In My Memory

In My Memory

Song Jihyo berteriak histeris begitu menyadari truk yang ditumpanginya menabrak seseorang, gadis itu langsung saja memukuli Kang Gary dan beringsut turun begitu truk berhenti. Kaki wanita itu serasa lumpuh begitu menyadari korban yang ditabraknya tergeletak dengan darah bercucuran dimana-mana. 

Puluhan orang berkerumun dan saling berbisik satu sama lain. Beberapa dari mereka mengatakan kalau truk sayur yang menabrak, namun beberapa lagi mengatakan bahwa korbanlah yang menabrakkan diri. Tidak mau berlama-lama Gary segera menggendong korban dan membawanya ke mobil. Bersamaan dengan itu polisi tiba dan berusaha mencegah tindakan Gary yang memasukkan korban ke dalam truknya. Sontak saja Gary berteriak di hadapan polisi itu. 

"Kau mau membiarkannya mati?!! Tangani dia dulu baru penjarakan aku kalau itu maumu!" 

Gary segera menyalakan kemudinya dan meninggalkan Jihyo yang masih tercengang di kerumunan orang-orang. 

Polisi tampak bingung sesaat kemudian salah satu dari mereka membuntuti Gary dengan mobilnya sementara yang lain menghampiri kerumunan. 

"Apa ada saksi disini?" beberapa dari kerumunan itu berbisik-bisik kemudian satu persatu mulai pergi. Jihyo kebingungan, gadis itu menarik orang-orang di sekitarnya. "Kenapa lari? Kau bisa memberikan bukti kan kalau lelaki itu yang menabrakkan diri?" Namun mereka hanya diam dan meninggalkan tempat begitu saja. Polisi itu menatap Jihyo miris dan mengeluarkan catatannya. 

"Apa kau saksi mata atau kau tersangka? bagaimana ia bisa ditabrak?" 

Tubuh Jihyo bergetar, gadis itu menggelengkan kepalanya dan berusaha melihat sekeliling, mencari bantuan. "Kang Gary tidak menabraknya, tidak mungkin." 

Polisi itu hampir saja membawa Jihyo ke kantor polisi kalau tidak mendengar teriakan seorang wanita dari seberang jalan. Wanita tomboy yang membawa handycam itu menghampiri mereka dan bertanya dengan polosnya. "Apa sebuah rekaman cukup untuk membuktikan?" 

Jihyo merasa Tuhan benar-benar menolongnya, wanita itu membuka handycamnya dan memperlihatkan videonya kepada polisi. "Aku sedang membuat film documenter dengan karyaku sendiri namun yang kudapatkan malah hal seperti ini." gumam wanita itu sembari memutar video rekamannya. Polisi itu menyadari bahwa memang yang menabrakkan diri memang sang korban. Ia menyuruh wanita itu untuk datang ke kantor polisi memberikan kesaksian. Sesaat ia melihat Jihyo yang bernafas lega kemudian pamit undur diri karena sudah ada rekannya yang menemani mereka di rumah sakit dan kasus ini akan di usut setelah sang korban sadar.

Jihyo segera bangkit dan berterima kasih kepada wanita itu, baru akan melangkahkan kakinya pergi ponselnya berdering. Jihyo tertegun dan tangannya kembali bergetar mendengar kabar dari telefon itu. "Me...meninggal?" 

Wanita yang membawa handycam itu mengernyitkan alisnya, ia hendak bertanya namun Jihyo sudah melarikan diri, ia pergi dengan terburu-buru. 

 

****

 

Kang Gary terduduk di depan ruang operasi sementara polisi yang tadinya menerima telefon berjalan menghampiri. Lelaki itu duduk di samping Gary dan berkata dengan suara baritonnya. "Ini kasus bunuh diri, kami akan menemui korban ketika dia sadar dan meminta penjelasan." 

Gary melirik polisi itu sekilas dan menganggukkan kepalanya. Ia menelungkupkan kepalanya, memikirkan jalan untuk menghubungi keluarga korban karena ia tidak memiliki uang untuk membayar biaya operasi dan pengobatan lelaki itu. Saat sang polisi pergi, ponsel lelaki itu bergetar dan Jihyo berpesan bahwa paman yang bekerja di sebelah rumahnya meninggal jadi dia harus meninggalkan Kang Gary dan menghadiri pemakaman tetanggganya. Gary menghela nafas kemudian menelefon seseorang. Beberapa lamanya yang terdengar hanya bunyi sambungan namun akhirnya sebuah suara muncul dari seberang. 

"Ya oppa?" 

"Jun, berapa banyak uang yang kita miliki?" 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet