Six - One Fine Spring Day (Author's POV)

One Fine Spring Day

You are in such a far away, far away, far off place, I believe to you every day is spring

On a far off day, a very far off future, if you see me again

Tell me that we were always together

Ryeo Wook – One Fine Spring Day

 

     “Halo, Mr. Kim? Jangan lupa nanti jam 1 siang anda harus memberikan seminar disini.”

     “Ya, aku tidak lupa, Frederick. Aku akan datang. Jangan khawatir.”

     Jong Woon memutus sambungan teleponnya dengan Frederick.

     “Anak muda itu, kenapa hidupnya selalu dipenuhi dengan kekhawatiran?” Jong Woon hanya menggelengkan-gelengkan kepalanya pelan dan tersenyum kecil. Frederick, asisten pribadinya itu, memang selalu khawatir pada hal yang seharusnya tidak perlu dikhawatirkan.

     Jong Woon menghela nafasnya dan menutup matanya. Rasanya semua ini seperti mimpi. Jong Woon bahkan tidak pernah berpikir untuk bisa menjadi salah seorang dari pianis profesional yang terkenal di dunia, menjadi salah seorang penguji di Royal International Examination, dan juga dikenal oleh dunia internasional melalui seminar-seminar yang ia adakan dan juga melalui buku-bukunya. Ia tidak pernah bermimpi untuk meraih semua ini. Sampai ia bertemu seorang yeoja yang sangat luar biasa, yang menginspirasi hidupnya. Seorang yeoja bernama Shin Hye Jung.

     Daun-daun hijau muda itu terlihat begitu segar. Bunga-bunga yang ditanam sepanjang pinggir jalan di samping kanal Sungai Rhein itu bermekaran dengan indahnya. Jong Woon hanya tersenyum sambil menikmati suasana disekitarnya.

     Tempat ini memang tidak pernah berubah, masih sama seperti ketika Jong Woon bertemu dengan Hye Jung 5 tahun yang lalu. Dan selama 5 tahun ini, Jong Woon telah melakukan banyak hal yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya. Dan semua yang telah ia lakukan dan ia capai, itu semua berkat Hye Jung. Seandainya saja Hye Jung masih disini, pasti ia akan bangga pada Jong Woon.

     “Hye Jung-ah, aku merindukanmu. Aku ingin kita bertemu lagi. Disini, mungkin? Aku ingin menunjukkan semua ini padamu. Apa yang sudah kuraih dan kupunya sekarang, aku ingin kau melihatnya. Karena, mungkin aku tidak akan pernah bisa meraihnya, jika bukan karenamu.”

     Jong Woon menyesap kopinya lagi. Sebuah lagu dari Kim Ryeo Wook ikut menemaninya. Jong Woon menutup matanya.

 

You are so very far, so very far

To be honest I miss you every day

           

     “Ne, Hye Jung, bogoshippeoyo. Neomu bogoshippeoyo.”

 

Even the very small, very small trivial things

Make me think of you every day

 

     “Aku tidak akan hidup dalam bayang-bayangmu, Hye Jung. Tapi aku akan tetap mencintaimu dan mengingatmu, seperti yang kau katakan dulu padaku.”

     Jong Woon membuka matanya, lalu tersenyum. Mungkin ia tidak akan pernah bisa melihat Hye Jung lagi. Tapi ia tahu, kalau Hye Jung pasti akan melihatnya dan mengawasinya diatas sana, bersama Seo In. Jong Woon melihat jam tangannya. Pukul 12 siang. Lebih baik ia segera bersiap menuju tempat seminarnya. Ia tidak mau membuat Frederick mati kepanikan.

     Jong Woon segera melangkahkan kakinya meninggalkan kanal Sungai Rhein yang penuh kenangan itu.

     Kini ia mengerti arti sebuah kalimat yang pernah tanpa sadar ia lontarkan pada seorang yeoja 5 tahun yang lalu ditepi kanan Sungai Rhein ini, kalimat yang sebenarnya hanya iseng ia lontarkan, dulu.

     Jong Woon berhenti sebentar, tersenyum kecil, lalu menutup matanya dan menghirup dalam-dalam udara yang mulai menghangat di hari pertama musim semi ini. “Hari ini, tepat 7 tahun yang lalu, kupikir kau sudah benar-benar meninggalkanku selamanya, tapi sekarang aku mengerti, kau tidak pernah benar-benar meninggalkanku. Kita tetap bersama, disini.” Jong Woon memegang dadanya. “Hanya saja aku tak bisa melihatmu. Tapi aku sudah bisa merelakan dan menerima semua itu. Aku yakin, kau pasti senang, Seo In. Ini ‘kan yang kau inginkan? Tenang saja, aku pasti akan mencari dan mendapatkan kebahagiaanku suatu hari nanti.”

     Jong Woon membuka matanya.

     “Dan tentunya terima kasih banyak juga untuk seorang yeoja cerewet yang tidak pernah menyembunyikan apa yang ada di pikirannya yang bernama Shin Hye Jung, yeoja pertama yang rasanya ingin sekali kucekik dulu karena kau begitu cerewet dan sifat ceriamu yang terkadang menyebalkan, yang telah membuka mataku tentang makna hidup dan hukum alam yang ada di dalamnya. Hahaha, kau dan Seo In tidak pernah menghantuiku selama ini, berarti aku melakukan semua pesanmu dengan baik, ne?”

     Sebuah bus berhenti tepat di depan halte tempat Jong Woon berdiri, di depan Sungai Rhein tersebut. Jong Woon segera melangkah masuk kedalam bus itu.

     “Gomawo untuk segalanya, Seo In-ah, Hye Jung-ah. Saranghaeyo. Nan jeongmalyo.”

 

“Mereka harus gugur agar daun-daun yang baru bisa tumbuh di musim semi nanti. Semua ada waktunya, pohon itu tidak akan gundul selamanya…”

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet