The Last Song

The Last Song

 

 

 

 

Chanyeol masih terpaku di jendela kamarnya, matanya mengamati butir-butir salju yang turun dari langit dan tertiup angin musim dingin. Ia mengulurkan tangan kanannya menadahkan butir-butir lembut salju yang turun, sekali bergidik karena dinginnya. Menarik kembali tangannya yang hampir beku, udara lumayan dingin pagi ini. Chanyeol tidak pakai sarung tangan warna biru kesukaannya saat menyentuh butir-butir salju.

Ia bangkit, mengambil gitar kesayangannya yang tergeletak di atas tumpukan tugas-tugas kuliahnya. Jemarinya memetik lembut senar gitar, menutup kedua matanya merasakan setiap alunan gitar di tangannya. Otaknya kembali berputar ke masa lalu, mengingat setiap gambar-gambar lama yang terekam sebagai sebuah kenangan indah untuknya, kenangan yang selalu membuat hatinya perih dan terluka, kenangan yang membuatnya harus menahan sesak akan jeratan sosok masa lalu itu.

Waktu terus berputar, membuat semua gambar-gambar itu semakin menjadi luka lama untuknya. Jika saja Tao benar-benar punya kekuatan time control-nya, Chanyeol rela menjual seluruh hartanya untuk membayar jasa Tao. Tapi sayangnya, Tao benar-benar tidak bisa memutar waktu kembali

Chanyeol ingat, hari itu—awal musim gugur—senyuman itu begitu menyesakkan hatinya, menyuntikkan ribuan liter kebahagian dalam aliran darahnya. Senyuman dari bibir gadis itu, tawa renyahnya, suara riangnya, Chanyeol merasa bahagia disampingnya.

Ia tersadar dari lamunan masa lalunya, meraih ponselnya di atas meja, membuka sebuah rekaman lagu yang sangat ia ingat, itu permainan gitarnya. Chanyeol kembali merasakan sesak di dadanya, bersarang seperti sebuah peluru yang membuat luka terbuka disana. Suara gadis itu, suara renyahnya, menyanyi mengikuti alunan gitar yang dimainkannya.

Kelopak matanya menutup perlahan, Chanyeol seperti terdesedot kembali ke waktu itu, dimana ada seorang gadis duduk di atas ranjangnya memainkan ujung rambut Chanyeol yang berwarna kecoklatan, sementara Chanyeol terus mencercau tak jelas, membuat gadis itu sesekali tertawa.

“Berhenti mencercau.” Sambil tertawa gadis itu membekap mulut Chanyeol yang masih bergerak-gerak menggelitik telapak tangannya.

Secara tiba-tiba Chanyeol bangkit, meraih gitar yang tersandar di tepi ranjangnya, “Sayang, ayo nyanyikan sebuah lagu.” Chanyeol sudah siap dengan gitar di tangannya.

Gadis itu perlahan bangkit, “Hmm, kita rekam saja, bagaimana?”

Chanyeol memutar bola matanya, “Ide bagus, ayo keluarkan ponselmu.”

Gadis itu mengeluarkan ponsel dari saku celananya kemudian menggigit bibir bawahnya, “Sayang, sepertinya ponselku lowbat.” Ucapnya sambil menunjukkan layar gelap di ponselnya.

“Pakai ponselku saja.” Chanyeol mengerluarkan ponselnya.

 

Chanyeol bisa melihat dengan jelas gambaran masa lalu sepasang kekasih yang menyanyi bersama di tengah alunan gitar yang di petik, begitu indah. Ya, indah untuk saat itu. Untuk saat ini, lagu itu mampu menyayat hatinya, meremukkan jantungnya.

Lagu itu masih mengalun, menyisakan sesak dan luka terbuka di jantungnya. Kini gadis itu hilang,—tidak, gadis itu pergi. Chanyeol yang mengusirnya, Chanyeol yang membuat separuh hidupnya pergi. Sebutir air mata meluncur dari sudut matanya.

Chanyeol merasa semuanya adil, ia membiarkan semua luka itu merongong hatinya, menciptakan rasa perih setiap harinya, ia biarkan dirinya tersiksa. Cinta di hatinya tak pernah padam, jiwanya selalu memanggil gadis itu, jiwanya selalu ingin menyatu dengan gadis itu, namun, semuanya sudah berakhir.

 

“Aku mecintaimu...” lirihnya.

 

Sayang itu selalu ada, cinta itu selalu ada, nama itu selalu ada di hatinya. Hanya saja, ketika semuanya tak sejalan, ketika gadis itu dan ia harus memilih jalannya masing-masing, mereka harus berpisah di persimpangan dan berharap semoga saja persimpangan ini akan berujung pada satu jalan.

 

Terima kasih untuk lagu terakhir, dan ketika tanganmu tak lagi bisa menghangatkan tanganku di tengah udara dingin musim dingin, kuanggap sepasang sarung tangan biru ini sebagai perwakilannya. Terima kasih..

 

END

 

a/n: Gimana? Dapet feel-nya? Author sih dapet banget hahahaha :D

Jujur, I must write this fanfics, i must!

Fics ini mungkin berarti banget buat seseorang disana, atau seseorang dari salah satu readers-ku. (Apasih?)

Oke, fanfics ini positif masuk ke daftar fics gak jelas dan fics yang bisa dibilang ditulisnya berpatokan dengan aku-lagi-pengen-nulis-yang-kayak-gini.

Haaahh /mengela nafas/ Maafkan aku membuat Chan menggalau disini, aku udah ijin kok sama orangnya. /plaakk/

Segitu aja sih author notenya, lagi rada-rada nih otaknya.

Comment are available now! Thanks for reading :D

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
cit___
#1
Chapter 1: Dapet kok feel-nya..
Oiya pas aku lagi baca ini entah kenapa di otakku terputar mv miracle in december-nya exo sama you don't know love-nya k.will kk
ybaby95
#2
Chapter 1: Dapet banget kok feelnya...
Thor, lo bikin gue galau dadakan nih :'(
cbs_Key #3
Chapter 1: waahh pas baca story'nya jdi inget yeol di you don't know love'ny k.will..
*yeollie mnangis ria~~ T_T*

itu breaknya knp?
*gag tega,,hiks*

eeehh dpet lagi crita keren dr author ^^
*alamat bkal jadi bias ff yg d kluarin author niii ,,hehe*
yeollieka #4
Chapter 1: Thor, ane seketika galau abis baca ini :'( Nusuk banget :'(
Oya, mereka putus ya? Yg mutusin siapa? Chanyeol? Atau gimana? Maaf ane reader kepo-_____-
Mayiie-lay06
#5
I'm so excited to read this!