2.

Snowman [Miracles In December]

Di musim gugur, ketika daun-daun berubah warna, menjadi kering dan lemah maka ia akan jatuh berhamburan terbawa angin tanpa tahu tujuannya, hanya mengikuti angin yang berhembus dingin dan menerima takdirnya akan jatuh di mana.

 

Seperti selembar daun kering yang terayun di rantingnya, hanya menunggu waktu dimana ia akan benar-benar lepas dan terbawa angin untuk jatuh, begitulah Junmyeon saat ini.

 

Ia ingin berontak pada hidupnya namun ia berhenti dan menyerah untuk itu, karena ia tahu itu hanya akan menjadi sia-sia.

 

Seperti saat ini, melihat Kris bermain bersama Junmi di taman bermain dekat rumah mereka, melihat keduanya tertawa bersama dan saling meledek, membuat Junmyeon tersenyum lemah sembari berharap waktu akan berhenti di detik itu juga, membuatnya terperangkap dalam kebahagiaan kecil dan lari dari ketakutan yang menghantui harinya.

 

Ketakutan akan kehilangan semua memori ini, kehilangan orang-orang yang dicintainya, dan ketakutan akan terlupakan begitu saja seperti daun kering di bawah kakinya.

 

 

 

“Oppa.....”

 

 

Junmi berlari kecil ke arah Junmyeon yang sedari tadi terduduk di kursi taman sembari tangannya menggenngam erat sesuatu di dadanya.

 

Gadis itu terjatuh di lutut Junmyeon dan Junmyeonpun menangkapnya dengan sigap lalu mendudukannya di pangkuannya, membuat sebuah senyum lebar di wajah gadis itu semakin melebar.

 

 

“Apa?, kenapa berlari? Kalau kau jatuh bagaimana heung?”

“oppa....lihat aku baru saja memetik bunga di sana, lihatlah.. cantik bukan?”

 

 

Junmyeon melihat bunga mungil berwarna kuning cerah di tangan Junmi, dan melihat gadis kecil itu terlihat begitu sumringah, maka tak ada yang bisa Junmyeon lakukan selain tersenyum dan mengelus rambut lembut Junmi dengan penuh sayang.

 

 

“Ini sudah pertengahan musim gugur, ajaib bukan menemukan bunga kecil itu bertahan diantara semak liar?”

 

 

Junmyeon mengalihkan pandangannya dari Junmi yang masih bermain dengan bunga mungil di tangannya, dan mendongak untuk melihat Kris yang tersenyum lembut padanya.

 

Padangan Junmyeon tak beralih bahkan ketika Pemuda China itu kini duduk di sampingnya dan terus tersenyum lembut padanya.

 

 

“Keajaiban selalu ada bagi mereka yang percaya pada harapan, benarkan”Ujar Kris

 

 

Junmyeon terdiam, senyum di wajahnya mulai pudar dan matanya kini terasa perih oleh air mata yang tertahan di sudut matanya, yang tak mampu ia tumpahkan begitu saja di hadapan Junmi, yang akan hanya berakhir dengan pertanyaan tanpa pernah mampu Junmyeon jawab untuk gadis kecil itu.

 

Dan ditengah itu semua, sebuah kehangatan menjalari benaknya, ketika sentuhan hangat tangan Kris menggenggam erat tangannya, hingga sebuah senyum kecil kembali terpampang di wajah pucatnya.

 

Benar apa yang diucapkan Kris, bahwa selalu ada keajaiban bagi mereka yang penuh harapan.

 

Dan Junmyeon tak akan pernah berhenti berharap.

 

Ia tak akan pernah berhenti berharap akan kebahagiaan orang-orang di sekitarnya,

 

Yang ia sayangi

 

Dan tak akan melupakannya.

 

 

#

 

 

 

Kelas di musim gugur selalu penuh kesibukan mengingat ujian akan segera berlangsung, dan mereka yang telah berada di tingkat akhir semakin terbebani dengan Ujian masuk perguruan tinggi, begitupun Junmyeon yang mulai banyak menyibukan dirinya dengan tumpukan buku sains di mejanya, bahkan ketika waktu menunjukkan jam makan siang, Junmyeon akan terlihat di salah satu sudut perpustakaan dengan kedua bola matanya bergerak seirama mengikuti tiap kalimat-kalimat yang tertulis di buku yang ia genggam.

 

Berbeda dengan semua itu, Kris biasanya akan berada di tempat yang sama hanya saja buku itu hanya akan berakhir menjadi alas kepalanya atau jika kau beruntung kau bisa melihatnya terduduk dengan buku menutupi wajahnya yang terlelap, setidaknya itu berarti ia telah membaca beberapa baris kalimat di buku itu.

 

Tapi hari ini berbeda karena Kris sedang tak ada di perpustakaan sekolahnya untuk tidur atau membaca beberapa buku komik yang membosankan.

 

Kris memang berada di sebuah perpustakaan kali ini, namun bukan perpustakaan Seungri High School, melainkan Perpustakaan Saint Victory High School tempat seharusnya ia bisa melihat Junmyeon di salah satu sudut ruang itu, namun sejauh ini ia belum melihatnya.

 

Ia masih dengan seragamnya yang membuatnya nampak berbeda dengan yang lain, dan menjadi pusat perhatian seluruh ruangan terutama para gadis yang melihat dirinya dan dua orang dibelakangnya, yakni Sehun dan Kai yang berjalan dengan ragu-ragu di belakangnya.

 

 

“Hyung-nim, apakah tidak bahaya jika kita melakukan ini?”Ujar Sehun ragu, sembari terus mengikuti langkah Kris yang masih mencari-cari Junmyeon

 

“Tenanglah... aku sudah sering melakukan ini”Jawab Kris tanpa sedikitpun menoleh pada Sehun dan Kai

 

“Hyung.. bukankah itu dia?”

 

 

Kris menoleh pada Kai yang menunjuk pada salah satu sudut perpustakaan, dan terlihat olehnya seorang pemuda berwajah pucat terduduk di sana dengan beberapa tumpukan buku dan tangan kanannya tak berhenti menuliskan kata-kata di buku catatannya.

 

Kris tersenyum melihat pemuda itu, dan tanpa mengatakan apapun ia berjalan ke arah pemuda itu dengan diikuti Kai dan Sehun di belakang punggungnya.

 

 

 

“Berhenti!, kalian bukan dari sekolah ini!”Gertak seorang gadis pada tiga orang penyusup itu

 

 

Sementara dua orang di belakangnya nampak kebingungan dan takut kalau-kalau mereka akan di seret ke ruang guru dan mendapat hukuman, Kris hanya memandang datar pada gadis itu, dan kembali berjalan begitu saja melewatinya.

 

Diluar dugaan, gadis itu ternyata pantang menyerah dan kembali dengan gusar ia merentangkan kedua tangannya dan menghalangi langkah Kris.

 

Kini semua orang memperhatikan ke empat orang itu,  terutama Kris dan Krystal yang kini saling menatap tajam satu sama lain.

 

“Kau... dari Seungri High School kan? Bagaimana kau bisa di sini?”Tanya Krystal dingin

 

“Aku tidak ada urusan denganmu, jadi menyingkirlah!, dan benar kami dari Seungri HS, Sekolah yang memiliki arti yang sama dengan sekolah ini, jadi..... kau dan aku tak ada bedanya kan?, sekarang minggirlah!”Ujar Kris yang kali ini membungkuk dan menatap langsung ke mata Krystal membuat wajah gadis itu memerah

 

Dan belum sempat Krystal menyadari semuanya, Kris kini kembali berjalan menuju kursi di mana Junmyeon masih terduduk dan terus serius membaca tanpa peduli pada keributan yang baru saja terjadi.

 

Kris menepuk punggung Junmyeon, membuat pemuda itu kini menoleh padanya dengan wajah bingung dan nampak jelas jika ia terkejut melihat sahabatnya itu berada di perpustakaan sekolahnya, dan ia tak sendiri, ada Kai dan Sehun bersamanya.

 

 

“Kris?, bagaimana....?”

 

 

Belum sempat Junmyeon melanjutkan kalimatnya, Kris dengan senyum manisnya kini tengah menyodorkan sebuah kotak kayu dengan hiasan pita merah di atasnya, pada Junmyeon yang kini mengerutkan dahinya.

 

 

“Untukku?”

 

 

Kris tak menjawabnya dan hanya mengangguk pelan, dan dengan ragu Junmyeon pun mengambil kotak itu dan membukanya untuk melihat sebuah gelang perak dengan hiasan manusia salju dari kayu yang menggantung di kaitnya.

 

 

“Hari ini aku mengikuti kelas seni, dan mereka membiarkan kami membuat prakarya untuk sahabat kami, dan aku membuat itu untukmu, kau suka?”

 

 

Mata Junmyeon kini kembali memperhatikan hiasan manusia salju di gelang itu, dan dia dapat melihat beberapa goresan kecil di sana serta pahatan yang tak rata, namun....

 

Meskipun jauh dari kata sempurna, hiasan manusia salju buatan tangan sahabatnya, adalah hadiah terbaik yang pernah ia miliki.

 

 

“Hyung-nim...  bahkan jarinya berdarah ketika membuat itu”Ujar Sehun pada Junmyeon

 

 

Dan benar saja, Junmyeon bisa melihat jari tangan kanan Kris yang kini terbalut perban putih.

 

Junmyeon mendongak pada Kris dengan tatapan khawatir, namun senyum lembut serta ucapan “Aku baik-baik saja” dari Kris membuatnya kembali tersenyum kecil.

 

 

“Dengan begini kau bisa membuat banyak harapan tanpa harus menunggu salju pertama turun, karena manusia salju buatanku pun menyimpan keajaiban yang sama, jadi... berjanjilah untuk menjaganya”

 

 

Junmyeon menganngguk pelan mendengar ucapan Kris, dan dengan itu kembali ia rasakan tangan hangat Kris yang mengelus lembut rambutnya.

 

 

“Yah... kenapa kau tak memberikannya di rumah saja?, kau bisa mendapat masalah jika kau ketahuan menyusup di sini”Ujar Junmyeon memperingatkan

 

“Yah... aku hanya ingin melihatmu di sekolah, berada di tempat yang sama di sekolah, dan melihatmu serius membaca tiap halaman buku, apa kau tak mengerti.. aku merindukanmu di sekolah, dasar kau ini!”

 

 

Junmyeon tertawa kecil mendengar celotehan Kris, dan ia pun kini memahami jika tak hanya dirinya yang merindukan masa-masa sekolah bersama, namun juga Kris yang selama ini selalu terlihat acuh dan dingin pun memiliki kerinduan yang sama akan memori masa lalu mereka.

 

Setidaknya akan ada satu orang yang mengingat seorang Kim Junmyeon yang selalu menghabiskan waktunya di perpustakaan ketika jam makan siang hanya untuk belajar.

 

 

Dan orang itu adalah sahabatnya, Kris

 

 

#

 

 

Sore itu hujan turun deras, Kris yang baru saja pulang dari bekerja paruh waktu, langsung memarkirkan sepedanya di samping pintu dan dengan buru-buru ia pun masuk ke dalam rumah.

 

Rambut pirangnya basah, dan titik air jatuh dari sana membasahi wajahnya, sementara sekujur tubuhnya hampir basah kuyup.

 

Setelah melepas kedua sepatunya yang juga telah basah, dengan berlari ia pun segera masuk ke dalam kamarnya  untuk berganti pakaian, dan sedikit mengejutkan ketika tak di lihatnya wajah Junmyeon di sana.

 

Biasanya pemuda itu akan berada di kursi meja belajarnya sembari membaca kembali materi pelajarannya dengan wajah serius yang terlihat lucu di mata Kris.

 

Namun ia tak ada di manapun di ruangan itu.

 

 

‘mungkin ia sedang pergi ke toko, pikir Kris berusaha menghilangkan rasa khawatir yang entah mengapa kini hinggap di benaknya

 

 

Terdengar derap langkah berjalan mendekati kamar mereka, dan Kris yang kini tengah berganti pakaian merasa sedikit tenang karena ia yakin jika itu adalah Junmyeon.

 

Namun betapa terkejutnya ia ketika melihat Yoona yang dengan mata memerah dan tubuh basah kuyup kini berdiri di ambang pintu dengan tubuh gemetar.

 

 

“Noona... apa yang terjadi?”Tanya Kris sedikit ketakutan

 

 

Yoona tak sempat menjawabnya, kakinya bahkan terasa terlalu lemah untuk menopang tubuhnya yang menggigil dan gemetar, dan ia pun kini jatuh di lantai yang dingin dan terisak di sana.

 

 

“Noona...”

 

 

Kris yang segera berlari untuk membantu gadis itu kembali berdiri itupun kini nampak semakin bingung, dan terlihat jelas di wajahnya jika ia tengah ketakutan akan sebuah firasat buruk yang tiba-tiab muncul di pikirannya.

 

 

“Junmyeon... dia belum pulang dari sekolahnya, hari sudah petang dan ia masih belum juga pulang, di luar hujan deras... aku mencarinya dimanapun tak ada, Kris... ku mohon, cari dia... bawa dia pulang.. aku takut.... aku takut.. jika Junmyeon semakin pergi jauh.”Ujar Yoona dengan terisak di pelukan Kris.

 

 

Petir menyambar dengan terangnya di luar sana, diiringi bunyi gemuruh yang memekakan telinga, serta derasnya hujan yang mengguyur jalanan sepi hari itu memang begitu kacau, namun tak lebih kacau dari perasaan Kris malam itu.

 

Setelah menenangkan Yoona, dan meyakinkan semua akan baik-baik saja, ia pun segera keluar dari rumah itu meninggalkan Yoona yang masih terisak di kamarnya dan memastikan Junmi tak mendengar apapun dengan menyuruh gadis itu memakai headset miliknya dan membiarkannya mendengar lagu idol kesukaannya.

 

Setelah memastikan semuanya, ia pun mengayuh sepedanya secepat mungkin, menembus hujan deras yang dingin hingga menusuk dagingnya. Jalanan yang licin pun tak menyurutkan tekadnya untuk tetap mencari Junmyeon.

 

Ia bahkan tak peduli pada tubuhnya yang berkali-kali terjerembab di aspal yang licin, hingga lengannya tergores dan berdarah, ia tetap mengayuh sepedanya cepat, berhenti di beberapa tempat dan menanyakan pada orang-orang yang ia kenal, berharap mereka melihat Junmyeon di suatu tempat.

 

Namun nihil,  selain gelengan dan ucapan tak tahu, tak ada satupun tanda dan petunjuk yang ia dapat tentang keberadaan Junmyeon.

 

Di tengah kacaunya cuaca malam itu, ia bisa merasakan air matanya yang hangat bercampur dengan air hujan yang dingin mengalir membasahi pipi pucatnya.

 

 

“Junmyeon-ah.... Junmyeon-ah!”

 

 

Kris terus berteriak di tengah jalanan sepi, di setiap gang dan di setiap lorong, berharap Junmyeon akan menjawab pangilannya dan berlari kepadanya. Berharap sahabatnya itu akan muncul di hadapannya dan tersenyum padanya di tengah hujan.

 

Dengan nafas terengah dan tubuh yang mulai menggiil, Kris menghentikan sepedanya di taman bermain tempat mereka biasa bermain, dan dilihatnya sosok Junmyeon yang berjongkok di tengah hujan sembari terus membongkar semak-semak liar di sana, seolah tengah mencari sesuatu.

 

Mata Kris terbelalak menyaksikan itu semua, dan segera setelah memastikan bahwa yan dilihatnya memanglah Kim Junmyeon sahabatnya, ia pun segera turun dari sepedanya dan membiarkan begitu saja sepeda itu jatuh dengan bunyi ‘Gubark’ yang keras.

 

Ia berlari ke arah Junmyeon yang masih tak menyadari kedatangannya, dan dengan sekali hentak ia memeluk tubuh sahabatnya itu, yang kini nampak terkejut.

 

 

“Kris....”

 

“Bodoh!, apa yang kau lakukan di sini?, Kami semua mengkhawatirkanmu!” Teriak Kris Gusar, namun juga merasa lega karena telah menemukan Junmyeon.

 

“Kris... aku mencari ini, tadi siang aku menjatuhkannya, dan lihatlah... aku menemukannya”Ujar Junmyeon yang kini melepaskan pelukan Kris dan memperlihatkan Hiasan manusia salju yang kini terlihat kotor terkena noda tanah.

 

“Bodoh!, kenapa kau melakukan itu?, kau bisa membiarkannya hilang begitu saja dan aku akan membuatkan satu lagi, atau aku akan membuat ratusan yang sama dengan itu untukmu, apa kau bodoh?!”

 

 

Kris berteriak di tengah deru hujan yang deras, dan di tengah kegelapan itu Junmyeon bisa mendengar emosi di tiap ucapan Kris, namun ia gagal mndengar ketakutan di dalamnya, dan itu membuat air matanya yang sedari dulu selalu ia tahan kini meluap begitu saja.

 

 

“maafkan aku... aku hanya.... aaarrgggghhh!”

 

 

Belum sempat ia melanjutkan kalimatnya, rasa sakit menjalar di bawah tempurung kepalanya, sebuah rasa sakit yang tak biasa dan ini bukan lah rasa pusing yang biasa ia dapat semenjak ia memiliki penyakit itu.

 

Rasa sakitnya begitu menusuk, hingga Junmyeon tak lagi kuat menahannya, dan tubuhnya jatuh begitu saja di tanah, dan di tengah kesadarannya yang hampir menghilang, samar-samar pandangannya yang mulai kabur melihat Kris yang kini menopang tubuhnya di pangkuannya, samar-samar ia mendengar detak jantung Kris yang berdegup kencang, begitu kontras dengan denyut nadinya yang mulai melemah.

 

 

“Junmyeon-ah... Junmyeon-ah... bangunlah!”

 

 

Junmyeon mendengar panggilan itu, namun entah bagaimana mulutnya tak dapat bergerak, bibirnya telah membeku dan setiap kata yang keluar tertahan di tenggorokannya.

 

Ketakutan yang menyelimuti malam itu, tak hanya milik Kris yang kini membopong tubuh lemah Junmyeon dan membawanya berlari di tengah hujan deras yang mengguyur kota Seoul di tengah musim gugur itu.

 

Di tengah ketakutan yang menyelimuti malam itu, ada sebuah doa yang terpanjat murni seperti cahaya.

 

 

“Tuhan... biarkan melihat wajahnya, jika memang ini yang terakhir... biarkan aku melihat wajahnya”

 

“Bertahanlah, Junmyeon-ah.... kau akan baik-baik saja, aku berjanji”

 

Setiap manusia berhak untuk memiliki harapan, dan di tengah kekacauan cuaca malam itu, di tengah kekalutan yang menyelimuti malam itu, di tengah petir yang menyambar dan bunyi guruh yang menggelegar serta malam yang dingin yang penuh ketidakpastian, ada sebuah bisikan doa dan harapan.

 

Doa dan harapan bagi mereka yang tersudut oleh takdir yang penuh ketidakpastian dan selalu membawa kejutan bagi mereka yang memiliki harapan akan sedikitnya peluang yang mereka miliki.

 

Hidup adalah tentang ketidakpastian, dan itu membuatmu memiliki banyak peluang, karenanya... jangan pernah berhenti berharap, karena keajaiban selalu ada bagi mereka yang tak pernah berhenti berharap dan berdoa.

 

 

TBC

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
ephemeral24
2437 streak #1
Chapter 3: sad but beautiful
what Kris and Jun had was precious
paparnmyeon_ #2
Chapter 3: kyaaaa joonmyeonnya meninggallll
XiaoHen #3
Chapter 3: i cant explain but it so amazing story daebaakkk
Syxo67 #4
Chapter 3: Mengharu biru :`(
SitiNurAzizah #5
Chapter 3: hoaaaaaaa. makin sesek di part terakhir.

tak rela tak rela jumyeon oppa meninggal.
SitiNurAzizah #6
Chapter 2: huhuhu. jumyeon oppaaaaaaaaa-- hiks hiks
SitiNurAzizah #7
Chapter 1: jumyeon sakit apa ???
yg denger percakapan jumyeon-yoona, kris ya ??!!!
guylian #8
Chapter 3: ;;;;;;;;;;;; T-T hiks......
ryuukiangel #9
Chapter 3: Joonmyeon hiks,,
meski udah tau bakal gini akhirnya tetep aja tetep aja sedih T-T author berhasil mainin emosi aku, keren. Two thumbs up. Hope you create another krisho's story coz i am realy love them :))