I Love You, Forever....

Forever

SULLI POV.

“Sulli-ah!” aku menoleh mendengar seseorang memanggil namaku. Disana, berlari diantara kerumunan orang-orang, aku melihat seorang namja manis berkulit kecoklatan berlari menghampiriku.

“Oh, Kai!” aku balik berteriak dan melambaikan tanganku kepadanya sambil tersenyum. Kai mengatur napasnya dan duduk di sebelahku.

“Hhh.. kupikir kau hilang,” katanya sambil mencubit hidungku pelan. Aku berjengit dan menjauh sedikit darinya.

“Mana mungkin aku hilang, lagi pula, aku sudah mengenal tempat ini dengan baik,” sahutku, mengedarkan pandangan ke arah laut yang biru menawan.

“Tapi tidak denganku. Kalau akhirnya aku tidak menemukanmu disini, bagaimana? Kalau akhirnya aku pulang sendiri dan meninggalkanmu disini karena berpikir kau sudah pulang, bagaimana?” Kai menyerangku dengan pertanyaan-pertanyaannya.

“Aaish, kau berlebihan,” aku mendengus dan memukul lengannya pelan sementara yang dipukul hanya tertawa.

            “Kai-ah, tadi kau bilang, kau belum mengenal tempat ini dengan baik?” tanyaku, menatapnya penasaran. Namja itu mengangguk.

“Aku belum pernah kesini, jadi wajar saja kalau aku tidak tahu banyak tentang tempat ini,”.

Sebuah ide melintas di kepalaku. Dengan senyum terkembang, aku berdiri dan menarik Kai ke pesisir.

“Yah, Sulli-ah! Kita mau kemana eoh?” tanya Kai sembari menyeimbangkan tubuhnya yang oleng karena kutarik tiba-tiba.

“Aku akan membuatmu mengenal tempat ini!” seruku, lalu berlari menyusuri pesisir.

“Sulli-ah! Tunggu aku!” seru Kai sambil berusaha mengejarku.

           

AUTHOR POV.

                        Angin senja dan suara deburan ombak menemani dua sejoli itu berlarian di pesisir. Langit jingga dan semburat sinar matahari keemasan turut melatarbelakangi kegembiraan mereka sore itu.

Berulang kali Kai berusaha menangkap dan memeluk Sulli yang berlari di depannya. Tetapi, yeoja cantik itu selalu berhasil menghindar. Hingga akhirnya Kai berhasil menangkap yeojachingunya kemudian memeluknya erat.

            Kai membelai pipi Sulli dengan sayang, menatapnya dengan cinta dan penuh rasa syukur. Ia membisikkan sesuatu di telinga yeojachingunya, dan tak lama kemudian, namja itu mencium kening sang yeojachingu dengan sayang.

 

KAI POV.

            Malam ini aku tak bisa tidur. Tubuhku demam, dan sakit bila digerakkan. Aku mencoba bangun dan mengerang sakit karenanya. Susah payah, aku keluar dari kamarku dan mencari siapapun di ruang tengah.

Ada Appa, Eomma, dan kakakku, Chen.

“Eomma...” panggilku dengan suara parau. Mereka bertiga menoleh dan terkejut melihat aku bersandar lemas ke dinding dengan wajah seputih kertas.

Eomma dan Chen hyung menghampiriku dan memapahku ke sofa.

“Kai, sayang, ada apa denganmu?” Eomma menyentuh kening dan leherku khawatir.

“Kau demam, nak,” lanjutnya sambil mengusap rambutku.

“Apalagi yang kau rasakan?” kali ini Chen hyung yang bertanya.

“S-sakith.. tubuhku sakit..” kataku pelan sambil memejamkan mata.

“Sebaiknya kita bawa dia ke rumah sakit,” kata Appa, lalu berlalu ke garasi dan menyiapkan mobil sementara Eomma dan Chen hyung memapahku ke mobil.

            Sebelum kami sampai ke garasi, aku menghentikan langkahku dan mencengkeram baju Chen hyung.

“Kai? Kai! Ada apa?” Chen hyung menyangga tubuhku yang hampir roboh.

“Hyung... aku pusing...” lalu semuanya gelap dan aku ambruk ke lantai.

“Kai!” Eomma dan Chen hyung berteriak dan menggendongku ke mobil.

2 jam kemudian..

            Aku terduduk lemas di kamar rawatku. Tanganku bergetar sementara air mataku mengalir deras di pipi. Tidak mungkin, ini tidak mungkin...

Sekali lagi, aku membaca kertas diagnosa dari dokter untukku.

..... hasil pemeriksaan kami menunjukkan bahwa saudara Kim Jong In positif mengidap kanker otak stadium 2......”

            Eomma dan Chen hyung memelukku erat dan terus membisikkan kata-kata penyemangat. Kulihat Appa menyendiri di kursi tunggu sambil sesekali mengusap matanya. Di wajahnya yang mulai keriput termakan usia, aku melihat keputusasaan sekaligus ketidakpercayaan atas apa yang menimpaku saat ini.

            “Kau harus kuat ya, Kai? Pokoknya kau harus menemaniku bermain bola selama mungkin,” kata Chen hyung, berusaha tersenyum meskipun aku tahu ia menahan air matanya. Eomma hanya tersenyum mendengarnya.

Lalu Appa berdiri dan menatapku dengan mata memerah.

“Tak ada salahnya kita mencoba berobat ke Singapore atau Amerika. Yang penting, Kai bisa pulih,” kata Appa, lalu keluar kamar.

Aku tersenyum sedih mendengar hal ini. Pikiranku melayang pada seorang yeoja cantik yang selama 2 tahun ini mengisi hatiku. Sulli....

            “Bagaimana menurutmu, Kai?” tanya Eomma, seolah tahu ada yang menahanku untuk pergi dari Seoul. Aku memaksakan diriku untuk tersenyum.

“Kita pergi. Tapi kumohon, jangan biarkan Sulli tahu tentang hal ini....”

 

SULLI POV.          

            Aku sudah akan tidur ketika ponselku berbunyi. Ada pesan baru. Aku tersenyum senang membaca nama pengirimnya. Itu Kai.

Kemana saja dia? Sudah hampir dua minggu ia menghilang. Ia tidak merespon semua pesan singkat maupun teleponku. Jujur saja, aku sangat merindukannya.

From: Kai

Sulli-ah! Apa kabar? Maaf aku tidak menghubungimu selama dua minggu ini. Aku ada masalah serius, tapi tak usah khawatir, aku akan menyelesaikannya.

Oh, bisakah kita bertemu besok di pantai yang kemarin? Aku akan menemuimu disana pukul 7 malam. Saranghae, Sulli-ah.

Nb: tak usah balas.

Ada apa dengannya? Ah, sudahlah. Kai memang seperti itu, selalu saja sok misterius. Yang penting, besok malam aku akan bertemu dengannya.

 

KEESOKAN HARINYA..

           Aku melihat sekeliling di tengah kesendirianku. Tak ada orang lain disini, hanya aku. Bahkan, kau pun tidak di sisiku.

Perlahan, aku menyusuri pesisir pantai yang penuh kenangan ini. Sendirian tentu saja. Tapi..

Aku harap kau ingat dengan apa yang kau katakan padaku dulu. Angin dingin bertiup di sekitarku, membawa kembali memori-memori lama kita yang telah pergi terhapus waktu.

Aku menengadah menatap langit penuh bintang, dengan bulan cemerlang yang bersinar mengagumkan. Dan kini, kenangan itu merasukiku lebih dalam, membawaku kembali ke masa lalu, saat kau masih di sisiku...

Saat itu....

Aku mengingatnya dengan jelas, disini, di pantai ini, kau mendekapku dalam hangatnya cintamu. Kau memelukku, dan berbisik, “Aku mencintaimu.”.

            Aku nyaris tenggelam dalam anganku saat aku mendengar langkah kaki di belakangku. Aku berbalik, dan disanalah kau. Berdiri tak jauh dariku, dengan jaket kulit warna coklat yang sudah memudar, kaus putih, dan jeans kasualmu.

Dengan wajah tampanmu, tatapan sayumu..

Seperti hari itu terulang kembali saja.

Tetapi ada satu yang hilang.. senyumanmu. Kau menatapku seolah aku ini orang asing, menatapku tanpa seyum hangatmu yang dulu selalu kau hadirkan saat bersamaku.

“Maaf telah membuatmu menunggu lama.” 

Aku hanya mengangguk, kehilangan kata-kata untuk kuberikan padamu sebagai jawabannya. Haruskah aku bertanya padamu tentang hubungan kita? Tetapi, sejujurnya aku takut...

            Kami menyusuri pesisir ini bersama, kau dan aku, sekali lagi. Tetapi, kali ini berbeda. Aku ingat, dulu kita menyusuri pesisir ini dengan bahagia, dengan jemari yang saling bertaut, dengan cinta. Aku ingat, dulu kita berlari bersama, ditengah canda tawa kita, diantara hujan yang turun kala itu. Tetapi sekarang, yang kudengar hanya deburan ombak dan keheningan. Lalu gerimis mulai turun, menghapus kenangan-kenangan kita yang tertinggal dihatiku. Dan aku tak dapat berbuat apa-apa, selain merasakan sakit yang amat sangat, jauh di dalam hatiku. Hatiku sakit, dengan hujan ini... yang mungkin akan menjadi hujan terakhir kita..

        Kami berhenti di tengah pesisir. Hujan masih turun. Dengan ragu, kau mengusap pipiku, dan memberiku sebuah ciuman hangat yang kurindukan sejak lama.

Sayang, kau benar-benar membawaku pulang ke masa itu sekarang. Saat-saat dimana kita masih bersama.

Dan lagi, ketika aku mulai asyik dengan ingatanku, kau menghentikannya. Kau mengusap pipiku lagi, sementara aku menatapmu dengan mata yang sedikit berair.

“Kai.. ada apa?” aku memberanikan diri bertanya dengan suara yang bergetar.

“Sulli-ah.. aku tak akan mengatakannya sekarang. Tetapi aku ingin kau tahu satu hal, aku akan terus mencintaimu sampai kapan pun,” katanya sambil menatapku hangat.

“Kai.. apa maksudmu? Jangan katakan bahwa kita.. kita..” aku tahu mungkin ini akhir dari kita, tapi aku tak sanggup mengatakannya. Aku tak mau..

“Kau benar.. Maafkan aku, sayang. Aku mencintaimu..” dan kau memelukku erat kali ini.

“Tidak, jangan..” aku memelukmu lebih erat, berharap kau mau menarik semua pernyataanmu.

“Sulli-ah, aku minta maaf... aku benar-benar minta maaf..” lalu kau mencium keningku lama, seolah mengucapkan selamat tinggal. Lalu kau melepau, dan pergi begitu saja.

“Kai, tidak...” aku mencoba mengejarnya tapi ia sudah berlari meninggalkanku.

“Kai.. sebenarnya ada apa ini..” tanyaku kepada angin malam yang berhembus di sekelilingku.

Sendirian, aku berjalan masuk ke air, tak peduli dengan hujan apalagi deburan ombaknya. Aku menangis lagi saat menyadari satu hal. Kau sudah pergi. Meninggalkanku disini, sendirian, dalam hujan, dalam air mata, dengan hati yang kini hancur..

 

1 TAHUN KEMUDIAN..

SULLI POV.

            Aku tengah asyik menikmati pemandangan pulau Jeju siang ini. Setelah Kai meninggalkanku malam itu, aku masih tidak bisa benar-benar melupakannya. Jujur saja, sampai sekarang aku tidak tahu alasannya kenapa ia meninggalkanku begitu saja. Apa ia punya kekasih lain? Atau, apa ia sudah bosan denganku? Ah, pikiranku mulai negatif saja.

            Saat tengah menyelami memoriku dengan Kai, seseorang memanggilku.

“Sulli!” seru namja itu. Aku menoleh.

“Oh, hai, Chen oppa...” kataku sedikit terkejut.

“Apa yang kau lakukan disini?” tanya Chen oppa sambil menarik sebuah kursi lalu duduk di dekatku.

Jujur saja, sejak Kai meninggalkanku aku sedikit malas bertemu keluarganya. Bukan karena aku membenci mereka, tetapi mereka selalu mengingatkanku dengan Kai...

“Aku liburan, dan kau, oppa?” tanyaku, berusaha terdengar wajar. Ia tertawa.

“Sama denganku, kalau begitu,” katanya dengan nada riang.

            Kami duduk dalam diam beberapa saat, hingga akhirnya Chen oppa mengeluarkan selembar kertas dari saku jaketnya.

“Ini untukmu. Adikku menitipkan ini untukmu, satu tahun yang lalu,” katanya sambil menyerahkan kertas itu kepadaku dengan tatapan sedih.

Dengan ragu, aku mengambilnya. Kai....

“Sudah ya, sampai nanti, Sulli-ah!” seru Chen hyung sambil beranjak pergi.

“Sampai nanti..” kataku pelan sambil terus menatap kertas itu.

Aku memutuskan untuk membacanya di kamar hotelku.

Setelah membaca surat itu, aku menangis sejadi-jadinya. Aku tak menyangka, selama ini Kai menyembunyikannya dariku. Dan karena itulah, ia memilih untuk meninggalkanku. Kai...

“Sampai kapan pun, aku tak akan melupakanmu, Kai. Aku mencintaimu..”.

 

Dear my beloved Choi Jinri,

Apa kabar, Sulli-ah? Kuharap kau baik-baik saja. Langsung saja, aku ingin minta maaf tentang hari itu.. malam dimana aku memutuskan untuk mengakhiri semuanya. Aku hanya tak berniat menyakitimu, atau membuatmu kecewa karena aku pada akhirnya. Jadi, kuputuskan mengakhiri hubungan kita, demi kebaikanmu kelak J

Sulli-ah, dengar..

Sekarang aku akan memberitahumu tentang alasanku meninggalkanmu malam itu. Kuharap, kau tidak marah karena baru sekarang aku memberitahumu keadaanku yang sebenarnya.

Sulli-ah, aku mengidap kanker otak. Dokter bilang, aku bisa sembuh, tapi harapannya tipis..

Selama ini aku berusaha menyembunyikan semua kesakitanku darimu, aku tidak ingin kau khawatir karenaku.

Aku meninggalkanmu malam itu, karena Appa memintaku berobat ke Amerika. Memang harapanku tipis, tapi tak ada salahnya aku mencoba, kan?

Aku akan sangat bersyukur, jika aku sendiri yang akhirnya menemuimu untuk mengatakannya. Tapi bila akhirnya surat ini yang bercerita, aku benar-benar minta maaf.

Sekarang, jika kau membaca surat ini, artinya aku sudah pergi. Aku meminta Chen hyung memberikannya padamu saat aku sudah tak lagi di dunia ini.

Sulli-ah, meskipun sekarang aku sudah pergi, ingatlah bahwa aku akan selalu disampingmu. Kau tak pernah sendirian...

Dan aku akan selalu mencintaimu.

 

Love,

Kai.

 

___________________________________________________________________________________________________________________________________

Hey guys, I'm back with another story :) But, actually, this is another version of my previous story, A Goodbye. I posted it in Indonesian first, and for the English version, I think I'll give it to you later, I promise :) Well, enjoy it! :D

-cutiepie21-

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
mega7x #1
Chapter 1: uhh sedih bgt thor ceritanya,sad ending gt..
but anyway good job authornim.. keep writting okey :D
foreverjonginjinri #2
Chapter 1: Omo, akhirnya ketemu juga fanfic kailli bahasa indonesia! Btw, this is a great story. Good job, authornim!:')