1/3

Sorry But I

Luhan Pov’s

Untaian kata itu masih terus bergulir di ujung pendengaranku. Suara halusmu yang begitu lembut mampu menyejukkan hatiku. Malam ini mulai terasa dingin. Awal Oktober yang dingin. Menatapmu yang selalu menjagaku begitu menyenangkan.

 

“ Luhan-shi.. Mukamu memerah,” Kai menyentuh permukaan wajahku. Tangan hangat itu sungguh menjagaku.

 

“ Ah.. hangat. Tanganmu hangat. Biarkan seperti ini.” Aku memegang erat tangannya. Membiarkannya terus menatapku.

 

“ Ada apa?? Kau tidak seperti biasanya.” Kai menuruti perkataanku. Dia merapatkan jarak kami. membiarkanku menggenggamnya.

 

“ Tak apa..” Aku tersenyum getir. Sungguh.. Jika bibirku tidak terkatup erat. Aku ingin kau mendengarkan seluruh curahanku.

 

“ Apa yang dia lakukan padamu?” Kai menatapku jenuh. Kau sangat pintar Kai. Aku menyukai itu.

 

“ Siapa?” Entah bibirku berdusta atau hanya tengah menyelamatkannya.

 

“ Jangan berpura – pura tak tahu Luhan. Maksudku sudah jelas. Sehun.”

 

“ Oh.. Sehunnie..” Aku tersenyum memandangnya membiarkan raut tegasnya melunak.

 

“ Jangan memanggilnya mesra di depanku,”

 

“ Mianhe.” Aku menunduk letih. Hatiku perih.. Rasanya ada yang janggal disini.

 

“ Apa dia menyakitimu lagi??” Kai mengangkat kepalaku ringan. Membiarkanku berada dalam dekapannya. Sesekali tangannya mengusap lembut tengkukku.

 

Nyaman.. Hanya itu yang bisa kurasakan.

 

“ Apa yang dia perbuat kali ini??”

 

Aku menggeleng lemah.. Berdusta kini menjadi makanan sehari – hariku.

 

“ Jawab yang jujur.”

 

“ Dia..”

 

“ Nde??” Kai memaksa.

 

“ Dia memutuu.” Dan segalanya tumpah. Air mataku. Isakkanku dan rasa sakitku yang mengganjal. Lepas dalam genggamannya.

 

“ Husssshhh.. Gwaechanna Luhan-ah.. Tenanglah..”

 

“ Aku.. Aku.. Dia.. memutuu secara sepihak. Tanpa aku tahu alasan yang pasti. Aku.. dicampakkannya.” Emosiku meluap. Tak terkontrol di depan sahabatku ini.

 

“ Sssshhh.. Sudahlah Luhan.. Jangan menangis.”

 

Memang aku yang memilihnya dan memintanya untuk hidup bersamaku. Berjalan bersama melewati hari. Berharap indah dalam gandengannya. Namun kenyataan pahit yang kudapat sungguh terasa perih. Tak pernah kusangka akhirnya begitu menyakitkan.

 

Setiap malam, setiap hari, setiap waktu. Bahkan ketika aku bersamamu, aku berpikir tentangnya.
 

Kai Pov’s

Aku merebahkan tubuhnya yang telah tertidur pulas. Peri tidur telah mengambilnya memasuki alam mimpi. Aku berharap dia bermimpi indah. Setiap waktu yang kulewati bersamamu terasa memuaskan, walaupun tak ada satupun yang tak kau isi dengan cerita tentangnya. Tapi aku mengerti. Kisahmu dengannya akan menjadi kisahku juga. Mencintaimu dalam diam memang menyayat hatiku secara perlahan. Namun juga membuatku memiliki alasan untuk tetap hidup.

 

Mencitaimu menjadi anugrah tersendiri dalam hidupku.

 

“ Dengan sabar aku akan menunggumu, kembalilah selagi kau mampu berbalik. Jangan pernah membuatku melihatmu menangis disaat terakhir,” Bergumam di dalam mimpinya. Hanya itu yang bisa kulakukan. Membiarkannya selalu tersenyum dalam tawa bahagia.

 

“ Apa yang kau lakukan disini?!” Dan aktor lainnya muncul dalam peran kami.

 

Sehun.

Namja yang dipuja – puja olehmu

Namja yang mengalahkan posisiku dihatimu

Namja yang selalu aktif merebut pikiranmu

Namja yang juga kini membuatmu berlinang air mata.

 

“ Memastikan dia baik – baik saja,” Aku beranjak dari kamarnya. Meletakkan tas ranselnya di samping tempat tidurnya.

 

“ Tanpa kau, dia akan baik.” Sehun mengikutiku keluar. Kami berhenti di dapur. Sekedar melepaskan penatku.

 

“ Benarkah? Untuk apa kau datang kemari?”

 

“ Ini rumah kami, bukan urusanmu,” Sehun duduk di depan meja makan. Diam – diam sibuk menatapi pergerakanku.

 

“ Ini rumah Xi Lu Han.” Aku memastikan. Menatapnya tajam.

 

“ Oh. Baiklah. Sesukamu,”

 

“ Tentu. Terimakasih. Kudengar kau menyudahi hubunganmu?” Aku bertanya to the point. Bersandar pada dinding kulkas sembari meneguk segelas air.

 

“ Ya, sepertinya.”

 

“ Terdengar mudah bagimu. Oh Se Hun.” Aku tersenyum miris.

 

Jika yeoja lain yang disakiti. Aku tidak akan memusingkannya. Sekalipun yeoja itu adalah yeoja termanis di satu Korea. Namun berbeda dengan yang satu ini. Luhan. Dia bukan yeoja. Tapi hatinya setulus yeoja. Dan sayangnya aku tak berhasil mendapatkan hati tulus itu. Hati tulus itu salah memilih arahan hidupnya.

 

“ Memang,” Dia tersenyum meremehkan.

 

“ Kau!”

 

Seoul, awal Oktober yang dingin. Pagi hari yang bisu. Aku dan Sehun bersitegang. Aku yakin, bukan aku yang salah dengan semua ini. Aku mulai memukuli wajahnya yang mampu memikat hati Luhan. Aku mewarnai seluruh tubuhnya dengan hantaman tajamku. Anggap ini sebagai pembalasanku karena melihat Luhan menangis. Tidakkah kau mengerti? Aku begitu menyayanginya. Menyayangi orang yang kau sakiti.

 

“ Brengsek..!” Sehun melawan. Kami kini bergulat satu sama lain. Kami seimbang. Tubuh kami sama besarnya. Hantaman demi hantaman kami dapatkan. Berapa banyak barang yang pecah tak bisa kuhitung. Dentingan suara gelas yang berserakan terdengar menggema.

 

“ Hentikan.. Hentikan! Kumohon.” Suara serak Luhan terdengar. Kami menatapnya bersamaan.

 

Sehun berdiri lebih dahulu. Tersenyum menyambutnya.

 

“ Kau sudah bangun yeobo?? Ah.. Kau terlihat pucat. Apa kau sakit?”

 

“ Kau.. Untuk apa kau kesini?”

 

“ Ada yang ingin kubicarakan. Berdua saja.”

 

“ Bicara saja disini.” Luhan terlihat terluka. Wajahnya tegang melihat Sehun.

 

“ Tapi tidak di dengar Kai-shi.” Sehun menunjukku.

 

Luhan menatapku memohon.

 

“ Kai-ah.. Terimakasih telah mengantarku. Maukah kau pulang sekarang?”

 

“ Ah. Tentu.. Aku pulang sekarang.” Aku berdiri merapikan kemejaku dan melangkah keluar di dampinginya.

 

“ Sebaiknya berhenti berhubungan dengannya Luhan-ah..”

 

“ Aku tahu Kai.”

 

“ Kalau begitu, jangan berbicara dengannya. Itu akan semakin menyakitimu, menyakiti hatimu,”

 

“ Aku tahu cintaku ini sangat sulit. Dan bersamanya terasa menyakitkan. Tapi.. aku tak bisa mengubah haluan hati ini. Tidak untuk saat ini,” Luhan tersenyum gusar.

 

“ Arraso. Semoga kau beruntung. Selamat malam, Aku mengecup keningnya dan melangkah menjauhi rumahnya.”

 

Luhan Pov’s

“ Kau mencintaiku bukan? Jadi tolonglah aku. Biarkan kami menempati rumah ini.”

 

Jika boleh kuputar kembali waktu. Aku takkan pernah memintanya menjadi milikku. Meminta malaikat maut hadir dalam hidupku. Berkecamuk antara dosa dan kesakitan.

 

Sehun memintaku meninggalkan rumahku. Bukankah hal ini tidak pantas? Kau masih memanggilku yeobo sementara aku kini kau usir?

 

“ Taeyeon tengah mengandung anakku dan aku akan bertanggung jawab. Untuk kumohon serahkan rumah ini. Anakku membutuhkan perlindungan. Kau mengertikan?? Anak orang yang kau cintai,” Sehun tersenyum. Ah.. senyum itu. Bukankah senyuman malaikat pencabut nyawa.

 

“ Bagaimana jika aku tak mau??” Aku tak mampu menatapnya. Sekedar mengalihkan pembicaraan.

 

“ Kalau begitu kita tinggal disini bersama. Bertiga. Ah.. Berempat maksudku. Tunggu sampai anakku. Lahir.” Sehun tersenyum puas.

 

“ Mengapa kau melakukan ini Sehun-shi?? Mengapa kau menyakitiku?? Mengapa kau permainkan hatiku?”

 

“ Kau sendiri yang membuat dirimu sakit. Dari awal kau tidak bertanya tentang statusku bukan? Kau hanya bertanya apakah aku mau menjadi pacarmu?? Dan aku memang senang bermain – main.”

 

Aku tersenyum pasrah. Dia benar. Oh Se Hun yang pandai berdalih.. Pintar sekali.

 

Flashback..

“ Cokelat itu.. Untukku kan??” Kai dengan wajah berseri – serinya tersenyum bangga.

 

“ Kau kan sudah kuberi tadi pagi. Yang ini untuk someone spesial..”

 

“ Ah.. Jinja?? Nugu???” Dengan senyum rahasia aku dan Kai menunggu dilorong sekolah. Memastikan dia lewat tepat dihadapan kami.

 

“ Sehun!!! Sehun!!! Terima cokelat kami.. Kyay.. Sehun! Tatap kami.. Sarangheyo!” Itu dia. Teriakkan fangirl-nya cukup membuatku yakin. Dia disana. Sebentar lagi datang.

 

“ Apa aku terlihat tampan??”

 

“ Tentu saja, always.” Kai mengacungkan ibu jarinya.

 

“ Sehun-shi..” Aku mencegat langkahnya. Berdiri persis di depannya.

 

“ Nde?”

 

“ Terimalah cokelatku.” Aku mengacungkan sekotak cokelat padanya. Menunduk malu tanpa berani menatapnya.

 

“ Baik. Bisa aku buka disini?” Dia menatapku penuh pesona. Sungguh.. tampan.

 

Aku mengangguk malu.

 

“ Sehun.. Would you be my boyfriend?” Sehun membaca pesanku. Lucu.. Aku malu sekali.

 

“ Ah.. Kau menembakku??”

 

“ Jika.. Jika kau tak keberatan.”

 

“ Kau yakin?”

 

Aku mengangguk sekali lagi.

 

“ Baik. Aku tidak keberatan. Mulai hari ini kita resmi berpacaran. Xi Lu Han. Saranghe.” Dia tersenyum. Mengecup pipiku lembut. Sedetik kemudian fangirl mengerumuni kami. berteriak histeris.

 

Waktu berjalan dengan cepat. Oh Se Hun. Idola sekolah yang sangat didambakan. Menjadi pacarnya memang sulit. Mengatur jadwal agar bisa bertemu dengannya. Menatapnya dikala kau sempat melihatnya. Dan kau juga harus mampu bersabar menghadapi teror dari para fangirlnya. Memang sulit. Tapi masa – masa itu berlalu cepat sampai kami lulus dari sekolah menengah atas. Kini kami memasuki perguruan tinggi dan kuakui Sehun banyak berubah. Dan perubahannya sulit untuk kuikuti.

 

Flashbackoff

 

“ Mulai besok, tempat ini menjadi milikmu,”

 


 

Kai Pov’s

Aku berlari secepat yang kumampu setelah tahu Luhan ada di depan rumahku. Dia di bawah derasnya hujan. Ah.. Hujan pun menangis mendengar kisahnya.

 

“ Annyeong,” Dalam tangisnya, dia tersenyum menyapa.

 

“ Masuklah. Mengapa kau kemari?” Aku membantunya. Sekaligus membawa kopernya yang besar.

 

“ Ah.. Mianhe merepotkanmu. Tapi..”

 

“ Nde?? Katakan saja. Ada apa?? Mengapa kau membawa koper??”

 

“ Bisa aku tinggal denganmu??”

 

Terimakasih. Hanya itu yang bisa kuungkapkan saat ini. Luhan tinggal bersamaku. Bukankah itu menyenangkan?

 

“ Ah.. tentu. Tapi, rumahmu??”

 

“ Kini ditempati Sehun.”

 

Bukankah itu sebuah tindakan bodoh?? Luhan.. Kau terlalu banyak berkorban. Aku mengangguk mengiyakan lalu membiarkannya tertidur. Aku yakin dia masih lelah. Entah apa yang terjadi. Pasti ada kisah baru yang kini digoreskan Sehun.

 

- Sorry But I -

 

“ Luhan.. Kau masak banyak sekali.. Hahaha. Apa yang ingin dirayakan?” Mataku masih separuh terbuka mendapati dia sudah rapi di dapur dengan beberapa kotak bekal. Gimbap dan bulgogi telah tertata rapi disana.

 

“ Dirayakan?? Hmm, kau kenal Taeyeon??”

 

“ Sunbae kita yang cantik tapi centil itu??”

 

“ Nde.. Kau benar hehehe.. Kita merayakan kehamilannya.”

 

“ Hah??? Jinja?? Dia tengah mengandung? Siapa suaminya?? Kudengar dia masih single.”

 

“ Suaminya.” Luhan berhenti memegang gimbap-nya. Gerakannya melambat.

 

“ Suaminya.. Oh Se Hun.”

 

“ Oh.. OMO?!”

 

“ Nde.. Anak itu akan menjadi anak Sehun. Mungkin jika namja akan sama tampannya.”

 

“ Lalu apa yang kau buat sekarang? Turut hadir dalam kebahagiaan mereka?? Mereka bahkan mencampakkanmu!”

 

“ Yang kudengar Taeyeon itu tidak pandai memasak. Bukankah dia harus menjaga kesehatannya. Terlebih ada bayi di dalam perutnya.”

 

“ Kau?!” Aku menarik tubuhnya. Membiarkanku menatapnya marah. Sungguh.. Hati yang sudah tersakiti ini.. Mengapa masih sibuk peduli??

 

“ Ada apa??”

 

“ Kau sudah gila heh?”

 

Awalnya dia tersenyum. Sampai linangan kristal itu hadir..

 

“ Biarkan saja aku.. Aku masih mencintainya.. Setiap malam, setiap hari setiap waktu, hanya wajahnya yang mampu kuingat. Bahkan jika dia terus menerus menyakitiku. Aku belum bisa melupakannya.”

 

“ Lupakan dia…”

 

“ Mianhe.. Kai..”

 

“ Tidak.. Kau harus melupakannya. Dan berjalanlah bersamaku.”

 

“ …” Luhan membisu. Menatapku bingung.

 

“ Setiap malam, setiap hari setiap waktu, hanya wajahnya yang mampu kau ingat. Biarkan aku menggantikan wajah itu. Biarkan setiap malam, setiap hari dan waktumu aku yang mengisi. Biarkan aku menggantikannya.”

 

“ Kai-ah…”

 

 

~~~""~~~

 

 

Yoohoo...

A World of Bocah...

Hohohohohoho...

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Funny95
#1
Chapter 1: huhuhu..so sad..huhuhuhu..biarkan kailu bersatu dong..huhuhu..daebakk!
clairenoona_887 #2
Chapter 1: TBC crtanyaa?? O.O
lanjutt thor-nim.. biar kailu bersatu..!!
keep writing! fighting ^^