Finish

One (Side) Love

One side Love isn’t only hurting the one who feel it but also the one who receive it.

 

 

 

Junmyeon tengah berada di sebuah meeting yang dilaksanakan Club Majalah kampus ketika sebuah panggilan membuatnya harus keluar sesaat meninggalkan meeting tersebut.

 

 

“Yeoboseyo…”Ujar Junmyeon ketika mengangkat telefonnya

 

“Joonie-ah… kau kah itu?, hiks… Junmyeon-ah….. aku.. merindukanmu”Jawab seseorang dari telefon yang lebih terdengar seperti orang yang tengah mabuk.

 

 

Hanya mendengar suara itu, Jantung Junmyeon berdentum keras, batinnya bergemuruh, dan matanya kini mulai basah oleh air mata yang menggenang di sudut matanya.

 

 

“di mana kau sekarang?”Tanya Junmyeon khawatir

 

 

20 detik telah berlalu sejak Junmyeon menanyakan itu, namun belum juga ada jawaban yang ia dapat selain deru nafas dari orang itu yang terdengar jelas tak beraturan di telinga Junmyeon.

 

Kekhawatiran nampak jelas di wajah pemuda berwajah pucat itu, matanya bergerak cepat dan sedari tadi ia tak bisa berhenti untuk tidak mengigiti kuku jari telunjukknya, sebuah kebiasaan ketika ia mulai gugup dan khawatir.

 

 

“Yifan-ah…ku mohon katakan di mana kau sekarang?, apa yang terjadi padamu?”Tanya Junmyeon kembali

 

“Apa peduli mu huh?!, kau… kau sendiri.. di mana kau selama ini saat aku membutuhkanmu!, kau…. Aku membencimu Junmyeon-ah”

 

“Yifan-ah~…..”

 

“Aku… aku membutuhkanmu sekarang, tak ada lagi orang yang ku inginkan saat ini selain dirimu, Junmyeon-ah”

 

 

Junmyeon menepuk keras dadanya yang kini terasa sesak, dan air mata yang sedari tadi tergenang di sudut matanya kini telah luruh dan jatuh membasahi pipi pucatnya.

 

 

“A-aku akan ke sana, tunggulah… aku akan ke sana!”

 

 

Dengan itu Junmyeon pun kembali ke ruangan meeting untuk mengambil tas nya yang sedari tadi tergeletak di atas kursi, dan dengan cepat ia pun berlari keluar meninggalkan belasan pasang mata yang menatap punggungnya penuh Tanya.

 

 

 

Selalu seperti ini, selalu ketika ia mendapatkan telefon dari Yifan yang terdengar mabuk dan frustasi, ia akan segera berlari seperti ini, tanpa peduli pada apa yang tengah ia lakukan, berada di manapun dirinya, ketika suara itu memanggilnya dan membutuhkannya, maka ia akan segera berlari.

 

Ia berlari tanpa tahu mengapa ia harus berlari menemui orang itu, seseorang yang bahkan tak pernah sadar telah menyakitinya.

 

Untuk apa kau berlari pada orang yang telah menyakitimu?

 

Pertanyaan itu tak pernah dapat Junmyeon jawab, selain hanya dengan sebuah senyuman lemah dan penuh kepalsuan.

 

 

 

 

Taxi Junmyeon berhenti tepat di sebuah gedung apartemen yang cukup mewah di distrik gangnam. Seketika setelah membayar uang Taxi, Junmyeon pun segera berlari memasuki apartemen tersebut.

 

Langkah kakinya terhenti tepat di pintu kamar 507, dan seolah itu adalah apartemennya sendiri, ia pun menekan tombol sandi untuk membuka pintu tersebut.

 

 

 

 

Gelap

 

Itu adalah hal pertama yang menyapanya begitu ia melangkahkan kakinya di apartemen tersebut. Aroma alcohol yang kuat pun menusuk penciumannya hingga ia mengerutkan hidungnya yang tak tahan oleh tajamnya aroma alcohol itu.

 

 

“Yifan-ah…”Ujar Junmyeon pelan sembari berjalan pelan melewati ruang tamu yang Nampak kacau dengan buku-buku di rak yang berserakan.

 

 

Junmyeon pun hanya dapat menghela nafas panjang begitu ia merasaakan kakinya menginjak sesuatu yang basah, dan benar saja telapak kakinya kini basah oleh Bir yang tumpah dari botolnya.

 

Tak jauh dari tempatnya berdiri matanya menemukan siluet seseorang yang terduduk di sofa dengan kepala menunduk dalam sementara dihadapannya puluhan botol bir kosong berserakan kacau.

 

Dengan langkah lemah, Junmyeon berjalan mendekati sosok itu, dan kembali aroma alcohol yang tajam menusuk penciumannya hingga membuat kepalanya terasa pening.

 

 

“Yifan-ah?”Sapa Junmyeon sembari berdiri di samping tubuh Yifan yang mulai terlihat lemah.

 

 

Yifan menengadahkan kepalanya ke atas, dan Junmyeon bersumpah jantungnya terhenti begitu ia melihat mata merah Yifan yang bahkan masih basah oleh air mata itu kini memandangnya.

 

 

“Apa yang terjadi?”Tanya Junmyeon yang kini menempatkan dirinya di samping Yifan yang masih berusaha menuangkan bir ke gelasnya yang kosong.

 

 

Yifan memandang gelasnya yang kini telah penuh, dan kemudian ia menoleh pada Junmyeon yang masih menunggu jawabannya.

 

 

“Junmyeon-ah… apa kau masih tak meminum alcohol?”Tanya Yifan dengan setengah mabuk

 

“ehm.. kenapa?”

 

 

Yifan mempoutkan bibirnya, sesuatu yang tak pernah ia perlihatkan pada siapapun selain pada Junmyeon, tidak pula pada kekasihnya Lucie, dan Junmyeon selalu senang melihatnya.

 

Banyak hal yang Junmyeon ketahui tentang Yifan, lebih dari orang lain dan bahkan lebih dari yang Yifan tahu.

 

9 tahun bersama sebagai sahabat membuat mereka merasa nyaman satu sama lain, hidup bersama, makan di meja yang sama bahkan berbagi ranjang untuk berdua, semuanya terasa menyenangkan hingga akhirnya semua berubah canggung bagi Junmyeon ketika ia menyadari perasaan lain muncul di benaknya tiap kali ia melihat mata tajam Yifan memandangnya

 

Ada perasaan lain yang muncul tiap kali Yifan mengalungkan lengan kekarnya di pundak Junmyeon. Ada perasaan lain yang muncul ketika Yifan memeluknya di tengah lapangan basket ketika Timnya mencetak kemenangan mutlak.

 

Perasaan itu terus muncul dan berkembang di hati Junmyeon hingga membuatnya sering tersenyum di tengah malam dan terjaga hanya untuk melihat Yifan yang terlelap di sampingnya.

 

Hingga senyum itu menghilang dari wajahnya, ketika malam itu Junmyeon datang terlambat ke apartemen, yang seharusnya malam itu ia tak ada di sana.

 

Hari itu, ia seharusnya mengikuti M.T, namun rencana dibatalkan karena cuaca buruk. Malam itu ia pun berlari di tengah angin yang berhembus kencang, ia tak peduli pada penampilannya yang kacau setelah nekat menerjang badai.

 

Senyumnya terus tersungging selama ia berjalan menuju apartemen mereka. Telah banyak rencana yang ia siapkan untuk menhabiskan malam itu bersama Yifan, namun semua itu tiba-tiba menghilang begitu saja di pikiran Junmyeon ketika kedua matanya melihat Yifan bersama seorang gadis di lorong menuju apartemen mereka.

 

Yifan menyudutkan gadis itu di sisi tembok, dan mencium bibir gadis itu penuh nafsu, bahkan Junmyeon dapat melihat mata nakal Yifan yang terus memandangi belahan dada gadis itu.

 

 

“Menginaplah malam ini, cuaca di luar sedang buruk”Tawar Yifan dengan menggoda

 

“Temanmu?, aku dengar kau tinggal bersama seorang roommate?, apa dia tidak akan apa-apa?”Tanya gadis itu

 

“aaah.. dia sedang pergi untuk dua hari ini, jadi…. Kita bisa bersenang-senang manis”

 

 

Dengan itu, keduanya pun pergi masuk ke dalam apartemen tanpa menyadari Junmyeon yang kini berdiri di tengah lorong sepi dengan tubuh gemetar dan mata memerah yang berair seolah siap untuk tumpah kapanpun.

 

 

Sejak hari itu Junmyeon memutuskan untuk tak lagi menghubungi Yifan, dan meski ia menginginkan nya meski ia begitu merindukannya, ia tak dapat melakukannya, ia tak dapat begitu saja menemui pemuda itu.

 

Persahabatan tak akan lagi sama ketika kau menemukan cinta di dalamnya, dan kedok persahabatan hanya akan menyakitinya ataupun Yifan, karena ia tak lagi dapat tersenyum tulus pada pemuda itu ketika ia membawa gadis itu dan mengenalkannya sebagai kekasih.

 

Tidak, ia tak bisa lagi melakukannya, ia hanya akan menjadi sahabat yang buruk bagi Yifan jika ia terus seperti itu.

 

 

“Junmyeon-ah… apa kau pernah jatuh cinta?”Tanya Yifan yang kini memandang Junmyeon tepat di matanya, membuat pemuda itu kini menundukkan kepalanya berusaha untuk menghindari tatapan yang selalu membuatnya berdebar.

 

“Cinta?”

 

 

Apa dia pernah pernah jatuh Cinta?

 

Jika perasaan bahagia yang ia rasakan tiap ia melihat senyum itu di sebut Cinta, maka Ya, dia pernah

 

Dan jika jantungnya yang selalu berdebar dengan keras tiap kali mereka berdekatan itu di sebut sebagai Cinta, maka ya, dia pernah

 

Dan Jika perasaan cemburu yang ia rasakan ketika melihat Yifan bersama dengan gadis lain itu di sebut Cinta, maka Ya dia pernah

 

Dan jika sakit di rongga dadanya karena melihat Yifan yang terluka seperti saat ini disebut sebagai Cinta, maka Ya… Junmyeon pernah mencintainya dan masih sangat mencintainya.

 

 

“Ku rasa, iya…. Aku pernah dan masih” Jawab Junmyeon dengan senyum tipis yang ia paksakan.

 

 

Yifan pun tertawa kecil mendengar jawaban Junmyeon, dan dengan lembut ia pun mengacak rambut Junmyeon, sesuatu yang sering ia lakukan ketika ia melihat Junmyeon melakukan hal-hal yang baik, dan itu selalu ia lakukan, karena selama ini Junmyeon hanya melakukan hal yang baik,

 

kecuali meninggalkannya sendiri.

 

Namun bagi Junmyeon… ada sebuah pertanyaan yang mengganjal di benaknya ketika Yifan melakukan itu padanya

 

 

‘apakah baik bagiku untuk mencintaimu seperti ini?’

 

 apakah baik mencintai Yifan yang bahkan tak pernah menyadarinya, seseorang yang tanpa sadar melukainya, apakah ini sesuatu yang baik?

 

 

“Junmyeon-ah, jika cinta membawamu pada rasa sakit… apakah kau akan berhenti?”

 

 

Pertanyaan yang sesungguhnya telah lama Junmyeon tanyakan pada dirinya, kini muncul begitu saja dari bibir orang yang membuatnya mempertanyakan hal itu.

 

 

“Junmyeon-ah… Jika Cinta melukaiku, maka aku harus berhenti, benarkan?, aku.. aku tak bisa menyerahkan hidupku pada orang yang telah menghancurkan hatiku, benarkan?, tapi kenapa? Kenapa aku tak dapat berhenti mencintainya, Junmyeon-ah?”

 

 

Junmyeon menhela nafas panjang sebelum akhirnya matanya meantap pada Yifan yang kini memainkan botol bir kosong di tangannya, dan sebuah senyum tipis pun tersungging dari bibir mungilnya.

 

“Yifan-ah…. Di dunia ini banyak hal yang tak dapat kau miliki meski kau menginginkannya, di dunia ini…. Ada orang yang tak bisa kau miliki meskipun kau mencintainya”

 

Jawaban Junmyeon, tentu saja tak hanya ia tujukan untuk Yifan, namun juga untuk dirinya sendiri yang bahkan sulit untuk mengakuinya.

 

Sulit baginya untuk berhenti mencintai Yifan, meski ia tahu ia tak akan pernah memilikinya.

 

 

“Contohnya… Aku”

 

 

Yifan menoleh memandang Junmyeon yang sedari tadi duduk di sampingnya, di kegelapan ia dapat melihat jelas air mata meluncur dari sudut mata pemuda bertubuh mungil itu, air mata yang begitu bening itu berkilau tertempa cahaya temaram dari lampu di luar yang masuk dari kaca jendela.

 

Dengan lembut, tangan Yifan memutar dagu Junmyeon, membuat wajah pucat pemuda itu kini terlihat jelas olehnya, dan dengan sebuah sentuhan dari ibu jari Yifan, air mata itupun terhapus dari wajah manis Junmyeon.

 

 

“Junmyeon-ah…”

 

 

“Kau lihat aku sekarang?, aku berada di sampingmu, aku berada di sini bersamamu…. Namun… meski aku begitu menginginkanmu, aku… tetap tak akan dapat memilikimu”

 

 

Yifan terbelalak oleh pengakuan yang baru saja keluar dari bibir mungil Junmyeon, entah bagaiman kini hatinya terasa perih menghadapi kenyataan jika selama ini ia telah menyakiti perasaan pemuda di hadapannya itu.

 

 

“Junmyeon-ah..”

 

“Aku… mungkin akan sulit untuk berhenti, tapi percayalah aku akan benar-benar berusaha, jadi… tetaplah seperti kau yang dulu saja, kau bisa gunakan punggungku untuk menopang kesedihanmu, aku akan berlari di tengah malam seperti ini jika kau memanggilku, aku akan ada jika kau butuh, Yifan-ah.. aku akan berusaha untuk menjadi sahabat yang baik seperti yang dulu lagi, jadi ku mohon… berhentilah seperti ini”

 

“Junmyeo-ah…”

 

 

Junmyeon menyeka air matanya dengan kasar, sebelum akhirnya menyunggingkan sebuah senyuman pada Yifan yang masih menatapnya tak percaya, dan sejujurnya itu membuat Junmyeon tak nyaman.

 

Ia merasa benar-benar canggung sekarang, karena ia sadar setelah pengakuannya ini maka semuanya tak akan lagi sama, meskipun ia memohon pada Yifan, Junmyeon tahu pandangan mata Yifan tak akan lagi sama terhadapnya dan itu menyakitinya.

 

“A-aku akan membereskan ini semua, kau… mandilah, lihatlah wajahmu kacau seperti itu, haha aku hampir saja tak mengenalimu tadi”Ujar Junmyeon berusaha mencairkaan suasana yang terlampau canggung itu.

 

Junmyeon pun berdiri dari tempatnya duduk untuk membersihkan meja yang kini berantakan oleh botol dan kaleng-kaleng Bir, namun tangannya terhenti oleh genggaman kuat tangan Yifan.

 

 

“Yifan-ah”

 

 

Junmyeon memandang Yifan yang kini berdiri di sampingnya, dan kembali Junmyeon melihat kilatan dari mata phoenix Yifan.

 

Dan itu selalu berhasil membuat jantungnya berdegup kencang tiap kali mata itu memandangnya dengan cara seperti itu.

 

 

“Junmyeon-ah… katakan sebenarnya, perasaanmu padaku!”

 

 

Junmyeon terhenyak, sesaat seperti tersengat listrik hingga ia kini hanya mematung di hadapan Yifan tanpa berani mengucapkan sepetah katapun.

 

 

“Junmyeon-ah…”

 

“Berhenti memaksaku!, benar! Aku mencintaimu, lalu apa? Aku tak bisa memilikimu, jadi sekarang lupa….”

 

 

Junmyeon tak melanjutkan kalimatnya, karena kini bibirnya telah terkunci oleh bibir Yifan yang mengecupnya lembut.

 

Itu hanyalah sebuah kecupan, kecupan lembut yang dalam dan manis.

 

Mereka seperti itu dalam waktu 3 menit, dan butuh waktu sekitar 70 detik bagi Junmyeon untuk menyadari kondisinya hingga sebuah senyum tercipta di tengah ciuman itu.

 

 

“Bodoh!, kenapa tak mengatakannya sedari awal?!”Tanya Yifan yang kini mengelus lembut pipi Junmyeon

 

“Bagaimana aku bisa mengatakannya, Jika yang kulihat adalah dirimu bersama gadis lain!”Ujar Junmyeon kesal

 

 

Yifan tak dapat berkata apa-apa lagi selain hanya tertawa kecil melihat tingkah Junmyeon yang menggemaskan.

 

“Aku hampir kehilanganmu, maafkan aku.. maaf karena baru dapat menyadari persaanku sendiri ketika kau jauh. Maafkan aku, Junmyeon-ah”

 

 

Junmyeon kembali terisak mendengar perkataan Yifan, namun kali ini adalah sebuah tangis bahagia, kebahagiaan yang selalu ia dapatkan ketika ia bersama Yifan.

 

Yifan pun merengkuh tubuh mungil Junmyeon dan membiarkan pemuda itu terisak di dalam pelukannya. Di elusnya rambut Junmyeon perlahan dan di ciumnya aroma shampoo yang terkuar manis dari tiap surai rambut Junmyeon,

 

Aroma yang telah lama ia rindukan, dan bodohnya ia baru menyadari jika rindu itu bukan hanya dari aroma tubuh Junmyeon namun semua yang ada pada pemuda yang kini ia peluk.

 

Ia mungkin tak akan pernah dapat memaafkan dirinya sendiri jika ia tahu selama ini ia membiarkan Junmyeon merasakan cinta bertepuk sebelah tangan padanya.

 

Karena ketika seseorang mengalami cinta bertepuk sebelah tangan, maka bukan hanya orang itu yang tersakiti, namun juga orang yang dicintai orang itu.

 

Karena tak menyadari cinta sejati dan tak dapat membalas cinta sejati sama menyakitkannya dengan cinta yang tak terbalaskan.

 

###

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Chanyeolsjagiya #1
Chapter 1: mereka bersatu itu yang paling penting..
walaupun harus berurai air mata (ok ini lebay)
keren thor!!!
howon16 #2
Chapter 1: Baru baca sekarang soalnya udah takut duluan sama judul dan forewordnya, haha, emang paling ga bica baca angst, tapi akhirnya hari ini disela-sela ngerjain tugas (yang belom beres) dibaca juga dan yeayy!! akhirnya happy ending! seneng banget^^ ff nya keren! keep writing :)
JoonMyeonYiFan #3
Chapter 1: Haduh kata2 nya yang terakhir itu lhoo bagus banget, cinta bertepuk itu emang sakit bgt.. Apalagi yg dicintai itu gak peka peka :') #curhat
oke ff anda selalu bagus pertama-tama diawal saya sempet mbrambang alias mewek T.T tp akhirnya saya senyum gaje hehehe.. Ditengah2 try out msh smpt gue baca ff
ya udah keep writting ne^^
dewdew90 #4
Chapter 1: hmpr ja q ngs!!!!! krisho brstu sykr bgt!!!!
JunMaWu #5
Chapter 1: Sweet ini sweet pake banget~~~ thor~,,, aku kira ini angst.. Padahal udah siap" mewek~~

ditunggu ff KrisHo lainnya~~
guylian #6
Chapter 1: Sedih jadi sweet anjirrr!!!! Sweet banget thor!!!!!
ekadepo #7
Chapter 1: aku kira bakal sad ending
untung happy end, ak g seneng bca ff sedih soal y ntar ak nangis...hehe
CiciAL #8
Chapter 1: ya ampuunnn.. ini sumpah so sweet banget!! :D
jalan ceritanya sama kaya kisah cinta aku waktu SMP!! :) #curhat -_-
xokrayxo
#9
Chapter 1: ......./plak/
Gatau mau komen apa sumpah ini sedih betuuul;_;
KrisHoShipper #10
Chapter 1: Cinta bertepuk sebelah tangan itu memang menyakitkan.. :'( *lah?*
FF nya nyesek bangettt ㅠ.ㅠ