Chapter Two

Do You Remember?
✻ chapter two
when a heart breaks, it don't break even...
 

 

 

 

 

“Biar kuperjelas: Kim Jongin, pacarmu selama lima bulan terakhir, memutuskanmu dengan alasan dia mencintai orang lain?” Yifan mengangkat alisnya tinggi-tinggi seraya memandang pemuda mungil di hadapannya yang tengah menunduk dalam-dalam tanpa berani memandangnya. Yifan mendengus, “What a jerk.”

Kyungsoo agak kaget dengan ucapan itu dan langsung memberikan pandangan protes. “Hyung!”

“Dan kau bahkan tidak menamparnya atau menyebutnya brengsek?”

“Itu—“

Sweetheart, kadang kau bersikap terlalu baik dan itu sangat membuatku cemas.”

Kyungsoo is too good for his own good. Yifan selalu beranggapan ia bertugas untuk melindungi Kyungsoo dari kejamnya dunia dan seisinya yang ingin mengambil keuntungan dari pemuda itu. Sejak kecil sampai sekarang, Kyungsoo adalah anak yang selalu mementingkan kepentingan orang lain di atas kepentingannya sendiri. Ia cenderung memendam semua masalahnya hanya agar orang lain tidak perlu repot. Hal itu kadang membuat Yifan frustrasi.

Seperti saat ini.

“Bukan begitu, Hyung.” Kyungsoo, seperti biasa, mencoba menjelaskan alasan dibalik sikapnya yang bagi Yifan kelewat pasrah. “Tentu saja aku sedih karena Jongin memutuu, tapi aku tidak bisa marah padanya karena melakukan itu. Dibanding dengan Luhan sunbae, aku tidak ada apa-apanya.”

Who the hell cares with this Luhan guy?!” lengking Yifan tidak terima. Bisa-bisanya pemuda kesayangannya ini merendah dan menganggap dirinya tak berarti dibandingkan Luhan whatever itu, jelas saja seorang Wu Yifan akan jadi orang pertama yang memprotes pernyataan Kyungsoo barusan. “You’re perfect to me, babe.”

Kyungsoo mengerucutkan bibir mendengarnya. Ia sudah biasa dengan semua ucapan manis Yifan sampai menganggap protes pun tidak ada gunanya, “Kau mengatakan itu karena belum pernah melihat Luhan sunbae, Hyung!” ujarnya dengan nada merengek, “Dia kapten klub bola sekolah, tapi biar begitu wajahnya sangat manis, dan kepribadiannya sangat baik—semua orang suka padanya.” Ucapannya melemah, “Wajar Jongin jatuh cinta padanya....”

Yifan menghela napas, ia bangkit dari sofa dan berjalan menuju salah satu meja. Saat ini rasanya apa pun kalimat penghibur yang ia katakan tidak akan berarti apa-apa bagi Kyungsoo, pemuda itu masih dalam fase sakit hati dan menganggap dirinya sampah tak berharga. Itu menyakiti perasaan Yifan melihat Kyungsoo lebih memedulikan pendapat Kim Jongin dibanding dirinya. “It’s his loss.” Balasnya singkat sambil menyodorkan toples biskuit yang sebelumnya ia ambil dari meja pada Kyungsoo.

Kyungsoo memekik pelan dan langsung dengan semangat membuka toples itu, ia memakan biskuitnya dengan lahap tanpa berniat untuk membaginya dengan Yifan. Karena ia tahu Yifan tidak suka makanan manis. Walau begitu Kyungsoo tidak pernah bertanya kenapa selalu ada toples penuh berisi biskuit di ruang kerja ini.

Mereka berdua sudah tahu jawabannya.

Selagi Kyungsoo sibuk dengan biskuitnya, Yifan mengambil tempat di sebelahnya. Ia mengamati Kyungsoo dalam diam, sangat menikmati pemandangan Kyungsoo yang sedang melahap biskuit.

 “Hyung, apa aku akan terus merasa menderita seperti ini?” gumam Kyungsoo setelah menghabiskan setengah isi toples. Ia memandang Yifan dengan ekspresi suram ketika menambahkan, “Aku bahkan tidak bisa membayangkan akan melihat Jongin di sekolah besok bersama pacar barunya tanpa merasa teriris-iris.”

“Mungkin memang berat pada awalnya, tapi kau akan baik-baik saja, Soo. Kim Jongin is not worth your tears.”

Kyungsoo mengangguk-angguk, lalu ia memandang Yifan dengan mata membulat. “Apa saat kau berpisah dengan Junmyeon hyung dulu kau juga merasa hancur seperti ini?”

Itu sejujurnya sebuah pertanyaan yang tidak Yifan antisipasi. Untuk pertama kalinya kini Yifan lah yang terlihat canggung dan tidak nyaman ketika mendengar nama mantan pacarnya disebut. Ia berdehem beberapa kali tanpa ada tanda-tanda hendak menjawab.

Kyungsoo, entah memang tidak sadar dengan reaksi aneh Yifan atau justru malah tidak peduli, terus melanjutkan. “Sudah hampir setahun sejak kalian putus, dan aku belum pernah melihatmu bersama orang lain. Apa itu artinya kau belum move on?”

Yifan menghela napas berat. “Baby, saat ini aku punya banyak pekerjaan untuk diuurus dan tidak ada waktu untuk menjalin hubungan dengan orang lain.”

“Tapi, apa kau masih mencintainya?”

Jika ini orang lain, Yifan dengan senang hati langsung melakban mulut mereka hanya agar berhenti mengganggunya dengan pertanyaan sensitif itu. Tapi ini adalah Do Kyungsoo, mustahil Yifan bisa menghindar. “Well, it’s complicated.” Ia menjawab sedanya. “Kami sama-sama sudah dewasa, dia pergi ke New York untuk mengembangkan kariernya, dan kami berpisah secara baik-baik.”

Itu adalah cerita yang selalu ia katakan jika ada orang yang bertanya. Ekspresi marah Junmyeon dan tamparan tepat di pipi yang menjadi salam terakhirnya sebelum meninggalkan Seoul ia coba dengan keras untuk lupakan.

“Itu tidak menjawab pertanyaanku.”

“Kenapa kau sepertinya ingin sekali aku balikan dengannya?”

“Dia satu-satunya pacarmu yang tidak membuatku ingin menjedotkannya ke tembok, Hyung.”

Yifan mengeluarkan tawa rendah, ia mengulurkan tangannya ke arah kepala Kyungsoo untuk mengacak-acak rambutnya. “Kau mengatakan itu karena Junmyeon sering mentraktirmu bulgogi.”

Tawa susulan keluar dari mulut Kyungsoo, mendengar tawanya setelah dari tadi melihat pemuda itu seakan diselimuti awan gelap sangat melegakan. “Itu juga salah satu alasannya.”

Yifan hanya bisa geleng-geleng kepala saja. Kadang ia lupa betapa bocahnya Kyungsoo, perbedaan usia 8 tahun di antara mereka sering sekali tidak Yifan pedulikan. Caranya memperlakukan Kyungsoo seperti bayi kecil yang menggemaskan bukan berarti ia tidak melihat Kyungsoo sebagai laki-laki.

Ketika pertama kali bertemu dengan Kyungsoo yang berusia 2 tahun, Yifan menjaganya sebaik mungkin sebagai seorang kakak. Tapi bukan berarti ia ingin status ‘Kakak’ terus melekat sampai akhir ketika kini Kyungsoo sudah menjadi remaja 17 tahun—bukan lagi bocah yang sering minta gendong padanya. Lagi pula posisi itu sudah diisi oleh Do Seungsoo, dan Yifan tidak ada niat untuk merebutnya.

Ia tidak tahu sejak kapan menjadi serakus ini, tapi ia ingin status lebih. Bukan sekadar kakak yang menjadi tempat keluh kesah Kyungsoo tapi harus berakhir melihat pemuda itu berada dalam pelukan orang lain, ia ingin lebih.

Masalahnya ada kemungkinan besar Seungsoo akan menghajarnya jika pikiran itu ia suarakan keras-keras. Jangan lupakan kemungkinan lain bahwa Kyungsoo tidak merasa hal yang sama dan justru merasa risih jika mengetahui ada pria 25 tahun yang jatuh cinta setengah mati padanya.

Kehidupan cintanya sudah mengenaskan sejak awal, tak heran Junmyeon meninggalkannya.

Yifan berdecak pelan, menepis semua pikiran barusan seraya bangkit dari tempatnya duduk, “Tell you what, aku yang akan mentraktirmu bulgogi. Dinner denganku, Soo?”

Karena tanpa keduanya sadari, hari sudah menjelang malam dan Yifan sudah terlalu hafal dengan jadwal makan Kyungsoo yang selalu teratur.

Senyuman lebar menjadi jawaban dari tawaran barusan. Kyungsoo ikut berdiri sambil menyentuh lengan Yifan, “Sudah lama tidak makan malam bersamamu, Hyung.”

“Akhir-akhir ini kau sibuk dengan orang lain.”

Senyuman di wajah Kyungsoo langsung pudar, ia menunduk dalam-dalam. “Mianhae...”

Dan Yifan paling benci melihat Kyungsoo seperti itu. “Jangan pasang wajah murung begitu,” Gumamnya, menyentuh ujung dagu Kyungsoo untuk membuat pemuda mungil itu memandangnya. Suaranya melembut ketika berbisik, “Tidak ketika kau bersamaku.”

Karena sejak usia 2 tahun sampai sekarang, kehadiran Yifan selalu menjadi salah satu alasan dibalik senyuman Kyungsoo, ia tidak menghendaki hal sebaliknya. Bahkan walau Kim Jongin sekalipun alasannya.

 

 ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ 

 

“They say bad things happen for a reason, but no wise words gonna stop the bleeding. 'Cause he's moved on while I'm still grieving!”

Perjalanan pulang di mobil seakan menjadi pengganti karaoke yang gagal ia lakukan sore tadi bersama teman-temannya. Kyungsoo bernyanyi sepenuh hati pada lagu The Script yang diputar di music player tanpa begitu memedulikan si pengemudi yang hanya bisa geleng-geleng kepala.

What am I gonna do when the best part of me was always you! And what am I supposed to say when I’m all choked up and you’re okay! I’M FALLING TO PIECES!”

Breakeven, Yifan hanya bisa mendesah dengan pandangan fokus ke jalan. Ingatkan aku untuk menjauhkan The Script dari Kyungsoo sehabis ini.

Ketika lagu berakhir dan Kyungsoo menyelesaikan sesi suara duanya, ia berseru sambil memandang Yifan seakan baru menyadari sesuatu yang sangat penting. “Sebentar, kenapa juga aku harus merasa sehancur ini hanya karena Kim Jongin? Dia hanya Kim Jongin, bukan Benedict Cumberbatch atau bahkan Zo Insung! Konyol sekali aku berpikir hidupku sudah hancur hanya karena Kim Jongin mencampakkanku untuk seorang kapten tim sepak bola bodoh yang wajahnya lebih cantik dari Miss Korea!”

Yifan melirik sekilas ke arahnya, “Err, babe, kau baik-baik saja?”

“Tidak pernah lebih baik dari saat ini!” jawabnya mantap, agak kelewat mantap dan justru itu yang membuatnya terdengar aneh. “Aku akan pulang ke rumah, membuang semua peninggalan Jongin dari kamarku, lalu menonton ulang Prince of Tennis dan The Simpsons.” Kyungsoo merencanakan semuanya bahkan tanpa berpikir sama sekali, terucap begitu saja di mulut. Dan itu terasa benar. “Aku sepertinya harus mulai dengan menghapus nomor dan foto-fotonya di ponsel.”

Selagi Kyungsoo sibuk dengan ponselnya, Yifan hanya bisa mencuri pandang tanpa bisa berkomentar apa-apa pada monolog barusan. Ia tidak tahu mau mengatakan apa ketika Kyungsoo sendiri tampaknya tidak tahu apa yang sebenarnya ia katakan. Kyungsoo tengah berada di fase kedua dari putus cinta: rasa marah. Ia akan berbalik marah pada sang mantan.

“Ck, kenapa ada banyak sekali fotonya di ponselku? Buang-buang memori!” Kyungsoo menggerutu sendiri setelah menyadari eksistensi Kim Jongin di ponselnya lebih besar dari yang ia kira. Sial, mereka bahkan baru pacaran lima bulan dan lihat apa yang sudah pemuda itu perbuat pada isi ponselnya!

“Ah, Hyung, aku jadi ingat kalau kau belum mengembalikan DVD Sherlock yang kupinjamkan sekitar sebulan lalu.” Kyungsoo bergumam di sela-sela aktivitasnya menghapus apa pun yang ada hubungannya dengan Jongin dari ponselnya. Nomor dan alamat E-mail sudah pasti menjadi hal pertama yang ia lenyapkan. Berikutnya, block Twitter dan Instagram!

“Oh, masih ada di rumaku, sepertinya.” Jawab Yifan santai. “Datang ke rumahku jika mau DVD itu kembali.”

Kyungsoo cemberut, “Aish, selalu punya cara untuk menahanku.”

Yifan hanya tertawa pelan.

 

Beberapa saat kemudian.

“Kim Jongin sialan!”

“Soo, kau yakin kau baik-baik saja?”

“Super!”

 

 ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ 

 

Sesampainya di rumah, Kyungsoo tidak merasa cukup sehat untuk melakukan hal-hal yang sebelumnya sudah ia sebutkan di hadapan Yifan. Rasa perih itu muncul lagi tanpa mampu dihalau, keceriaan yang awalnya sempat ia rasakan ketika berada di dekat pemuda Wu itu mendadak lenyap. Yang ada sekarang hanya rasa sesak dan suara Jongin yang terus menerus berputar di kepalanya.

“Aku mencintai orang lain, Kyungsoo. Aku tidak bisa melanjutkan hubungan ini lagi.”

“Aku mencintai orang lain....”

“...orang lain...”

Dan orang lain itu bukan dirinya.

Kim Jongin brengsek, padahal saat itu statusnya masih pacarnya dan bisa-bisanya mencintai orang lain semudah itu!

Tidak, ia tidak baik-baik saja seperti yang ia katakan pada Yifan sebelumnya. Mungkin ia tadi baik-baik saja ketika pemuda Cina itu ada di dekatnya, tapi tidak sekarang, tidak ketika ia seorang diri di kamar dengan sekotak penuh barang-barang yang menjadi kenang-kenangannya tiap kali habis berkencan dengan Jongin.

Kyungsoo masih ingat hari ketika Jongin pertama kali mengajaknya berkencan. Mereka pergi nonton film saat itu—bangku D4 dan D5, film Iron Man 3, terima kasih—dan Kyungsoo pikir Jongin terlihat sangat tampan dengan T-Shirt hitam dan topi baseball yang menampilkan imej cueknya lebih jelas. Ia juga masih ingat bagaimana reaksi gadis-gadis tiap melihat Jongin, dan tidak ada yang lebih membuatnya merasa benar-benar bangga karena fakta bahwa Kim Jongin adalah miliknya.

Saat itu miliknya.

Sial, kenapa jadi ingin menangis!

Pada akhirnya, Kyungsoo menghabiskan sisa malamnya dengan mendengarkan lagu-lagu Adele.

(Don’t you remember? The reason you loved me before)

 

 ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ 

 

Oh Sehun tidak sebrengsek yang selama ini orang-orang pikir tentang dirinya. Memang benar sesekali (Oke, berulang kali, tapi siapa juga yang menghitung?) ia membuat masalah dengan senior dengan tuduhan tindakan terlalu kurang ajar sebagai adik kelas, tapi tidak ada orang yang lebih setia kawan dibanding dirinya. Self proclaimed, tentu saja. Sebagai contoh, ia langsung memberi selamat pada pacar baru sahabat baiknya ketika berjumpa di lapangan sekolah.

“Luhan hyung, chukkae!” Ia menghampiri sang kapten dan menjabat tangannya dengan bersemangat tanpa memedulikan reaksi lawan bicara yang kebingungan dengan tindakannya. “Aku sudah dengar dari Jongin, kuharap itu bukan berarti membuatnya menjadi pemain reguler tanpa seleksi dan bebas bolos latihan dengan alasan bermesraan dengan kapten.”

Oh Sehun tidak brengsek? Lupakan kalimat itu.

Luhan, si kapten yang hanya bisa menunduk dengan pipi bersemu pada ucapan blak-blakan Sehun barusan, menjawab lemah. “Terima kasih, Sehun-ah, tapi tentu saja tidak akan seperti itu...”

“Dengan Jongin, pasti akan seperti itu.” Sehun nyengir lebar sambil melepaskan jabat tangannya. “Dia gerak cepat juga, Kyungsoo dibuang langsung menyambarmu, ckck.”

Luhan mencoba tidak merasa tersengat mendengar ucapan barusan. Sehun tidak bermaksud buruk, tapi ucapannya yang selalu tanpa difilter itu jujur saja agak mengganggu. Tentu, Luhan tahu siapa itu Kyungsoo. Mantan pacar Jongin, baru putus kemarin. Dan di hari yang sama ia justru menjalin hubungan dengan Jongin tanpa memedulikan perasaan si Kyungsoo ini.

Dari sudut pandang manapun, Luhan benar-benar terlihat seperti antagonis di sini.

Bahkan walau ia tidak mengenal Kyungsoo, Luhan merasa bersimpati dan tidak enak padanya.

“Kyungsoo ini... kau dekat dengannya?”

“Do Kyungsoo dari kelas 1-2. Selain karena dia mantan pacarnya Jongin, kebetulan mantan pacarku juga temannya. Kami pernah double date beberapa kali, jadi katakan saja aku dan dia adalah teman baik.”

Luhan facepalm untuk sesaat, ia tahu dari awal membicarakan hal serius seperti ini mustahil dilakukan dengan Oh Sehun. Tapi Sehun adalah teman dekat Jongin, bahkan bisa dibilang teman paling dekat yang mengenalnya luar dalam—literally. Pernah membuatnya agak cemburu ketika menyaksikan keakraban mereka sebelum kemudian Jongin dengan tegas meluruskan bahwa tidak ada apa-apa di antara keduanya selain persahabatan sejak SD dan fakta bahwa mereka bertetangga.

Jika ada hal yang ingin ia ketahui tentang Jongin, Oh Sehun adalah informan paling tepat.

“Sehun-ah, apa menurutmu Jongin masih—“

“Tidak.”

“Aku bahkan belum selesai ber—“

“Dia tergila-gila padamu, Hyung, aku jamin itu. Mantan-mantan pacar terdahulunya tidak penting, di matanya hanya ada kau.”

Itu tidak membuat Luhan merasa lebih baik. Ia memberanikan diri kembali bertanya, “Apa menurutmu mantannya membenciku? Maksudku, aku terlihat seperti perebut pacar orang.”

“Mengenai itu,” Sehun tersenyum manis. “dia pasti ingin membunuhmu.”

Luhan pucat pasi seketika.

Sehun tertawa renyah sambil menepuk-nepuk bahu Luhan yang terasa sangat kaku sekali. “Tenang saja, Hyung, Jongin pasti melindungimu. Lagi pula Kyungsoo ini anak baik, aku yakin dia bisa menerima ini dengan lapang dada dan bukannya pergi ke dukun terdekat untuk pesan voodoo untukmu.”

Luhan hanya bisa mengangguk-angguk lemah, memutuskan untuk percaya pada Sehun bahwa Kyungsoo tidak akan dendam ataupun merencakan pembunuhan padanya. Perasaan bersalah itu masih tetap ia rasakan dan hanya Jongin yang bisa membuatnya lebih baik saat ini.

Hyung, karena selama ini aku sudah sangat suportif pada perkembangan hubunganmu dengan Jongin, boleh gantian aku minta sesuatu darimu?”

Ini Oh Sehun yang bertanya, Luhan harusnya lebih hati-hati. Tapi karena ia hanya ingin menjalin hubungan akrab dengan sahabat pacarnya, Luhan langsung mengiyakan tanpa pikir panjang. “Tentu saja, Sehun-ah, selama aku bisa melakukannya.”

“Aku mau minta nomor Zhang Yixing.”

Jangan katakan pada Luhan bahwa Oh Sehun tidak pantas mendapat sepakannya.

 

 ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ 

 

Kyungsoo tiba di kelasnya dengan lesu. Kepalanya sakit sehabis ketiduran dengan lagu-lagu Adele berputar non stop semalam, yang ia inginkan saat ini hanya bel pulang sekolah segera berbunyi agar ia bisa segera pergi menemui Yifan di kantornya. Kyungsoo melalui malam yang buruk dan Kim Jongin lah penyebab dari mood swing yang sekarang ia alami. Rasanya semalam ia begitu nelangsa karena Jongin mencampakkannya, tapi sekarang ia berganti muak jika memikirkan pemuda itu.

Ini perasaan nano-nano yang baru pertama kali Kyungsoo rasakan.

“Pagi, Zitao.” Ia menyapa lesu pada pemuda Cina yang duduk di meja sebelahnya, Huang Zitao.

“Kyungsoo, apa itu benar?!” Tanpa membalas sapaan barusan, Zitao langsung berseru heboh. Ia menarik kursinya mendekat ke meja Kyungsoo dan memandangnya dengan pandangan serius. “Kau putus dengan Kim Jongin dan sekarang dia pacaran dengan kapten klub bola?!”

“Err, ya.”

Oh. My. God!”

“Boleh aku tahu kau bisa dengar berita itu dari mana?”

“Anak-anak klub bola sudah heboh dari kemarin. Kapten mereka ditembak oleh anak kelas satu, sungguh menggelikan.” Zitao mengatakannya dengan nada muak, yang entah kenapa hal itu justru membuat Kyungsoo tidak nyaman. Ia tahu teman sekelasnya ini baru saja putus dari pacarnya, dan bukan tidak mungkin Zitao akan mengajaknya bergabung pada klub ‘Pembasmi Mantan’.

“Setahuku kau tidak berasal dari klub bola.” Gumam Kyungsoo bingung. Lalu mendadak terpikir begitu saja, “Kau dengar dari Oh Sehun?”

Ekspresi Zitao lebih buruk daripada saat ia ikut jurit malam tempo hari ketika mendengar nama itu disebut. “Do Kyungsoo, tidak sopan sekali! Bisa-bisanya kau menyebut nama itu di depanku, aku dan dia baru berakhir minggu lalu dan namanya tabu disebut jika ada aku.”

Aku dan Jongin baru putus kemarin dan kau bisa dengan santai menyebut-nyebut namanya.

“Oh-kay~”

“Dengarkan saranku, Kyungsoo. Lupakan saja Kim Jongin dari cari orang lain, pemuda brengsek seperti itu tidak pantas untuk ditangisi berlama-lama.” Tandas Zitao kaku.

Dengarkan saranmu sendiri! Kyungsoo ingin meneriakkan itu pada Zitao jika mengingat pemuda itu jauh lebih buruk reaksinya paska putus dari Oh Sehun. Siapa yang minta ditemani karaoke dan menghabiskan dua jam lebih dengan menyanyikan lagu-lagu putus cinta? Siapa yang marah-marah tiap kali nama mantannya disebut? Siapa yang pernah membuat post di instagram berupa foto mantan pacar yang sudah terbakar?!

Bukan Kyungsoo pastinya.

Tapi Zitao setidaknya mencoba bersikap baik dengan membelanya, jadi Kyungsoo mengurungkan niat untuk mencela tindakan pemuda Huang itu seminggu terakhir ini. Ia hanya mengangguk-angguk sambil memberikan senyuman lemah. Jika kabar dirinya putus dengan Jongin bahkan sudah terdengar oleh Zitao, ia 100% yakin Byun Baekhyun juga pasti sudah mengetahuinya.

Dan itu artinya tinggal tunggu sampai satu sekolahan tahu.

Ia jadi ingin pindah sekolah saja.

 

 ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ 

 

To: Yifannie hyung

Hyung, kau sibuk? Bisa jemput aku di sekolah?

 

From: Yifannie hyung

Ini baru jam 10, Soo. Kau mau bolos?

 

To: Yifannie hyung

^^

 

From: Yifannie hyung

Hhh, tunggu aku setengah jam lagi

 

To: Yifannie hyung

*smooch* love u hyung!!

 

From: Yifannie hyung

Love you too, Soo....

 

 ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ 

 

Tidak sulit untuk meyakinkan Zitao bahwa ia sedang sakit, begini-begini kemampuan aktingnya dalam memasang wajah menderita cukup hebat, dan Zitao yang merasa mengerti penderitaan Kyungsoo langsung saja termakan mentah-mentah. Dengan baik hatinya ia sampai mengantarkan Kyungsoo ke UKS dan berjanji akan membuatkan izin tidak masuk untuk sisa kelas selanjutnya. Kyungsoo benar-benar tidak enak karena memanfaatkan Zitao seperti ini, dalam hati ia berjanji jika kondisi hatinya sudah lebih baik ia akan mentraktir teman sekelasnya itu patbingsoo.

Sambil menunggu SMS dari Yifan, Kyungsoo tidur-tiduran di salah satu ranjang UKS sambil memainkan ponselnya. Ia masih belum bertemu Baekhyun dari pagi, dan Kyungsoo bersyukur karena itu. Ia tidak tahu mau menjawab apa nanti jika Baekhyun membombadirnya dengan pertanyaan mengenai Jongin. Belum lagi Jongdae, kombinasi keduanya hanya akan membuat Kyungsoo mati kutu. Menjauh dari semua masalah ini memang pilihan terbaik.

Lagi pula, jika dunianya hancur sekalipun, ia masih punya Yifan.

Panjang umur, pemuda Wu itu baru saja mengirimkan SMS yang menanyakan keberadaan Kyungsoo. Senyuman lebar langsung terpasang di wajah Kyungsoo begitu membaca isinya. Tersenyum adalah hal yang terasa sulit untuk dilakukan sejak Jongin mencampakkannya, tapi ia menyadari bahwa hal itu natural sekali untuk dilakukan jika berhubungan dengan Yifan.

Saat ia mengendap-endap berjalan meninggalkan gedung sekolah lewat halaman belakang, Kyungsoo berjanji dalam hati bahwa ini akan menjadi pertama dan terakhir kalinya ia membolos. Ia anak baik-baik dengan nilai akademis yang bagus, reputasi seperti itu mustahil ia pertaruhkan hanya untuk melakukan kenakalan seperti ini. Tapi masalahnya berada di sekolah, berada satu gedung dengan Kim Jongin, benar-benar membuatnya merasa nestapa.

Gosip-gosip tiap murid yang ia dengar di koridor tidak jauh-jauh dari Kim Jongin dan Luhan, dan mata mereka lalu meliriknya dengan ekspresi kasihan. Kyungsoo benci itu, ia benci dikasihani. Jadi lebih baik menyingkir dulu. Mungkin terkesan pengecut, tapi pilihan apa lagi yang ia punya?

Saat hendak melintasi lapangan sepak bola untuk mencapai gerbang depan, Kyungsoo tidak pernah merasa dibenci Tuhan lebih daripada ini ketika melihat siapa yang ia temukan berada di pinggir lapangan. Kim Jongin dan Luhan duduk bersebalahan di bangku yang biasa digunakan untuk penonton jika ada pertandingan.

(SIALAN MEREKA JUGA BOLOS!)

Kyungsoo seperti tengah menyaksikan adegan film romance kacangan saat melihat bagaimana cara Jongin menatap Luhan, caranya memegang tangan Luhan dengan begitu protektif, dan caranya tertawa pada apa pun yang dikatakan pemuda Cina itu.

Ia tahu cepat atau lambat pasti akan berpapasan dengan pasangan yang tengah kasamaran ini, tapi tidakkah ini terlalu cepat? Dan Kyungsoo juga tahu ia bisa saja memergoki mereka dalam keadaan yang lebih parah, saat bermesraan misalnya. Tapi melihat momen sederhana keduanya yang terasa sangat murni dan penuh cinta seperti ini justru membuatnya lebih teriris-iris.

Jongin tidak pernah menatapnya seperti itu dulu.

Kyungsoo terdiam di tempatnya berdiri untuk beberapa saat, hanya bisa membisu dengan pandangan menunduk. Tidak mampu melangkah, tidak mampu menegur, ia hanya ingin lenyap saja rasanya.

“Kyungsoo?”

Sial, ia dosa apa sebenarnya?!

Mendengar suara Jongin yang menegurnya membuat Kyungsoo mengangkat wajah, ia dengan ragu memandang sang mantan yang tengah memberinya pandangan bingung. Di sebelahnya, Luhan si rupawan ikut memasang ekspresi serupa. Bedanya, ada rasa cemas dan khwatir di pandangannya. Kyungsoo tidak mengerti kenapa Luhan terlihat takut saat memandang dirinya.

“Oh, Jongin, hai.” Kyungsoo membalas setelah jeda entah berapa lama. Ia melirik Luhan, “Sunbae.”

Luhan yang awalnya seperti bersembunyi di balik punggung Jongin dengan takut-takut menampakkan diri, ia tersenyum tipis yang kelihatan sangat manis (dan benar-benar membuat Kyungsoo frustrasi sendiri). “Kyungsoo-ssi, senang akhirnya bertemu denganmu.”

"Senang bisa bertemu denganmu juga, sunbae."

Awkward.

“Kyungie, kau bolos?” Jongin bertanya heran padanya sambil merangkul Luhan dengan santai.

How dare you, Kim Jongin?! Berani-beraninya masih memanggilku dengan nama itu di depan pacar barumu, dan merangkul pacar barumu di depanku!!!

“Yeah, kalian juga, kan?” Anehnya, ia masih mampu menjawab pertanyaan tidak mutu barusan dengan sangat kalem tanpa tanda-tanda hendak melempari keduanya dengan pot bunga terdekat.

“Kelas Luhan hyung ada jam kosong, jadi aku bolos saja untuk bisa menemaninya.”

Itu informasi tidak perlu yang benar-benar tidak ingin Kyungsoo ketahui, tapi Jongin sepertinya tidak menyadari sudah seaneh apa ekspresi Kyungsoo saat ini. Justru Luhan yang lebih perhatian, ia dengan sopan melepaskan tangan Jongin dari bahunya sambil tersenyum meminta maaf.

“Aku akan memaksa Jongin masuk kelas sebentar lagi kok.”

Hyuuung—“

Luhan menyikutnya main-main sambil berkata, “Hei, kata-kata kapten harus didengarkan.”

“Saat ini kau bukan kaptenku, kau pacarku.”

Yah, jangan berkata begitu, Jongin-ah!”

“Tapi itu kan memang benar.” Lalu kembali merangkul tanpa tahu malu.

Dan Kyungsoo bagaikan lalat saja dibuatnya.

“Ah, Kyungsoo,” Jongin akhirnya ingat bahwa dunia bukan hanya miliknya dan Luhan ketika memandang pemuda mungil di hadapannya. Ia memberikan cengiran kecil dan bergumam. “kalau kau mau kembali ke kelas, baru aku juga mau ikut.”

Apa-apaan?!

Kyungsoo seperti kehilangan kemampuan untuk bicara, dan Luhan malah yang berbaik hati untuk mewakilinya. Ia menepuk bahu Jongin agak keras, “Biarkan saja kalau Kyungsoo mau bolos, yang penting kau harus kembali ke kelas!”

“Tidak adil dong!”

Kyungsoo rasanya ingin berteriak keras-keras pada keduanya bahwa ia tidak peduli Jongin mau bolos atau tidak, ia tidak peduli Jongin masih merangkul Luhan, ia bahkan tidak peduli jika keduanya mau pacaran di sepanjang sisa jam pelajaran ini. Ia hanya ingin segera pergi dari tempat ini. Tapi kembali lagi pada deskripsi sebelumnya, ia kehilangan kemampuan untuk bicara ataupun berjalan. Hanya bisa membatu.

There you are, babe.”

Sebuah suara yang terdengar menghentikan argumen Jongin dan Luhan, membuat atensi ketiganya teralih pada sumber suara yang mendekat.

“Kau niat bolos tidak, sih? Aku sudah menunggumu dari tadi, ayo!”

Ketika hidup tengah mempermainkannya, Wu Yifan selalu mampu menjadi penyelamatnya dalam keadaan apa pun.

 

 

 

 

▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬
▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬ ▬
 
✻ author's note
broken!taohun, broken!krisho, dan onesided!layhun =)) entah pair apa lagi yang nanti muncul (?) 
maafkan update yang lama dan ending chap ini yang kurang greget, lagi berusaha melawan wb yang menghadang ;;
yang udah baca, sub, dan komen, terima kasih :'D
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
keyhobbs
#1
Chapter 3: kai...gak punya rasa bersalah sedikitpun sama kyungsoo? Jahat...-_- terus dduizhang kesian bnget,,udah nunjukin rasa sayangnya sma kyungsoo,ehh taunya cuma di anggap hyung doang,tapi kayaknya kyungsoo bkalan punya perasaan jg sama dduizhang kan?kan?^_^
theworstisnotbehind
#2
Chapter 3: Firaaaa, akhirnya kamu update jugaaa ;;; aww, Kai is such a jerk. He could shove that "simple" reason up his nose :< *apacoba* Kris fighting! Kamu pasti bisa mendapatkan Kyungsoo ;w;

manis, lucu, dan seru seperti biasa, with all the right pinches of angst and drama in all the right places. Update soon, sweetie~
parknaya #3
Chapter 3: wow...kailunya kebangetan manisnya,,,,wkwkwkw bagus jg kai cmburu gt.. :v
yifan jd ga bsa ngejelekin kai,,orang ketemu pensnya... luhan kocak bgt dah trnyata.. hahaha..
Maudyo #4
Chapter 3: wah kece
tp kenapa kailu sweet banget seolah nggak ada salah ama kyungsoo
bukannya 8 tahun masih wajar thor?ceritain awal krisoo ketemu dong hehe
ckhdks #5
Chapter 3: Setelah lama nunggu.... sbnrnya skrgbga bgt respek sama duizang satu ini, tapi kalo dipasangin sama kyungsoo mah apapun jadi suka... :D. Butuh krisoo moment, not kailu moment. *nyesek tea bacanya*
Changchang #6
Chapter 3: Banyakin krisoo momentnya ya thor!!! Suka bgt sama ff ini. Suka sama gaya penulisanmu yg ringan dan buat ngakak! Kosakata bahasa inggrisnya keren! :D
kyungiiee #7
Chapter 3: Yaaa senengnya kmu update...q dah nunggu bgt..
DOut29 #8
Chapter 3: Saya sukaaaa~ >_<
tp kok berasa lbh ke KaiLu timbang ke KriSoo yak? -,-" kalo ga salah saya itu main pair nya KriSoo kan ya sist, please banyakin KriSoo nya ya sist~ (*.*) #puppyEyes

Serius ya, kalo nemu cowok setipe Jongong sama Sehun udah saya jadiin pupuk -____- #dipupukduluan lol

Aaah~ Authornim update Juseyooo~ \(^o^)/
BabyBuby #9
Chapter 3: Dsn sy kok merasa yifan yg g bergerak bkn kyungsoo yg lemot n g sadar... Yifan kan dah sm kyungsoo dr kecil makanya kyungsoo pasti susah ngartiin perasaan dia n kyungsoo jg masih mudah kiyis... bener g?? Kapan nih yifan nyampein perasaan ke kyungsoo..??
KikyKikuk #10
Chapter 2: Demi Gigi majunya Wu Yifan! Jongin kayak kampret!! Sok ganteng! Gak punya perasaan!!
KaiLu momentnya dibanyakin ya thor..
Aku emg sebel ama sikap songong'y Jongin ke Kyungsoo,tp aku ttep KaiLu shipper,jd aku ttep dukung hub mereka.. --v :P
Gimana klo si Yifan dijadiin ama Yixing aja?
Trus Sehun ama.. Baekhyun mungkin?
Nahhh..berhub kmren aku liat pict ChanSoo yg cute bgt di Nature Republic,gmna klo Chanyeol ditongolin dan dijadiin ama Kyungso??
Ini berasa aku yg nulis ff ya thor? Hahahaha..
Sorry,aku cm ngluarin unek-unek eneg aja..
Dilanjut yaa thooorrrrrr..
:*