Chapter 03

Sunshine on Winter

1 Unread messages from Steph

 

Steph : bisakah kita bertemu?

Junhyung : ada apa?

Steph : kuberitahu nanti. Aku yang traktir, ayolah~~

Junhyung : ok, kapan?

Steph : malam ini, di Morrati’s :)

Junhyung : terlalu jauh

Steph : kau punya ide?

Junhyung : tidak.

Steph : ayolah, ini penting :/

Junhyung : sepenting apa?

Steph : lupakan. Aku ke sana sekarang. Tunggu di depan pintu

 

‘Gadis sinting’ fikirnya. Walaupun begitu, ia merapikan rambutnya dan turun ke lantai bawah.

Jangan sampai ada gadis hyper itu lagi..

Ia mengulang-ulang kalimat itu layaknya mantra. Mantra bloody mary saja berhasil, masak mantra sesederhana itu gagal?.

‘Jangan—‘

“Junhyung!”

Seorang gadis turun dari mobil ashton dan mengeluarkan beberapa kantong belanja yang ia yakin isinya adalah makanan untuk malam ini.

“kau datang terlalu cepat” ujarnya sambil membuka pintu dan meninggalkan Steph.

“Aku tidak mengebut..”

“Sudahlah. Segera masak” ujarnya ketus.

Steph hanya menganggukan kepalanya. Lelaki itu benar-benar..

 

Junhyung menghempaskan diri ke kasur dan memejamkan mata.

“beri dia kesempatan untuk menjadi noonamu” kata-kata itu terus terngiang-ngiang di fikirannya, menunggu untuk dilanggar.

“little yong, apakah dia orang yang baik?”

 

-flashback-

“tenang saja, aku disini bersama Hyuna eonni dan orang yang dikenalnya tadi”

“siapa?”

Junhyung mencoba mendengarkan jawaban Bora, namun kegaduhan di seberang sana membuat suaranya tidak jelas.

“siapa? Bora jawab aku!”

‘tututut’

Dan ia tidak pernah mengetahui siapa orang itu. Ia juga tidak akan pernah bisa menemui Bora & Hyuna lagi.

-end of flashback-

 

Steph mengetuk pintu kamar Junhyung dan memanggil nama lelaki itu pelan.

“makanlah. Kita bisa bicara nanti”

“tapi..”

“makanlah Steph”

“jun”

“mm”

Dan ia menghabiskan makanannya sendiri sementara Junhyung tak bergerak seinchi pun dari kasurnya.

 

1 unread message

Junhyung : katakan apa yang kau ingin bicarakan

Steph : bisakah kau keluar dari kamarmu?

Junhyung : kamarmu, bukan kamarku

Steph : egomu terlalu besar

Junhyung : katakan saja apa maumu

Steph : apa kau masih membenciku?

Junhyung : kau tahu jawabannya

Steph : kita cukup dewasa untuk bicara 4 mata. Bisakah kau keluar dari kamarku?

 

“untuk apa membahas masalah itu lagi?” ujarnya sambil menuruni tangga. Walaupun begitu, nada bicaranya masih ketus. Nada bicara yang selalu digunakannya ketika berbicara dengan Steph.

“aku hanya ingin memastikan” ujarnya pelan.

“lalu?”

“apa yang harus kulakukan untuk menebusnya?”

Junhyung tertawa cukup keras dan mengagetkan Steph. Jantungnya hampir saja meloncat keluar mendengar tawa Junhyung. Tawanya dipaksakan, dan Steph tahu ia telah melakukan kesalahan.

“kau tidak akan pernah bisa menebusnya Hwang Minyoung” suaranya dingin dan tegas. Steph menggigit bibir bawahnya dan menunduk. Matanya panas. Namun ia tidak boleh memperlihatkan kelemahannya pada Junhyung. Ia harus menyelesaikan semuanya.. Harus.

“t-tt-tap-tapi aku—“

“lupakan saja. Kau tidak perlu menebus apapun” ujarnya melunak.

“jun..”

Ia mendesah dan membereskan makanan di meja.

“tidak ada yang bisa kau lakukan. Kau bukan malaikat, dan kau tidak bisa mengembalikan mereka ke dunia ini. Jadi apa yang harus kuminta padamu?”

Hening sesaat. Lelaki itu terdiam sesaat sebelum melanjutkan perkataannya.
“Tidak ada”

Gadis berambut kecoklatan itu tersenyum tipis dan meraih handbagnya.

“kau benar jun..”

Steph menghela nafas pelan dan berbisik

“ perlakukan Hara dengan baik”

Hara? Rasanya ia penah mendengar nama itu. Siapa Hara?

 

Steph mengendarai mobil ashtonnya dengan kecepatan tinggi menuju Seoul. Fikirannya sedang kacau, dan mungkin saja ia tidak sengaja menabrakkan mobilnya ke pembatas jalan atau semacamnya.

“Steph, bagaimana?”

“gagal”

Dan dengan sedikit kasar diputuskannya sambungan telpon.

-flashback-

“bora, kenalkan. Namanya Stephie”

Steph membungkuk dan tersenyum kepada bora.

“Stephanie imnida. Senang bertemu denganmu~”

“maaf aku permisi sebentar. Yongjun opppa menelpon”

Yongjun... Yongjun.. Namanya unik..

“siapa Yongjun?”

Gadis berambut hitam itu tersipu malu dan menyunggingkan sebuah senyum sebelum menjawab pelan.

“kakaknya. Ia kekasihku”

Dan tak lama kemudian sebuah letusan senjata terdengar.

-flashback end-

 

Steph melemparkan handbagnya dan meraih sebotol vodka. Kata pembunuh seolah melekat dalam dirinya, menjadi sebuah bagian yang tak mampu ia lepaskan. Pembunuh.. Bagaimana rasanya dicap sebagai pembunuh ketika kau sama sekali tidak pernah melakukan hal menjijikkan itu?

Bagaimana rasanya jadi aku, Stephanie Hwang?

Satu-satunya kata yang bisa diucapkannya adalah sakit. Menjadi seorang Stephanie Hwang rasanya sakit.

 

1 unread message

Manager : Jangan tidur terlalu larut. Ada pemotretan besok

Steph : Persetan dengan jadwal pemotretan

Manager : Ada apa denganmu Steph?

 

Dan ia melemparkan telepon genggamnya tepat ketika bulir-bulir bening menetes dari matanya.

“Aku membencimu, appa”

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
lemonsta #1
Batang :)) anjir maafkan selera humor aku