1.

Snowman [Miracles In December]

Junmyeon sekarat, dokter mengatakan di otaknya tumbuh tumor ganas yang siap membunuhnya kapanpun. Sejauh ini ia hanya memiliki waktu hingga awal musim dingin.

 

Junmyeon tersenyum mengingat perkataan dokter itu, kontras dengan tangisan Yoona kakaknya dan mata adiknya Junmi yang dipenuhi dengan pertanyaan yang tak pernah dapat keluar dari bibir mungilnya.

 

 

“Oppa.. kenapa tersenyum?, apa itu artinya oppa tidak sakit?, oppa tidak akan pergi seperti umma kan?, oppa... katakan pada Junmi.. kenapa Eonni menangis?!”

 

 

Junmyeon menunduk untuk mendengarkan rengekan Junmi, kedua tangannya mengangkat tubuh mungil itu dan meletakkannya di pangkuan.

 

Kedua mata mungil gadis itu berkaca-kaca dan siap memuntahkan tangisannya, namun dengan sentuhan lembut dan sebuah senyum di wajah Junmyeon, tangis itu di singkirkannya dari sudut mata Junmi.

 

 

 

“Junmi-ah, apa kau percaya keajaiban?”Tanya Junmyeon lembut, dan dibalas dengan anggukan kecil dari Junmi yang kini menghapus kasar tangisnya sendiri.

 

“Oppa..... juga percaya pada keajaiban, dan hingga keajaiban itu muncul, hanya ada harapan di hati Oppa, jadi Junmi-ah... jangan pernah berhenti berharap”

.

.

.

.

.

“Aku harap aku masih bisa melihatnya hingga salju pertama muncul, jika hari itu datang, maka itu adalah keajaiban bagiku, sebuah keajaiban yang luar biasa”

 

 

 

Junmi mendongakkan kepalanya dari balik pelukan Junmyeon, mata kecilnya menemukan setitik air di sudut mata Junmyeon,

 

meski usianya baru 4 tahun dan dunia masih terlalu baru baginya, ia selalu tahu di balik senyum Junmyeon ada setetes air mata yang ia tahan di sudut matanya.

 

 

 

#

 

 

 

Pagi itu Kris terbangun dengan Junmyeon duduk bersila di sampingnya menyapanya dengan sebuah senyum manis yang telihat konyol bagi Kris. entah sedari kapan sahabatnya itu melihatnya terlelap, namun melihat jam di meja belajar Junmyeon, dan bagaimana penampilan Junmyeon yang telah rapi dengan seragam sekolahnya,  Kris tahu ia sudah sangat terlambat masuk sekolah hari ini.

 

Dan terimakasih untuk Junmyeon yang entah dengan alasan apa, tak membangunkannya hingga ia kini harus bergulat dengan waktu yang bahkan terlalu sia-sia untuk dikejarnya, karena meski ia tak mandi pagi ini, dan sebuah roti menyumpal mulutnya untuk mempersingkat waktu.

 

Waktu terlalu cepat berlalu untuknya pagi itu.

 

 

 

Sesuatu yang disesalkan pula oleh Junmyeon.

 

 

“Yah!, kenapa kau tak membangunkanku?!”Ujar Kris kesal, sembari berlari menyusuri jalanan yang mulai lengang pagi itu.

 

“Kau terlihat lelah setelah semalaman bekerja, aku pikir akan lebih baik jika membiarkanmu beristirahat lebih lama, Mian~”Ujar Junmyeon dengan mengikuti Kris di belakangnya berusaha untuk tak kehilangan jarak, meski kenyataanya ia tak pernah bisa menyusul langkah Kris

 

 

Dan di sinilah Junmyeon, langkahnya terhenti dan nafasnya memburu cepat. Ia terengah dan tenaganya tak lagi kuat bahkan hanya untuknya melangkah.

 

Kris yang tak lagi mendengar deru nafas Junmyeon yang memburu di belakang punggungnya pun membalikkan tubuhnya, dan menemukan Junmyeon yang kini menyandarkan tubuhnya di sisi jalan, dengan tubuh membungkuk dan kedua tangannya mencengkeram lututnya untuk menopang.

 

 

“Naiklah”Ujar Kris yang kini berjongkok membelakangi Junmyeon

 

 

Dan tak butuh sebuah jawaban dari Junmyeon, segurat senyum kini menghiasi wajah Kris ketika dirasakannya nafas Junmyeon menggelitik di lehernya

 

 

 

“Jika kau sudah terbangun, lalu mengapa kau tak berangkat sendiri heung?, untuk apa kau menungguku seperti orang bodoh”Ujar Kris berpura-pura kesal

.

.

.

“aku... hanya ingin berjalan ke sekolah bersamamu, aku ingin kau mengantarku hingga ke pintu gerbang sekolahku dan melambaikan tanganmu, dengan begitu... aku tak akan merasa sendirian di sekolah”

 

 

Kris hanya tersenyum mendengar perkataan Junmyeon, tak ada sedikitpun curiga di hatinya.

Mungkin Junmyeon terlalu sering menonton drama akhir-akhir ini, pikir Kris

Tapi Kris lupa pada satu hal penting.

 

Bukankah kehidupan itu sendiri sebuah drama?, Drama yang bahkan tak kau ketahui akhirnya dan bagaimana Tuhan sebagai sutradara mengaturnya.

 

Langkah Kris terhenti di gerbang sekolah Saint Victory High School, sekolah Junmyeon. Kris sendiri bersekolah di Seungri High School.

 

Junmyeon dan Kris telah memulai semuanya bersama sebagai sahabat adalah ketika Kris datang sebagai siswa baru di Sekolah Dasar Junmyeon, dan sejak itu mereka selalu bersama, baik di sekolah maupun di luar sekolah.

 

Dan bahkan ketika orang tua Kris harus kembali ke Kanada, Kris lebih memilih untuk tinggal di Korea bersama Junmyeon dan saudara-sadaranya.

 

Namun dua tahun lalu, mereka memutuskan memilih sekolah yang berbeda, mengingat kemampuan Kris, ia hanya di terima di Sekolah biasa, sementara Junmyeon berhasil masuk sekolah Internasional dengan beasiswa.

 

Bagi Kris ini tak apa, toh mereka masih bisa bertemu di luar sekolah, ataupun di rumah.

 

 

“Kris... gerbangnya sudah di tutup”Ujar Junmyeon tepat di telinga Kris, mengingat ia masih di gendongan Kris saat ini.

 

“Junmyeon-ah, apa kau bisa memanjat?”Tanya Kris, yang di jawab dengan gelengan Junmyeon yang terlihat sedikit terkejut mendengar pertanyaannya

 

“Aaaarrrggghh, bagaimana ini?, kau bisa mendapat detensi besok, apa kau tak bisa meminta pada petugas keamanan untuk membukanya?”Tanya Kris yang mulai frustasi, dan sekali lagi ia mendapatkan gelengan kepala Junmyeon

 

“mian, karenaku juga kau akan terlambat”

 

“Yah.... aku masih bisa memanjat pagar sekolahku, dan berkat kau aku belum pernah melakukan pelanggaran semester ini, aku tidak akan apa-apa jika aku tak berangkat hari ini”Jelas Kris sembari kini tersenyum pada Junmyeon, berharap sahabatnya itu tak mengkhawatirkannya

.

.

.

.

“Kris... bagaimana kalau ita membolos saja?”Ujar Junmyeon pelan di telinga Kris, membuat Kris terbelalak tak percaya dengan apa yang di dengarnya

 

 

Namun meski Kris tak percaya, dan ia ragu dengan apa yang ditawarkan Junmyeon, toh hari itu keduanya tak berangkat sekolah dan menghabiskan waktu mereka dengan bermain di arcade, sesuatu yang terlampau jarang Junmyeon lakukan mengingat dirinya yang kini sudah di tingkat akhir.

 

Ketika kau tahu waktu yang kau miliki begitu sempit, maka kau akan lebih menghargai setiap detik yang kau miliki dalam hidupmu.

 

Junmyeon terlalu memahami itu, dan yang ia butuhkan sekarang adalah sebuah kebahagian kecil dan sahabatnya, yang akan merubah kebahagiaan kecil itu menjadi memori indah yang akan ia bawa ketika kematian menjemputnya.

 

 

#

 

 

Beberapa hari lagi musim panas akan datang, ada banyak hal yang tak Junmyeon sukai ketika musim panas datang.

 

Ujian sekolah sebelum musim panas, dan kenyataan bahwa ketika libur panjang Junmyeon akan terlewati tanpa Kris bersamanya kerana Kris akan lebih memilih untuk menghabiskan libur panjangnya bersama keluarganya di Kanada ketimbang bersama Junmyeon.

 

 

“ehm... jadi kau akan pulang musim panas ini?”Tanya Junmyeon yang kini mengalihkan pandangannya dari buku Sainsnya pada Kris yang terduduk di salah satu sisi tembok kamar mereka dengan sebuah komik di tangannya

 

“Tidak, tahun ini akan di selenggarakan pertandingan musim panas, dan pelatih bilang aku harus ikut atau kalau tidak sekolahku akan kalah lagi dari sekolahmu”Jelas Kris tanpa sedikitpun berpaling dari tiap kolom komik.

 

 

Junmyeon yang kini kembali menyembunyikan wajahnya di balik Buku Sainsnya dengan senyum terkembang , tak pernah tahu jika waktu itu Kris juga tersenyum senang.

 

Dan seperti itulah musim panas keduanya berlalu, Kris memenangkan setiap pertandingan dan selalu ada Junmyeon di bangku penonton untuk mendukungnya,  bahkan ketika pertandingan melawan sekolahnya sendiri, Junmyeon berada di sana untuk mendukung Kris.

 

 

“Yah, Junmyeon-ah! Kita di sini untuk mendukung tim sekolah kita!, apa-apaan ini?”Ujar Krystal gusar sembari menunjuk-nunjuk Spanduk yang dibawa Junmyeon yang bertuliskan “Wu-Yifan Fighting!^^”

 

“Dia sahabatku, tentu saja aku mendukungnya, lagipula tak seorangpun di tim basket kita yang ku kenal”Ujar Junmyeon sembari mempoutkan bibirnya

 

 

Junmyeon kembali terlonjak dan bersorak ketika Kris baru saja berhasil melakukan dunk, dan menutup permainan dengan kemenangan. Tanpa Junmyeon tahu Krystal di sampingnya ini terduduk dengan rona merah di pipinya.

 

Junmyeon terus bersorak ketika kini para pemain Seungri High School mengangkat tubuh Kris ke udara, dan bisa terlihat jelas Kris yang tertawa lepas hari itu, dan di tengah hiruk-pikuk itu mata Junmyeon mendapati Kris yang kini berjalan ke arahnya di bangku penonton dan ia pun hanya bisa tersenyum sembari mengangkat jari jempolnya.

 

Kris pun hanya bisa mendengus menahan tawanya, ketika menyadari tak ada satupun yang berubah dari seorang Kim Junmyeon, bahkan ia masih terlihat seperti seorang bocah polos yang ia kenal 9 tahun yang lalu.

 

 

“Gomawo... Chingu-ya”

 

 

Itu adalah kalimat yang keluar dari bibir Kris ketika keduanya berpelukan, dan kembali sebulir air mata bersembunyi di sudut mata Junmyeon,

 

tanpa Kris tahu bajunya hari itu tak hanya basah oleh keringat namun juga setetes air mata.

 

 

#

 

Makan malam hari ini entah bagaimana terasa canggung bagi Kris, sebuah makan malam yang seharusnya menjadi perayaan kemenangnnya, kini berakhir dengan kediaman dari Yoona, kakak Junmyeon.

 

Tak biasanya gadis tertua diantara mereka itu diam seperti ini, biasanya gadis itu akan sangat ramah dan tak jarang berbagi cerita konyol yang ia dapat dari tempatnya bekerja, namun hari ini..... sebuah senyum pun tak muncul di wajah gadis itu.

 

 

“ehem.. Junmi-ah~, apa kau tahu kenapa Yoona noona tak tersenyum hari ini?, apa dia baru saja putus dari kekasihnya?”Tanya Kris dengan nada bercanda pada Junmi yang masih menyeruput susunya untuk malam itu.

 

 

Junmi menghentikan minumnya, dan meletakkan gelas susu yang telah kosong itu di mejanya sebelum akhirnya tersenyum memandang Kris yang masih menggodanya dengan wajah aneh.

 

 

“Tidak, Yoona eonni bilang dia berhenti bekerja, dan itu artinya besok Junmi tidak boleh minum susu, dan Junmyeon Oppa tak bisa meminum obatnya lagi”Ujar gadis itu tanpa tahu apa makna kalimatnya sendiri, dan masih tersenyum pada Kris yang kini berubah dengan wajah merasa bersalah.

 

“Aku akan menemukan pekerjaan baru”Ujar Yoona berusaha setenang mungkin

 

“ehm... untuk sesaat kalian bisa menggunakan uangku terlebih dulu”Tawar Kris, yang langsung ditolak oleh Yoona, karena mereka semua tahu uang itu di dapat Kris dengan susah payah untuk membeli tiket pesawat ke Kanada.

 

“Selama ini aku tinggal bersama kalian tanpa melakukan apapun, jadi kali ini... Noona tak bisa menolaknya, lagipula.. aku tak bisa membiarkan calon istriku nantinya tidak bisa tumbuh tinggi seperti Oppa nya”Jawab Kris sembari kini kembali bercanda dengan Junmi yang mengeluarkan lidahnya dan mengejek Kris kembali

 

“Wae?, kau tak mau menikah dengan Kris Oppa?”goda Kris pada Junmi, membuat gadis kecil itu kini mengerutkan hidungnya dan semua orang di meja pun kembali tertawa.

 

 

#

 

“Biarkan Noona yang melakukannya”Ujar Yoona sembari menarik piring dari tangan Junmyeon, dan mencucinya.

 

“Noona... aku bilang aku tidak apa-apa, kenapa kau selalu memperlakukanku seperti ini?”Ujar Junmyeon kesal

 

“Sudahlah... berhenti merengek dan kembalilah ke kamarmu, beristirahatlah”Ujar Yoona tanpa mempedulikan tatapan kesal Junmyeon

 

“Sudah ku katakan aku baik-baik saja, mencuci piring tak akan membuatku terbunuh!”Ucap Junmyeon kali ini dengan nada tinggi, membuat Yoona menghentikan kegiatannya mencuci.

 

 

Air dari keran masih menyala, dan menimbulkan gemericik yang berisik ketika jatuh dan mengenai piring-piring kotor, namun air itu bahkan tak sederas air mata Yoona, dan tak sekuat isak tangis Yoona yang kini menjatuhkan tubuhnya di pelukan Junmyeon dengan berlinang air mata.

 

 

“Maafkan Noona, noona tak dapat membahagiakanmu, entah dengan wajah apa Noona akan menemui ayah dan ibu di surga, jika saat ini Noona bahkan tak dapat menjagamu dan Junmi”Ujar Yoona dengan terisak

 

“Sshh Noona, maafkan aku, aku.. aku hanya tak ingin noona memperlakukanku seperti pesakitan, sekalipun itu memang diriku, aku hanya ingin membantu, aku membenci diriku yang hanya menjadi beban tanpa dapat melakukan apapun”

 

 

Junmyeon mempererat pelukannya, dan dengan lembut di elusnya surai rambut Yoona yang terasa kering karena terlalu sering terkena asap dapur restauran tempatnya pernah bekerja.

 

 

“Jika kau terus seperti ini... bagaimana aku dapat tenang meninggalkan kalian?”Gumam Junmyeon tepat di telinga Yoona, membuat gadis itu semakin berurai air mata.

 

 

Tanpa keduanya tahu, seorang dari balik tembok mendengar percakapan itu, dengan air mata dan isak yang tertahan.

 

 

Junmyeon kembali ke kamarnya setelah menenangkan Yoona yang sedari tadi masih terisak, langkahnye terhenti di kamar Junmi adiknya, dan dari balik celah pintu bisa dilihatnya gadis kecil itu sudah terlelap setelah sedari tadi di nina-bobokan Kris. Perlahan ia pun menutup pintu kamar itu, dan masuk ke kamarnya sendiri tepat di sebelah kamar Junmi, dan dapat ia lihat Kris yang masih saja membaca komik yang entah sudah berapa kali ia baca tanpa pernah merasa bosan.

 

 

“Junmyeon-ah”Ujar Kris tanpa mengalihkan pandangannya pada buku Komiknya

 

“ehm?”

 

“Apa kau sakit?”Tanya Kris yang langsung membuat Junmyeon seketika mematung dan dari matanya, terlihat jelas ia tengah kebingungan

 

“A-aku... hanya sedikit sakit kepala, bukan hal yang perlu dikhawatirkan”Jawab Junmyeon berdusta.

 

 

Kris dapat melihat Junmyeon yang kini nampak gugup membuka lemari dan mengeluarkan kasur lipatnya, dan ia pun menidurkan tubuhnya dengan memunggungi Kris, menyembunyikan dirinya yang nampak kebingungan dan... ketakutan.

 

“A-aku tidur dulu”Ujar Junmyeon gugup, dan tanpa menunggu jawaban Kris, ia pun menutup kedua matanya

 

Beruntung baginya, efek obat itu membuatnya lebih mudah untuk tertidur, dan ia tak harus melihat wajah Kris yang terus mengamatinya.

 

Tanpa diketahui oleh Junmyeon, malam itu Kris terjaga hanya untuk memandangi wajahnya yang terlelap.

 

 

 

 

 

 

p.s

ini bukanlah Bromance, atau , ini murni friendship, and buat kalian yang berharap buat baca ... aku minta maaf ya ^^'

 

awalnya aku pingin buat one shot tapi ternyata jadi terlalu panjang so akhirnya aku buat jadi chaptered, mungkin bakal jadi twoshot atau 3 chapter, Mian~~

 

thanks yang udah subscribe and udah comment ^^

di tunggu review and comment kalian^^

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
ephemeral24
2424 streak #1
Chapter 3: sad but beautiful
what Kris and Jun had was precious
paparnmyeon_ #2
Chapter 3: kyaaaa joonmyeonnya meninggallll
XiaoHen #3
Chapter 3: i cant explain but it so amazing story daebaakkk
Syxo67 #4
Chapter 3: Mengharu biru :`(
SitiNurAzizah #5
Chapter 3: hoaaaaaaa. makin sesek di part terakhir.

tak rela tak rela jumyeon oppa meninggal.
SitiNurAzizah #6
Chapter 2: huhuhu. jumyeon oppaaaaaaaaa-- hiks hiks
SitiNurAzizah #7
Chapter 1: jumyeon sakit apa ???
yg denger percakapan jumyeon-yoona, kris ya ??!!!
guylian #8
Chapter 3: ;;;;;;;;;;;; T-T hiks......
ryuukiangel #9
Chapter 3: Joonmyeon hiks,,
meski udah tau bakal gini akhirnya tetep aja tetep aja sedih T-T author berhasil mainin emosi aku, keren. Two thumbs up. Hope you create another krisho's story coz i am realy love them :))