….”
“Yeah, aku juga baca berita itu di Koran hari ini. Tapi mungkin nanti hanya ada pemadaman saja, oppa. Jangan mengkhawatirkanku secara berlebihan seperti itu. Aiiissh..!!” Soojung tidak menyukai kakaknya jika terlalu protect terhadapnya. Ia merasa sudah bukan anak kecil lagi.
“……..”
“Arraseo, aku akan jaga diri baik-baik, dan jika terjadi sesuatu, aku akan segera menghubungi Luna dan segera menghubungimu. Puas?”
“………..”
“Eoh, bilang ke eomma, appa, aku baik-baik saja. Jangan mengkhawatirkanku. Dan ya, jelas aku keluar memakai mantel oppa, bagaimana bisa aku tahan menghadapi salju tanpa menggunakan mantel. Aiiissh.. oppa mulutmu bisa mengalahkan eomma, kau tahu?!”
“…………..”
“Neeee… arraseo Yong oppaaa…” Jawab Soojung manis dan menutup ponselnya.
Benar-benar oppa-nya kalau khawatir suka berlebihan. Soojung meneruskan pekerjaannya yang tertunda. Memasak makan malam untuk dirinya sendiri. Ia terdiam. Sekilas kenangan itu muncul. Di meja dapur ini, ia selalu teringat seseorang. Seseorang yang ia rindukan. Masih sangat ia rindukan. Ia tersenyum mengenang masa itu. Kini mengingatnya sudah tidak sesakit dulu. Apakah ia bisa melupakannya sekarang? Ya, ia berharap bisa melupakannya, melupakan apapun yang ada di sini dan kembali ke Korea sesegera mungkin untuk memulai hidup baru.
Tiba-tiba lampu padam. Ini yang paling di benci Soojung. Ia tidak bisa berada di ruangan gelap sendirian. Ia mencari lilin di setiap laci di meja dapur. Setelah mendapatkannya, ia menyalakannya dan berlari ke luar rumah. Lilin itu diletakkan di dekat pintu depan dan ia duduk bersandar disana. Ia tidak peduli pada dinginnya malam karena menurutnya duduk di luar bisa lebih aman dibandingkan ruangan yang gelap dan sendirian. Setidaknya ia bisa melihat orang berlalu lalang di jalan depan rumahnya.
Udara semakin dingin, malam semakin larut, perasaan Soojung semakin tidak enak. Ia takut, ia lelah duduk dengan posisi seperti ini. Dan saat ia hampir terlelap, ia mendengar suara sirine rumah penanda kebakaran yang terngiang di telinganya. Ia berdiri, terkesiap pada apa yang yang dilihatnya. Api, sudah menjalar ke ruang tamunya.
---- 0 ----
Minhyuk duduk di depan televisi sambil membawa kopi yang ia buat. Ia melihat berita hari ini. Ada badai salju yang menghantam Amerika dan Kanada. Di perkirakan akan ada pemadaman di beberapa daerah di Amerika. Saat ia mengganti channel, ia melihat ada berita kebakaran di sebuah rumah di daerah Mandeville, Lousiana. Gambar itu menunjukkan beberapa warga berlarian panik dan satu mobil pemadam kebakaran. Rumah itu terlihat tidak asing bagi Kang Minhyuk. Rumah itu! Ia mengusap matanya berusaha memperjelas penglihatannya dan benar… Tanpa pikir panjang, ia mengambil mantel dan kunci mobil meninggalkan apartemen milik Kai.
Minhyuk menyetir mobil tanpa memperdulikan pengemudi lainnya. Ia kalut. Tangannya gemetar memegang setir mobil. Tidak akan terjadi apa-apa pada Soojung. Ia akan baik-baik saja. Ia menanjakkan gas semakin dalam.
Sesampainya di lokasi, ia berlari ke kerumunan warga dan melihat api itu masih menjalar. Tidak peduli bila ia lupa menutup pintu mobil, ia menerobos kerumunan itu dan mencari dimana Soojung berada. Hanya beberapa menit ia bisa mengenali postur tubuh Soojung yang berbalut selimut sambil duduk di trotoar jalan dan memeluk tubuhnya sendiri. Gadis itu melihat api yang membakar habis rumahnya. Tatapan itu terlihat kosong. Soojung-ah….
Ia menarik gadis itu ke dalam pelukannya, Ia ingin melindunginya. Kali ini ia benar-benar bertekad untuk tidak membiarkan apapun terjadi pada gadis ini. Pelukannya begitu erat, seolah ia tidak akan meninggalkannya lagi.
“Ini salahku….” Minhyuk mendengarnya bergumam.
“…… aku lupa mematikan kompor.” Soojung masih terdiam di tempat, ia mengigil. Gadis ini kedinginan.
“Tidak, ini bukan salahmu. Sudahlah, yang terpenting saat ini kau selamat. Soojung.” Minhyuk menangkup wajah Soojung. “Kau terluka? Ada yang sakit?” Soojung menatapnya, mata itu masih terlihat kosong. Tiba-tiba air mata keluar dari mata mungil Soojung. Sepertinya air mata itu baru menyadarkan Soojung atas apa yang baru saja terjadi. Diraihnya tubuh Minhyuk dan melepas tangis di dadanya.
“Tidak apa-apa Soojung-ah.. Aku disini, kau tidak sendirian. Eoh? Aku disini..” Minhyuk berbisik. Ia membiarkan Soojung menangis di pelukannya, mengusap kepalanya hingga tenang. Gadis ini tidak akan sendirian. Ia tidak akan membiarkannya sendirian. Terlalu banyak yang Soojung derita selama ini, termasuk yang diakibatkan olehnya. Minhyuk memeluknya semakin erat.
Soojung masih terdiam saat Minhyuk membawanya ke apartemen Kai. Ia duduk di tempat tidur milik Kai sambil memeluk tubuhnya sendiri. Kamar itu tidak asing baginya. Ia sering menemani Kai bila laki-laki itu butuh seseorang untuk menjaganya saat sakit. Banyak kenangan yang ia tinggalkan di kamar itu.
Minhyuk mengetuk pintu kamar dan membukanya, memperhatikan Soojung yang duduk memeluk dirinya sendiri seolah dinginnya udara luar masih menembus dinding kamar ini. Dengan segera ia berikan teh hangat untuknya, tapi gadis itu hanya menggenggamnya.
“Soojung-ah, minumlah, untuk menghangatkan tubuhmu.” Soojung meminumnya sedikit. Tubuh kaku nya terlihat lebih rileks sekarang.
“Oppa, eotteoke?” Soojung menatap Minhyuk. Mata itu terlihat ketakutan.
“Gwenchana, Soojung-ah.. Semua akan baik-baik saja. Jangan pikirkan itu sekarang. Tenangkan dirimu dulu.” Minhyuk mengambil cangkir di tangan Soojung dan menggenggam tangannya.
“Kau membawa ponselmu? Apa perlu aku yang menghubungi keluargamu?” Minhyuk mencari nomor di kontak ponselnya.
“Ponselku tidak kubawa. Aku meninggalkannya di dapur dan sekarang aku tidak tahu bagaimana kondisinya.” Soojung termenung.
“Tidak apa-apa, aku akan menghubungi mereka.” Minhyuk hendak menaruh ponsel ditelinganya, tapi Soojung menahannya.
“Aku ingin pulang ke Korea.” Ujar Soojung masih dengan tatapan kosong.
“Aku tahu, kita akan pulang nanti. Sekarang istirahatlah dulu..” Soojung menatapnya, Kita? Kang Minhyuk, apa maksudmu dengan kata ‘kita’?
“…… Aku akan ikut denganmu saat pulang ke Korea.” Minhyuk menjawab raut wajah Soojung yang terlihat bertanya tanpa kata.
“Kau ikut ke Korea?”
“Aku tidak akan membiarkanmu pulang sendirian Soojung.”
Tidak, jangan! Jangan lakukan itu lagi. Kumohon.. Jangan pernah menjanjikan apa-apa lagi. Sudah cukup janji yang ia ingkari selama ini. Tapi Soojung hanya diam. Ia tidak akan pulang dengan Kang Minhyuk. Mereka sudah memiliki kehidupan masing-masing. Ia tidak akan mengulang kesalahan yang sama dan tidak ingin jatuh di lubang yang sama.
“Aku bisa pulang sendiri.” Jawabnya singkat.
“Aku akan menemanimu. Aku tidak bisa membiarkanmu sendirian lagi Soojung. Kau aman bersamaku.” Tidak, itu dulu, dulu aku merasa aman bila bersamamu. Tapi sekarang tidak. Aku takut berada di dekatmu. Aku takut sakit itu akan terulang. Ia tidak akan membiarkan hal ini terjadi.
“……Sekarang tidurlah.” Minhyuk memposisikan Soojung dan menyelimutinya.
“Selamat malam.” Lampu kamar dimatikan dan ia keluar dari kamar Kai.
Saat pintu itu tertutup, setetes air mata kembali jatuh. Ia tidak akan membiarkan Minhyuk mempermainkan perasaannya lagi. Ia bisa melupakan pria itu. Ia takut, sangat takut. Tidak, ini hanya sementara, besok ia akan menghubungi keluarganya dan akan pulang ke Korea sesegera mungkin. Ia akan meninggalkan semua kenangan buruk yang ada disini. Termasuk Kang Minhyuk.
---- 0 ----
Soojung terbangun saat matahari mulai tinggi dan menerangi kamar Kai. Ia melihat sekeliling, menyadari apa yang terjadi semalam, ia terduduk. Rumahnya… ia sama sekali tidak membawa peralatan apapun, bahkan pakaian yang ia punya hanya apa yang dipakainya sekarang. Ia harus menghubungi Luna, kemudian Yonghwa oppa. Saat ia hendak keluar untuk meminjam ponsel, ia mendengar suara ribut di luar kamar, mungkin di ruang tamu.
“Tidak, jangan pernah kau lakukan lagi. Ini sudah cukup menyulitkanku.” Soojung mendengar suara Minhyuk.
“Benarkah? Aku menyulitkanmu? Oppa, aku tidak akan membiarkanmu meninggalkanku lagi.” Kini ia mendengar suara, perempuan? Siapa dia? Soojung mendekatkan diri ke pintu kamar.
“Sudah cukup yang kau katakan itu? Sekarang kumohon pergilah.” Minhyuk masih terdengar mengkontrol emosinya.
“Aku mencintaimu oppa! Tidakkah kau menyadarinya? Apa kau tidak melihat pengorbananku datang sejauh ini? 6 bulan yang lalu kau datang padaku dan bilang merindukanku. Tapi sekarang?” Soojung menutup mulutnya. Ia tersentak. Kang Minhyuk merindukan gadis itu. Selama ini…. Soojung terpaku di tempat.
“Itu dulu, tidak sekarang.” Jawab Minhyuk datar. “Pulanglah Kim Jiwon.”
Ini semakin membuat Soojung kecewa. Luka hatinya yang mulai mengering kini tergores kembali. Jadi selama ini, berita bersama Kim Jiwon memang benar? Tidak, Soojung menghalau perasaannya. Ia tidak boleh kecewa. Minhyuk bukan miliknya dan ia sudah bertekad untuk meninggalkan pria itu setelah ini.
“Kau benar-benar bajingan oppa, setelah kau memanfaatkanku, kau membuangku begitu saja? Aku tidak akan pergi, appa mengetahui aku bersamamu. Dan jika ia tahu apa yang terjadi sekarang…..” Minhyuk memotong pembicaraan Jiwon.
“Aku tahu, aku sadar. Tapi kali ini kumohon Jiwonie, pergilah dari sini.” Ujar Minhyuk sepelan mungkin.
“We? Kau menyimpan gadis lain disini?”
“Kenapa bila itu terjadi? Aku sudah memintamu meninggalkanku dan aku sudah bukan milikmu lagi Kim Jiwon!” Nada Minhyuk tegas kali ini.
“Mwo? Beraninya kau!”
“Aku lelah, pulanglah!”
“Kau akan menyesal Kang Minhyuk!” Kemudian Soojung mendengar pintu tertutup.
Perlahan ia membuka pintu kamar Kai, dan perlahan pula ia menutup hatinya.
Minhyuk menghempaskan tubuhnya ke Sofa yang menghadap kamar milik Kai. Ia berharap keributan tadi tidak terdengar oleh Soojung dan membangunkannya. Ia sudah hampir bisa mengembalikan situasi, jika Soojung mendengarnya, ia tidak tahu bagaimana untuk menjelaskannya. Minhyuk menghembuskan nafas panjang, berharap hari ini akan berjalan sesuai rencana, tapi…. Soojung berdiri disana, membuka pintu kamar dan mematung di tempat, melihatnya dengan tatapan terluka. Dan harapan untuk mengembalikan keadaan seperti dulu, lenyap perlahan… Ya, Jung Soojung, mendengarnya…
tbc
Chapter ini membuka konflik baru, So, nantikan masalah-masalah yg akan muncul di chapter selanjutnya..
Scene ini terinspirasi dari novel Ilana Tan yg judulnya Summer in Seoul, udah pada baca kan? Itu scene favoritku.haha..
Jangan jadi sider ya reeeek. Aku buat ff ini buat kalian yg merindukan hyukstal. Jadi selalu berikan feedback ^^
Comments