Timeless

Timeless

Kyungri merasakannya, menyimpan perasaan yang dalam kepada seseorang, bahkan kepada kekasihnya sendiri, Kyungri merasa dadanya sesak dengan hal itu, semua yang ia lakukan kepada Kim Jongin selama ini bahkan tidak cukup untuk menggambarkan perasaannya kepada pria itu.

 

Kyungri terlalu hijau untuk urusan cinta, ia pernah bersama dengan seseorang lain sebelum bertemu Jongin, pria yang mencintainya lebih dalam dan lebih banyak dari yang ia punya, tapi hal itu membuatnya merasa terbebani. Dia merasa lebih baik mencintai daripada dicintai. Gadis itu tidak ingin menyakiti. Dia lebih baik membuat goresan di hatinya sendiri dibandingkan harus melukai orang lain.

 

Hidup di keluarga terpandang di sudut kota. Memakai baju yang bersih setiap hari, tidak pernah kekurangan hal untuk belajar. Hal itu yang di rasakan Kyungri selama hidupnya. Di rumahnya Kyungri beringkah seperti anak baik. Mempunyai seorang kakak yang sayang padanya.

 

Tapi biarpun begitu pembenci akan selalu ada. Mereka menganggap Kyungri terlalul naif, kebaikannya membuat beberapa temannya merasa seperti orang bodoh dan tidak bisa melakukan apapun.

 

'Kyungri, gaunmu bagus' Jinhye mengambil gaun yang tergantung di lemari besar gadis itu lalu berlari ke sudut kamar. Meletakkan bajunya di depan tubuhnya. Berputar dan merasakan bahwa gaun itu sangat cocok dengan dirinya.

 

Kyungri yang sedang merebahkan tubuhnya, berkutat dengan rumus-rumus kuadrat mengangkat kepala dan melihat Jinhye yang sedang tersenyum bersama gaunnya yang berwarna biru muda.

 

'kau menyukainya? Ambil saja, aku bisa membelinya lagi. Tidak apa-apa' Kyungri tersenyum.

 

Jinhye memutar tubuhnya menatap Kyungri datar.

 

'aku hanya berkata bahwa gaun ini bagus, aku tidak mengemis kepada mu untuk memberikan gaun ini' Jinhye melempar gaun itu dan melayang ringan hingga terhempas di atas karpet tebal. Membuat Kyungri terkejut dengan reaksi yang diberikan oleh Jinhye.

 

Setelah itu, Kyungri tidak pernah berteman lagi dengan Jinhye, dirinya sibuk bertanya-tanya tentang alasan gadis itu meninggalkannya. Jadi memang seperti itu. Kebaikan belum tentu selamanya menghasilkan kesenangan. Terkadang cara seseorang memandangnnya dari sudut pandang yang berbeda, dan Kyungri tidak mengerti hal itu.

 

*

 

Kyungri menyukai Jongin, pria dengan tatapan dinginnya, murid baru yang selalu datang terlambat, membuat ia dihukum di ujung ruangan. Membuat Kyungri harus duduk di pojok kelas untuk memperhatikan sosok itu.

 

Entah mengapa Jongin selalu dapat menarik perhatian gadis itu. Kyungri tahu bahwa Jongin tidak pernah melihatnya. Tapi Jongin selalu menjadi percakapan yang menarik disaat istirahat dengan teman-temannya.

 

Kyungri menyukai Jongin menjadi hal yang biasa bagi kelas itu. Awalnya mereka mengira bahwa Kyungri adalah gadis gila yang berani menyatakan perasaannya kepada seorang pria seperti Jongin. Tapi ternyata mereka salah. Kyungri tidak pernah menyerah dengan segala perasaannya. Seakan mempunyai waktu yang tanpa batas. Kyungri berusaha membuat Jongin melihat dirinya.

 

'Kumpulkan tugas menggambar kalian' Kyungri meraih tasnya yang tergantung disamping kursinya. Ia menatap meja Jongin yang berada di belakangnya. Pria itu tidak bergeming. Kyungri pikir Jongin pasti tidak mengerjakan tugas. Dan sebagai siswa yang sudah bersekolah disini lebih dulu, Kyungri tahu bagaimana sikap Yoojin guru seninya.

 

Kyungri mengeluarkan buku sketsa dari tasnya dan melemparkannya ke meja Jongin tepat disaat Yoojin sonsaeng melangkah ke arah mejanya.

 

'Tugasmu nona?' wanita itu terlihat tersenyum, tapi bukan senyuman tulus seperti yang sering ia lakukan. Senyuamnnya terlihat sangat menyeramkan. Kyungri tetap diam. Ia hanya memberikan tatapan bersalah kepada wanita itu.

 

'Kau tidak mengerjakannya?' Yoojin Sonsaeng mulai meninggikan suara dan menganggukkan kepalanya.

 

'Sepertinya kau sudah tahu apa konsekuensinya. Berdiri di luar selama jam pelajaran ku!' Kyungri menundukkan kepalanya. Sedangkan Jongin tidak melakukan apa-apa. Dia melihat gadis itu bangkit dari kursinya, duduk di luar dan mengangkat kedua tangannya.

 

Kyungri memang tidak pernah mengharapkan apa-apa dengan Jongin. Tapi terkadang mencintai seseorang terlalu dalam membuat kita tenggelam sendirian.

 

Jongin merapikan bukunya. Ia lalu melihat buku sketsa yang di berikan Kyungri kepada dirinya agar dia tidak dihukum karena tidak mengerjakan tugas. Terdapat nilai sempurna disana. Tapi itu bukan hasil karyanya. Jongin lalu membawa buku itu dan meletakkannya di laci meja Kyungri.

 

Kyungri membulatkan matanya saat melihat sosok itu keluar. Dirinya berharap bahwa Jongin akan menegurnya atau setidaknya mengucapkan terimakasih. Tapi semakin ia berlari mengejar titik itu, semakin lama ia sampai. Jongin hanya lewat tanpa menolehkan kepalanya sedikitpun ke arah Kyungri. Dia pergi begitu saja, hingga gadis itu bisa melihat punggungnya yang menjauh.

 

*

 

'Kim Jongin, kau makan siang dimana?' Kyungri memutar tubuhnya ke arah Jongin yang berada tepat dibelakangnya.

 

Pria itu hanya mengangkat bahu dan kembali menatap buku yang berada ditangannya.

 

Kyungri tersenyum dan meraih tasnya, mengeluarkan kotak bekal berwarna biru dan meletakkannya di hadapan Jongin.

 

'Ini, aku buatkan untukmu' Kyungri tersenyum dan meninggalkan Jongin yang masih tidak bergeming.

 

Pria itu mengangkat bukunya dan meletakkannya di atas meja. Menatap bekal yang diberikan Kyungri, dia tahu gadis itu benar-benar tidak tahu dengan apa yang dia lakukan, Kyungri hanya tahu ia menyukai Jongin dan berusaha untuk mendapatkannya. Tidak ada yang salah dari hal itu. Hanya saja ia akan melukai hatinya sendiri.

 

Jongin membuka kotak makan itu dan mendapati sebuah telur mata sapi dengan wortel dan tomat disampingnya beserta nasi putih. Jongin meraih sendok dan mulai memakan masakan buatan Kyungri.

 

*

 

Pria itu mulai berpikir untuk menerima perasaan Kyungri. Mulai belajar berjalan beriringan dengan gadis itu. Ia merasakan ada sesuatu yang berbeda disaat gadis itu tidak ada disampingnya, tidak ada bersamanya, atau bahkan tidak dengan senyumannya. Jongin menerima perasaan Kyungri. Hanya menerima, tanpa membalasnya.

 

'Kenapa, kau terkejut?' Jongin memiringkan kepalanya melihat ekspresi Kyungri.

 

Gadis itu mengedipkan matanya beberapa kali dan menarik napasnya. Ia lalu tersenyum, seperti ingin meledak karena perasaan bahagia itu.

 

'Tidak. Hanya saja aku tidak percaya akan sampai pada titik ini' Kyungri berkata dengan napas yang tidak stabil. Ia terlalu senang. Sedangkan Jongin hanya tersenyum kecil dihadapannya.

 

Jongin menerima perasaan Kyungri.

 

*

 

'Kencan?' Kyungri melebarkan bibirnya, matanya berkilat mendengar ucapan Jongin barusan.

 

Pria itu menganggukkan kepalanya meyakinkan Kyungri.

 

'Tunggu-tunggu' Kyungri mengatur napasnya dan kembali menatap Jongin.

 

'Kapan?'

 

Jongin tersenyum dengan sikap gadis itu, jujur saja, dia mungkin mulai terbiasa dengan kehadiran Kyungri dan dia tidak dapat mengikari hal itu.

 

'Besok, dan dengar, aku menyukai gadis yang mengenakan gaun selutut, terlihat manis' Jongin membisikkan kalimat terakhir itu teapt di telinga Kyungri, membuat gadis itu bergidik dan tersipu malu. Jantungnya berdetak kencang mendapatkan perlakuan seperti itu dari Jongin.

 

*

 

Kyungri bangun dari tidurnya. Tanpa pengingat apapun, gadis itu bisa bangun tepat waktu, bahkan disaat dirinya terjaga semalaman karena terlalu senang memikirkan hari ini. Angin berhembus kencang tidak seperti biasanya, Kyungri melihat keluar jendela kamarnya. Hujan tipis juga sudah mulai turun. Tapi dia tidak memikirkan apa-apa lagi. Ia hanya ingin bertemu Jongin pagi ini. Kyungri lalu langsung masuk ke dalam kamar mandi yang berada di kamarnya, memilih beberapa baju.

 

Aku menyukai gadis yang mengenakan gaun selutut

 

Kyungri teringat dengan ucapan itu. Tentu saja dia ingin terlihat cantik dihadapan Jongin. Jadi setelah itu ia memutuskan mengenakan gaun chiffon transparan berwarna pink muda dan berjalan ke tempat mereka berdua akan bertemu.

 

Jongin menyalakan TV nya, berita pagi ini mengatakan bahwa angin sangat kencang, cuaca juga sangat lembab, para penyiar itu menganjurkan agar tetap berada di dalam rumah.

 

Jongin meneguk coklat panas yang berada di tangannya, menyandarkan kakinya ke atas meja. Cuaca hari ini membuatnya ingin tetap berada di dalam kasur dan tertidur pulas. Tapi beberapa sat kemudian dia teringat dengan janji yang ia buat kemarin. Ia akan bertemu dengan Kyungri di taman. Jongin menggelengkan kepalanya, ia yakin gadis itu tidak akan pergi disaat cuaca seperti ini.

 

Tapi ternyata perasaannya tidak tenang, bagaimanapun Kyungri terkadang melakukan hal yang bahkan tidak pernah terpikirkan olehnya. Jongin memutar-mutar tubuhnya di atas kasur sebentar, menatap langit-langit kamar dan berpikir. Ia lalu bangkit dari posisinya menuju ruang tengah.

 

'Kediaman Kim disini'

 

Jongin menelan ludahnya mendengar suara wanita di ujung sana, itu bukan suara Kyungri.

 

'bisa berbicara dengan Kyungri?' Jongin menunggu jawaban dari wanita itu.

 

'Kyungri sudah pergi menemui temannya dari beberapa jam yang lalu, aku tidak tahu mengapa dia tetap bersikeras untuk pergi di cuaca seperti ini dan dengan pakaian seperti itu'

 

Jongin segera menutup telponnya setelah mengucapkan terimakasih dan berlari keluar sambil mengenakan jaketnya.

 

Kyungri berkali-kali berusaha menahan roknya yang terangkat oleh angin yang kencang. Ia tidak tahu mengapa Jongin belum juga datang saat ini. Rambutnya sudah basah dan riasan yang ia pakai juga sudah tidak tersisa lagi. Ternyata hal itu memang tidak akan pernah terjadi. Berjalan bersama di taman, menikmati minuman dingin atau sekedar bercerita memang semakin jauh di pikirannya. Kyungri menahan air matanya yang terlihat seperti orang bodoh saat ini.

 

Suara langkah itu mendekat dan menghampiri Kyungri. Pria itu datang dan melepaskan jaketnya.

 

'Mengapa begitu bodoh? Harusnya kau tidak perlu datang disaat cuaca seperti ini?' Kyungri memalingkan wajahnya ka arah pria yang tiba-tiba berada disampingnya. Gadis itu tersenyum. Jongin menatap senyuman itu. Jantungnya berdetak lebih cepat. Entah apa yang terjadi tapi itulah yang ia rasakan.

 

'Ayo. Kau mau terus kehujanan, akan aku antar kau pulang' Jongin mengeratkan jaketnya yang dikenakan oleh Kyungri, mendekapnya, mencoba melindunginya dari hujan yang tipis namun dapat membuat kedua manusia itu basah.

 

Kyungri tidak tahu, kencannya hancur begitu saja, tapi melihat Jongin datang dan memberikannya jaket, serta mengantarnya pulang menjadi bayaran yang pas untuk hal itu. Ia merasa bahwa Jongin sudah mencintai dirinya, itu saja sudah cukup.

 

*

 

Jongin menggenggam kotak merah itu, ia tidak tahu harus berkata apa lagi melihat benda yang diberikan Kyungri kepada dirinya.

 

'Hari ini adalah dua bulan kita bisa bersama dan aku memberikanmu ini sebagai lambang hubungan kita' Kyungri tersenyum sambil terus menatap Jongin.

 

Pria itu membuka kotak yang berada di tangannya, mendapati sebuah cincin dengan ukiran inisial mereka berdua. Ia lalu kembali menatap Kyungri.

 

'Aku tidak suka mengenakan cincin. Terlihat seperti pria yang menyukai pria' Jongin memaksakan tawanya, mencoba menolak pemberian Kyungri dengan halus agar gadis itu tidak tersakiti.

 

Gadis itu kembali tertawa lebar.

 

'Aku sudah tahu, dan aku mempersiapkan ini' Kyungri merogoh saku jaketnya dan mengeluarkan sesuatu yang berkilau lainnya.

 

'Kau bisa menjadikannya kalung dan menyembunyikannya di dalam baju mu kalau kau malu' kali ini Jongin tidak bisa memberikan alasan lain, ia menerima cincin dan juga kalung itu, menjadikannya satu dan mengalungkan benda itu di lehernya.

 

Jongin tahu, dari awal dia tidak seharusnya memaksakan perasaan. Dia pikir keadaan akan membuatnya mencintai Kyungri, tapi hal itu tidak pernah terjadi. Semuanya terasa semakin jauh. Jongin tidak bisa mengikuti permainan gadis itu. Jongin merasa bahwa dirinya tidak dapat membalas semua yang Kyungri berikan.

 

*

 

Dulu Jongin mungkin hanya murid baru, tidak terlalu mengenal lingkungan sekolahnya, tidak banyak berbicara dan bergaul. Tapi sekarang, setelah ia berada di Incheon selama enam bulan Jongin mulai mendapatkan teman, mulai sering berbaur dengan teman-temannya yang lain. Dan Jongin menjadikan hal itu sebagai alasan untuk mengurangi keseringannya bertemu dengan Kyungri.

 

'Bagaimana dengan makan siang?' Jongin terus menatap bukunya, seakan tidak menyadari kehadiran Kyungri.

 

'Kau masih sibuk?' Pria itu mengangguk dan tetap dengan aktifitasnya.

 

'Kalau begitu besok saja' gadis itu tersenyum dan menyelipkan ibu jarinya di belakang tali tas yang ia kenakan lalu berjalan meninggalkan ruang kelas.

 

Begitu, waktu yang dimiliki Kyungri seakan tidak pernah habis jika untuk Jongin, hari ini, nanti, besok, seminggu lagi atau kapanpun Kyungri akan selalu bisa berada disamping pria itu. Begitulah menurutnya.

 

*

 

Junmyun memasukkan kakinya kedalam air, menggerak-gerakkan sedikit, membuat ikan-ikan itu pergi menjauh, ia lalu memperhatikan adiknya yang menunduk kebawah dan tersenyum.

 

'Bagaimana selama aku tidak ada?'

 

Kyungri mengangkat kepalanya dan tersenyum.

 

'Aku baik-baik saja, temanku sering datang kerumah' ia lalu tertawa dan menyipitkan matanya.

 

'Jadi mereka semua menggantikanku?' Junmyun mencoba menggoda adiknya itu.

 

Kyungri menahan napasnya dan menatap Junmyun tajam. 'Tentu saja tidak' ia memukul bahu Junmyun pelan dan kembali asik dengan air kolam yang berada di bawahnya, membawakan ketenangan tersendiri disaat air itu membelai lembut telapak kakinya.

 

'Hanya cepat selesaikan kuliahmu dan cepat kembali disini, aku kesepian dirumah' Junmyun mengusap kepala Kyungri, tersenyum mendengarkan permintaan adiknya.

 

'Bagaimana dengan pria?'

 

Kyungri menatap Junmyun dengan ekspresi terkejut. Ia lalu sedikit tersenyum malu. Melihat hal itu tentu saja Junmyun mengerti artinya. Tergambar jelas di wajah Kyungri bahwa gadis itu sedang jatuh cinta.

 

Junmyun tertawa kecil lalu menatap langit yang terang, dikota ini. Tidak seperti di London yang membuatnya tidak bisa menikmati pemandangan malam yang indah. Kau menatap langit, maka yang terlihat hanyalah gedung-gedung tinggi pencakar langit.

 

'Aku memohon kepada waktu untuk membuatmu tidak tumbuh besar dan tetap seperti ini. Tetap menjadi adikku yang lucu' Junmyun mencubit pipi Kyungri pelan. Membuat gadis itu merintih dan menampik tangan kakaknya.

 

Ia lalu menatap Junmyun dan memeluknya, melingkarkan lengannya di pinggang Junmyun, menyandarkan kepalanya di dada pria itu, merasakan kehangatan yang selama ini ia rindukan. Junmyun harus pergi ke London untuk kuliah disana, mengejar cita-citanya menjadi seorang dokter.

 

'Dia pria yang baik?' Junmyun mengusap kepala Kyungri lembut.

 

Gadis itu mengangguk sambil memejamkan matanya. Ia berharap bahwa Jongin bisa sebaik Junmyun, bisa memperlakukan dirinya seperti kakaknya.

 

'Aku harap dia bisa menjagamu' Junmyun mengeratkan pelukannya terhadap Kyungri, merasakan kebersamaan yang hanya beberapa minggu, liburan musim panas akan segera berakhir, jadi dia harus segera pergi ke London. Dan dia berharap siapapun pria yang bersama adiknya bisa menjaga gadis itu dengan baik.

 

*

 

Tapi keadaan semakin tidak bisa ia kendalikan, Jongin semakin muak dengan semua sikap Kyungri, ia tidak ingin melihat gadis itu berada di dekatnya, entah apa yang terjadi, ia merasa bahwa ia tidak bisa memberikan apa-apa untuk dirinya, ia tidak bisa membalas semua perasaannya dan hal itu menyiksa dirinya sendiri.

 

Jongin melepas kalung yang ia kenakan. Kalung berbandul cincin yang Kyungri berikan untuk dirinya.

Ia lalu menatap Kyungri yang berada dihadapannya.

 

'Aku tidak bisa. Maaf'

 

Gadis itu menahan air mata. Bibirnya bergetar. Jongin tidak ingin melihatnya, Jongin semakin ingin pergi dari tempat itu.

 

'Aku tidak ingin kita berakhir' dan butiran itu meluncur dari matanya, membuat Jongin melemparkan pandangannya ke arah lain.

 

Jongin menghela napasnya frustasi, ia lalu kembali menatap Kyungri.

 

'Kau bilang benda ini sebagai lambang hubungan kita' Jongin mengangkat kalung yang berada di genggamannya tepat di hadapan Kyungri. Ia lalu menatapnya sebentar dan melempar kalung itu arah danau yang berada di hadapan mereka.

 

'Berusahalah untuk hal itu. Aku ingin melihat bagaimana kau mempertahankan hubungan ini'

 

Kyungri terkejut dengan sikap Jongin, kalung itu tenggelam dan tidak bisa terlihat lagi. Jongin menatap Kyungri, menyunggingkan senyumannya. Ia tahu bahwa gadis itu tidak akan mungkin mendapatkan benda itu kembali.

 

'Aku akan menemukannya' Jongin terkejut dengan kalimat yang diberikan Kyungri, ia tahu bahwa gadis itu tidak akan menyerah, tapi kali ini, hal itu terlihat tidak mungkin. Jongin menatap Kyungri dan tersenyum, lalu pria itu melangkahkan kakinya pergi.

 

Kyungri terdiam sejenak. Benarkah ia harus mencari benda itu. Tapi ia masih mencintai Jongin, mengapa pria itu meninggalkannya tiba-tiba. Disaat perasaan itu bahkan tidak berkurang sama sekali. Disaat ia merasakan bahwa Jongin mulai membalas cintanya.

 

Kyungri melepas sepatunya, dan mulai berjalan memasuki danau, mulai mencari kalung itu. Rok yang ia kenakan sudah basah dan menjadi berat. Danau yang ia telusuri juga semakin dalam. Ia tidak mendapat petunjuk dimana Jongin melempar benda itu. Gadis itu frustasi, air matanya terus mengalir.

 

Kriing Kring

 

Kyungri memutar tubuhnya ke arah suara itu. Ia melihat Junmyun dengan sepedanya tersenyum dan melambaikan tangannya ke arah Kyungri. Kyungri tidak ingin Junmyun melihat keadaannya seperti ini. Ia tidak boleh tahu bahwa Jongin mencampakkan dirinya.

 

Tapi beberapa saat kemudian Kyungri meledak dalam tangisan dan menceritakan semuanya kepada Junmyun.

 

'Jadi dia memintamu mencari kalung itu?' Junmyun menatap Kyungri. Mereka berdua duduk dipinggir danau, menikmati pantulan sinar matahari disaat surya itu akan tenggelam beberapa jam lagi.

 

Kyungri terisak, napasnya terputus-putus. Tatapannya lurus kaki yang berada di hadapannya.

 

Ia mengangguk tanpa menatap Junmyun. Pria itu lalu tertawa sebentar.

 

'Kalau begitu bilang padanya besok kalung itu akan ia temukan'

 

Kyungri menatap Jumnyun. Tidak mengerti dengan ucapannya. Junmyun bangkit dari duduknya dan tersenyum ke arah Kyungri. Pria itu berjalan menuju danau dan langsung menceburkan dirinya.

 

'Oppa!~' Kyungri berteriak, mencoba menghentikan Junmyun. Tapi pria itu sudah terlanjur tenggelam. Dan beberapa saat kemudian Junmyun kembali muncul ke permukaan.

 

'Serahkan padaku, hanya pulang dan katakan padanya'

 

detik berikutnya Junmyun kembali turun ke dasar air, mencari kalung itu.

 

Kyungri meremas ujung bajunya yang basah. Entah kenapa dia merasa begitu ketakutan. Beberapa lama Kyungri menunggu Junmyun tidak muncul kembali di permukaan. Jantung Kyungri berdetak, dia khawatir dengan keberadaan kakaknya.

 

Kyungri melangkahkan kakinya mendekati danau. Percikan-percikan air yang diciptakan pria itu saat berenang tidak lagi terlihat. Airnya tampak sangat tenang. Kyungri sama sekali tidak melihat tubuh Junmyun di dalam air. Kyungri yakin ada yang tidak benar dengan kakaknya.

 

'OPPA!' Kyungri berteriak. Tapi pria itu tidak pernah keluar dari air. Pria yang tersenyum dan melambaikan tangannya beberapa menit yang lalu tidak terlihat lagi. Junmyun tidak pernah datang dengan kalung itu.

 

*

 

Jongin merasa bahwa ada yang salah dengan sikapnya tadi siang. Baru beberapa jam pria itu meninggalkan Kyungri dia sudah merindukannya. Merindukan suaranya yang ramai, yang selalu berada di sebelahnya. Jongin menggelengkan kepalanya, mencoba membuang semua pikiran itu.

 

Ia lalu menatap jam dinding. Pukul tujuh malam. Dirinya mulai berpikir bagaimana kalau Kyungri masih berada di danau dan mencari kalung itu?

 

Jongin mengambil jaketnya dan melangkah keluar rumah. Dia tidak tahu apa yang salah dengan dirinya. Tapi ia mulai menyadari bahwa dia mencintai Kyungri. Pria itu tidak bisa melihat Kuyngri pergi.

 

Jongin menatap pantulan bulan di air tenang danau yang berada di hadapannya. Kyungri tidak ada, ia tahu bahwa dirinya terlalu jahat, bagaimana mungkin gadis itu menemukan kalung yang ia lempar di dalam danau yang luas seperti ini. Kali ini dirinya lah yang merasa menyesal. Ia harus menemui Kyungri besok pagi. Meminta maaf atas perlakuannya selama ini.

 

Disaat ia melangkahkan kakinya tiba-tiba disepatunya terseret sebuah rantai yang bersinar. Jongin membukkukan badannya mengambil benda itu.

 

Kalung yang di berikan Kyungri untuknya. Jongin tersenyum, kalung itu telah kembali padanya. Dan ia akan menyimpan benda itu dengan benar. Seperti hatinya kepada Kyungri

 

*

 

Kyungri menatap foto Junmyun dengan senyuman yang tercetak di wajahnya, suara tangisan itu masih bersahutan disekelilingnya. Kakaknya mendapatkan serangan jantung saat berada di dalam air. Dan semua itu karena dirinya, karena ia harus menceritakan semua permasalahannya kepada kakaknya. Membuat pria itu rela menyeburkan dirinya ke dalam danau yang dingin. Kyungri membenci dirinya sendiri.

 

Junmyun telah pergi, membuat semua orang berteriak dan meratapi tubuh itu. Membuat Kyungri merasa tidak berguna disaat ia menangis, dirinya bukanlah satu-satunya yang tersakiti saat ini.

 

Kyungri menatap ayah dan ibu mereka yang menangis meratapi foto Junmyun. Kyungri benci keadaan ini. Orang tua mereka tentu saja mengharapkan Junmyun menjadi pria yang sukses, yang bisa membanggakan keluarga. Pulang dengan senyuman dan lisensi kedokterannya. Tapi dalam sekejap matanya semuanya hancur. Kyungri mulai membayangkan bagaimana ia tidak bertemu dengan Jongin, bagaimana ia bahagia hanya dengan Junmyun. Dirinya terlalu egois dan dia membenci keadaan ini.

 

Kyungri bangkit dari ruangan itu, ruangna yang terlihat gelap dan kelam. Ia berlari meninggalkan rumahnya.

 

*

 

Jongin tersenyum sambil berjalan santai, di tangannya terdapat tas kecil yang berisikan kotak makanan Kyungri saat gadis itu memberikannya makanan.

 

Hari ini ia berencana mengajak gadis itu berbicara sambil makan bersama.

 

Jongin menghentikan langkahnya disaat ia melihat Kyungri berjalan kearahnya. Gadis itu mengenakan hanbok putih, rambutnya digulung ke atas, dan langkahnya terlihat gontai.

 

'Kyungri' Jongin tersenyum ke arahnya. Kyungri terkejut dengan kehadiran Jongin, tapi gadis itu tidak memberikan tatapan yang menyenangkan, seperti mata berkilat yang sering ia lihat.

 

Jongin mendekatkan langkahnya. Gadis itu berjalan seakan ia tidak melihat sosok Jongin. Pria itu mengerutkan keningnya. Kyungri berlalu di sampingnya, tanpa sedikitpun menolehkan kepala.

 

Jongin memutar tubuhnya mengejar gadis itu dan menarik lengannya.

 

'Ada apa denganmu?' Jongin menatap wajah Kyungri. Dan kali ini ia terkejut denga raut wajah itu, wajah yang selalu terlihat ceria dan bersinar, sekarang pudar begitu saja.

 

Kyungri mengghempaskan tangan yang di genggam pria itu. Jongin terkejut dengan sikap Kyungri.

 

Jongin mencoba melupakan semuanya. Ia menarik napas dan tersenyum. Merogoh sakunya dan mengeluarkan kalung itu di hadapan Kyungri.

 

'Lihat, aku berhasil menemukannya. Hubungan ini akan baik-baik saja. Maafkan aku'

 

Kyungri menatap benda itu lekat-lekat dan kembali menatap Jongin tanpa ucapan apapun. Air matanya menggenang, Jongin benar-benar tidak mendapatkan petunjuk dengan sikap gadis itu.

 

'kau terlihat lelah. Dan aku membawakanmu makanan, kau mungkin lapar' Jongin mengangka tas yang ia bawa. Membuka kotak makan yang berada di dalamnya dan memberikannya kepada gadis itu sambil tersenyum.

 

Tapi sedetik kemudian Kyungri menampik tangan Jongin, membuat makanan yang berada di dalamnya tumpah dan jatuh tanpa sisa. Jongin menahan napasnya, matanya membesar. Semuanya benar-benar di luar dugaan. Entah apa yang terjadi, Jongin benar-benar tidak mengerti.

 

Air mata Kyungri jatuh dan mulai berbicara.

 

'Aku tidak membutuhkanmu! Aku tidak akan mempertahankan sesuatu yang bahkan tidak mempertahankannya!' Kyungri menatap Jongin dalam, ia tahu dirinya sudah merubah sikap seseorang. Dia tahu dirinya terlalu bodoh.

 

Kyungri berjalan meninggalkan Jongin. Berlalu begitu saja, sama seperti perasaan gadis itu kepada Jongin, seakan habis menguap tanpa sisa. Tidak ada lagi yang tertinggal. Kyungri memutuskan menyerah dengan semuanya.

 

*

 

Jongin menatap bangku kosong yang berada di hadapannya, sudah dua hari gadis itu tidak masuk sekolah. Tidak melihat kehadiran gadis itu membuat Jongin frustasi. Dirinya berkali-kali mencoba menghubungi kediamannya tapi tidak ada yang menjawab. Menunggu di depan gerbang rumahnya tapi tidak ada yang datang.

 

Jongin merasakan saat ini angin semakin berhembus kencang, musim gugur akan segera datang, daun-daun merubah warnanya. Mereka bilang musim gugur itu hangat, tapi dirinya merasa dingin. Mereka bilang musim gugur adalah saat dimana mereka berbagi cinta satu sama lain. Tapi Jongin malah kehilangannya.

 

Jongin tahu, Kyungri tidak akan pernah kembali kepadanya. Ia terlalu mengabaikan gadis itu. Ia dapat melihat semuanya hanya saja ia tidak pernah menyangka hal itu akan hilang. Jongin merasa bahwa Kyungri akan kembali kepadanya senantiasa seperti jarum jam yang kembali bertemu dengan angka dua belas disaat dia berputar. Tapi ternyata tidak seperti itu.

 

Jongin menatap kalung yang berada di genggamannya, ia tersenyum kecut.

 

'Maafkan aku' Jongin melemparkan pandangannya ke arah danau, ia dapat melihat air-air yang menyerupai permata, bersinar begitu terang.

 

 

Jongin meletakkan kalung itu di sakunya. Waktu yang ia kira tidak akan ada habisnya sekarang hilang begitu saja. Dan dirinya tahu ia sudah terlalu terlambat untuk semua itu.

 

Kyungri hilang dalam hidupnya.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
cbs_Key #1
Chapter 1: omona~~
nyesek banget bacanya..
T_T
jongin tegaaa..

authornim jjang!!
bkin nangis reader niihh..
d tunggu next story'ny..^^