Two

Life

Life | Chapter 2 |

 

Author : Han Jinry

Cast : WooGyu, DongYa, MyungYeol, Jongie

Support cast : Choi Jonghyun (Changjo Teentop), Lee Chanhee (Chunji Teentop)

Rating : General

Length : Chapter

 

**

 

Namja tinggi itu menatap sosok yang tengah terbaring lemah di tempat tidur rumah sakit. Sesekali pandangannya teralih pada sosok namja lain yang menaruh kepalanya di pinggiran tempat tidur itu, jatuh tertidur sedari tadi.

“Kau seharusnya tak perlu repot-repot menemaniku Jonghyun-ah..” Sungyeol membelai lembut rambut Jonghyun yang menunjukkan wajah damainya saat tertidur. Hanya sesaat, sebelum pandangannya kembali tertuju pada sosok yang tertidur dengan wajah tak kalah damainya, dengan beberapa selang infuse di tangannya.

“Maafkan hyung karena meninggalkanmu tadi, ne?” sungyeol menggerakkan tangannya untuk menyentuh pelan pipi Chanhee dengan punggung tangannya. Membuat kontak antara kulit tangannya dengan pipi Chanhee.

“Aku mencarinya Chanhee.. aku masih mencarinya..” Sungyeol berbisik lirih berharap sosok lemah di hadapannya membuka matanya dan membalas ucapannya.

“Aku tak tau seberapa luas Seoul ini. Atau aku yang tengah dipermainkan takdir? Sehingga aku hanya membuang waktu selama 3 tahun tanpa hasil?” Sungyeol menggigit bibir bawahnya menahan tangisnya. Ia benci menangis. Ia tak pernah menangis di hadapan Chanhee dan Jonghyun.

Tapi nyatanya kedua orang itu tengah menutup mata mereka. Sehingga air mata itu jatuh begitu saja lolos dari dua bola mata miliknya. Sungyeol menangis di hadapan Chanhee dan Jonghyun, yang tak tau apa yang tengah terjadi dengan namja tinggi itu.

“Kau hanya korban. Ia hanya korban. Hanya aku yang tak mengalami apa yang kalian alami. Aku sudah cukup tersiksa melihat kau seperti ini. Lalu bagaimana jika aku melihat ia juga? Ia yang menderita sepertimu atau bahkan lebih?” isakan tangis Sungyeol ia redam dengan membekap mulutnya sendiri dengan tangan kirinya. Sementara tangan kanannya masih setia mengganggam erat tangan Chanhee.

“Aku merindukan saat kita bersama. Saat kita benar-benar tak tau apa yang terjadi antara satu sama lain. I miss that moment..” Sungyeol menyeka air matanya dengan punggung tangannya kasar. Takut jika Chanhee atau Jonghyun terbangun karena suara tangisnya.

 

Sungyeol berusaha tegar, namun ia telah sampai di ambang batasnya. Ia bukanlah baja yang keras dan tak akan rapuh melalui tempaan apapun. Ia hanya lah batu besar yang terlihat kuat, tapi rapuh di dalam. Batu yang terlalu banyak mengalami tempaan sehingga mengikis.

Sungyeol berusaha tegar, tapi ini semua diluar kemampuannya..

 

**

 

“Kita hanya sarapan sereal bintang ini?” Myungsoo menarik kursi di seberang tempat Dongwoo duduk dan menatap mangkuk sereal didepannya tak tertarik.

“Aku kesiangan. Lagi pula kita ada urusan pagi-pagi. Jadi untuk mempersingkat waktu hanya sereal bintang ini yang kutemukan di laci makanan kita.” Dongwoo menjawab Myungsoo sambil mengunyah serealnya. Sementara namja bermata tajam di seberangnya berdecak tak puas.

“Makanlah. Sejak kapan orang seperti kita manja eoh?”

“Sejak Negara api menyerang.” Canda Myungsoo, garing.

“Hey, kau terbentur ya semalam? Cepat makan serealmu atau kau kutinggal.” Dongwoo memasukkan suapan sereal terakhirnya sebelum melenggang pergi meninggalkan ruang makan. Myungsoo menatap sereal di depannya masih dengan wajah tak tertarik.

“Kim Myungsoo cepat makan!”

“Tsk,” sambil memutar bola matanya, tangan Myungsoo mulai menyendokkan kumpulan bintang dan susu putihnya itu ke dalam mulutnya.

Ia merasa kembali ke masa TKnya, dimana ia masih memakan sereal berbentuk itu.

 

Myungsoo tak mau berlama-lama di depan sereal bintang itu. Maka hanya dalam waktu dua menit, sereal itu habis tandas. Segera, Myungsoo bangkit dari posisinya dan melangkah keluar dari ruang makan. Mencari sosok Dongwoo yang sudah menghilang dari tadi.

“Kau lapar atau doyan? Cepat sekali.” Myungsoo tak memedulikan ejekan Dongwoo saat ia menemukan sosok dino itu didepan mobil porche mereka.

“Kita akan pakai mobil?” tanya Myungsoo yang mulai mengenakan jaket kulit hitamnya. Jaket yang sama yang dikenakan Dongwoo, dan tentunya selalu mereka gunakan.

“Ne, akan lebih memudahkan karena kita tak pernah mengendarai kendaraan ini selama kita ‘melakukannya’.” Dongwoo memberi penekanan pada kata melakukan.

“Baiklah, mana kunci mobilnya?” Myungsoo menyodorkan tangannya kearah Dongwoo. Tapi namja yang lebih tua satu tahun darinya itu malah menepis tangan Myungsoo dengan satu tepisan kencang.

“Ya!” Myungsoo berteriak kesal dan menatap Dongwoo.

“Aku yang akan menyetir.”

“Huh? Kau kira aku akan membiarkanmu menyetir? Sama saja seperti aku memberikan nyawaku padamu secara Cuma-Cuma!”

Dongwoo tak memedulikan protes yang keluar dari mulut Myungsoo dan segera memasuki mobilnya. Menyalakan mesinnya dan membuka jendela pintu penumpang di sampingnya, agar ia bisa melihat Myungsoo.

“Masuk, atau kau mau kutinggal?”

“Tsk,”

Mau tak mau akhirnya Myungsoo membuka pintu penumpang di samping Dongwoo dan membantingnya kasar. Dongwoo hanya terkekeh kecil sambil mengacak-ngacak rambut Myungsoo.

“Ya! Berani menyentuh sedikit saja dari bagian tubuhku, kau mati!”

“Huwah, uri Myungsoo menakutkan. Hahaha, kajja. Pakai seat-beltmu. Kau masih mau kukembalikan nyawamu kan? Setelah kau memberikannya secara Cuma-Cuma tadi?”

“AISH!”

 

**

 

Howon mengerjapkan matanya membiasakan kedua bola matanya dengan sinar matahari yang masuk lewat jendela kamarnya. Baru saja alarm kesayangannya membangunkannya. Mengingatkan ia ada kuliah pagi hari ini.

Howon melirik Sungjong yang memang berbagi kamar dengannya. Menatap sosok yang terlihat sangat menggemaskan ketika tertidur, tidak seperti saat ia terbangun. Yang terkesan menakutkan.

Howon bangkit dari posisi setengah duduknya dan turun dari tempat tidur. Merenggangkan sedikit otot-ototnya yang terasa pegal setelah berbaring semalaman. Sebelum ia melangkah keluar kamarnya menuju dapur, untuk menyiapkan sarapannya.

Langkah Howon terhenti saat melihat sosok lain sudah berada di dapur dan memunggunginya. Sosok yang tengah melakukan sesuatu disana.

Howon melangkah maju untuk mendekatinya. Tapi kemudian kakinya kembali terhenti saat melihat punggung sosok itu bergetar. Ia.. menangis?

Howon tampak ragu antara dua pilihan. Menghampiri sosok itu dan memastikan apakah sosok itu tengah menangis atau tidak, atau cukup memanggilnya sehingga sosok itu membalikkan badannya ke arahnya dan melihat sendiri sosok itu tengah menangis atau  tidak.

Dan akhirnya pilihan Howon jatuh pada pilihan keduanya.

“Gyu hyung,”

Hening kembali menyergap setelah Howon memanggil sosok Sunggyu itu. Tak ada respon yang berarti dari Sunggyu. Hanya bahunya berhenti bergetar. Howon menghela nafasnya pelan agar tak didengar Sunggyu yang sebenarnya pasti terdengar karena keadaan yang sunyi. Bibir Howon akan bergerak lagi untuk memanggil nama Sunggyu, tapi terpotong.

“Ho-Howon?”

Kali ini Howon yang terdiam sesaat. Sebelum bibirnya akhirnya terbuka. “Kau menangis hyung?”

 

Suara pot yang mulai berisik karena airnya sudah mendidih lah yang menjadi satu-satunya suara yang terdengar setelah itu.

 

“Ani,” akhirnya Sunggyu menjawab setelah terdiam beberapa saat dan terlihat mengatur nafasnya. Menjawabnya dengan suara yang amat pelan.

Howon tak yakin dengan jawaban Sunggyu. Ia tau hyungnya itu tak pernah bisa berbohong, walau ia tak tau hyungnya itu sebaik Woohyun kekasihnya, atau Sungjong si maknae. Maka, Howon memutuskan untuk menghampiri sosok Sunggyu. Sosok yang masih memunggungi Howon dan tengah terdiam di tempatnya.

Hanya tinggal beberapa langkah lagi Howon berada di samping Sunggyu. Tangan Howon lah yang bergerak lebih dulu untuk meraih bahu Sunggyu, untuk membalikkannya nanti. Tapi sebelum itu semua terjadi…

 

Brukk!

 

**

 

Woohyun berdiri didepan pintu ruang UGD dengan wajah panic. Tangannya mengepal dan menumpu dagunya. Kakinya tak henti-hentinya mengetuk-ngentuk lantai dingin rumah sakit. Menandakan ia sedang dalam keadaan gelisah.

Namja cantik disebelahnya tak kalah gelisah. Sungjong dari tadi mondar-mandir di hadapan Woohyun. menyebutkan nama Sunggyu hyung dalam bisikan lirih. Sampai akhirnya Woohyun menahan tangan Sungjong sehingga namja itu berhenti.

“Tenanglah..” Woohyun mencoba menenangkan Sungjong. Namja cantik itu menghela nafas dalam sebelum bergabung untuk berdiri di sebelah Woohyun. bersender pada dinding rumah sakit yang dingin.

Harusnya ia yang menenangkan Woohyun..

 

Keduanya sama-sama tersentak dari kesibukannya masing-masing dan segera menghambur pada dokter yang baru saja keluar dari ruang UGD.

“Uisa, bagaimana keadaannya?” Woohyunlah, yang lebih dulu mengungkapkan pertanyaan sebelum dokter itu berkata apa-apa.

“Kim Sunggyu harus menerima donor jantung secepatnya. Jantungnya semakin mendekati kata tak berfungsi.”

Ucapan dokter itu membuat tubuh Woohyun mematung seketika. Sementara Sungjong mulai berbisik lirih tak percaya.

“Apa ada keluarganya yang bisa ikut saya ke ruangan? Ada beberapa hal yang akan saya beritahu.” Dokter itu menatap Woohyun dan Sungjong sekilas, sebelum akhirnya berjalan meninggalkan mereka. Woohyun menatap Sungjong dan tersenyum pada namja cantik yang juga menatapnya itu. Sebelum mengikuti langkah kaki dokter itu.

Sungjong menatap pintu ruang UGD dari luar. Pandangan matanya mengabur seiring butiran-butiran air mata yang akan menyeruak keluar. Ia bukan anak yang cengeng. Tapi kalau berurusan dengan salah satu hyungnya, ia sangat mudah menangis.

Perlahan kakinya mendekati pintu ruang UGD itu. Mata kucingnya menatap sosok lemah yang terbaring dengan berbagai selang di tubuhnya. Menatap sosok yang tengah menutup matanya dan menggunakan alat bantu pernapasan. Telinganya seolah menangkap suara alat pendeteksi detak jantung yang terpasang didalam ruangan sana.

 

Dan saat itu, ia tak bisa menahan air matanya lebih lama lagi..

 

**

 

Sungyeol berjalan menyusuri koridor rumah sakit. Di kepalanya terbayang wajah ceria Chanhee yang baru saja ia lihat. Sangat tak menunjukkan bahwa anak itu tengah memiliki gangguan psikis. Walau agak ragu meninggalkan Jonghyun sendiri untuk menjaga Chanhee, tapi nyatanya namja tinggi itu tak bisa menolak permintaan Jonghyun. Yang meminta dirinya untuk menjaga Chanhee sementara dirinya mencari makan.

Dari semalam, namja tinggi itu melupakan semua jam makannya..

Kaki jenjang Sungyeol terhenti di kios yang berada di kantin rumah sakit itu. Tersenyum tipis pada penjualnya dan mengucapkan apa pesanannya. Sungyeol hanya perlu menunggu beberapa saat, sampai tangannya membawa nampan berisi makan siangnya.

Mata bulatnya menyapu semua sisi kantin rumah sakit, mencari dimana tempat ternyaman yang bisa ia gunakan sebagai tempat makannya.. dan lamunannya.

Langkah kakinya kembali membawa namja tinggi itu menuju salah satu meja di pojok kantin, dekat dengan kaca yang menampilkan pemandangan taman rumah sakit. Meja yang berukuran untuk dua orang itu segera ia gunakan untuk dirinya sendiri.

Matanya tertuju pada pesanan di hadapannya. Seolah tak berminat, tangannya mulai mengambil sendok di hadapannya dan menyendok sup miliknya. Pandangannya tertuju pada pemandangan taman di hadapannya.

Semuanya berlangsung begitu lama untuknya. Bahkan ia tak sadar, beberapa kuah sup miliknya tak tepat masuk ke dalam mulutnya, melainkan jatuh mengenai kemejanya.

“Apa kau sedang tidak enak badan?” sebuah suara lah yang menginterupsi semua adegan slow motion yang Sungyeol lakukan. Suara berat dan bass itu membuat Sungyeol mengangkat kepalanya. Ia menemukan sesosok namja tampan dengan senyuman manis tengah berdiri di hadapannya.

“Nde?” Sungyeol mengerjap-ngerjapkan matanya bingung. Terlebih saat ia melihat namja di hadapannya itu tersenyum, sambil menarik kursi di hadapan Sungyeol dan mendudukinya.

“Kau makan tapi belepotan seperti itu. Lihat, kuah sup itu mengotori kemejamu. Apa kau sedang tak enak badan?”

Sungyeol segera tersadar dan melirik ke arah kemejanya. Melihat bagian dadanya yang basah karena kuah sup yang tumpah. Tanpa ia sadari.

“Ya Tuhan.. eottohke?” Sungyeol berbisik lirih, panic. Namja dihadapannya tersenyum dan segera merogoh saku jaketnya. Mengeluarkan saputangan hitam miliknya dan memberikannya pada Sungyeol.

“Pakai ini untuk mengeringkannya. Lebih baik kau sekarang ke kamar mandi untuk membersihkannya agar tidak lengket.” Saran namja asing itu membuat Sungyeol mengalihkan pandangannya lagi, kearah namja itu. Melihat namja itu menyodorkan saputangan hitam miliknya.

Ragu-ragu mata Sungyeol melirik tangan namja itu yang masih terulur di hadapannya. Dan ragu-ragu pula tangan Sungyeol mengambil saputangan itu.

“Kalau kau tak enak badan, kau datang ke tempat yang tepat. Nah, aku permisi dulu ya. Segera bersihkan kemejamu. Anyeong!”

Saat Sungyeol masih terpaku pada saputangan hitam di telapak tangannya, Sungyeol tak menyadari bahwa namja asing itu telah beranjak dari hadapannya. Sungyeol tersadar, beberapa saat setelahnya dan menemukan kursi di hadapannya telah kosong.

Sungyeol melemparkan pandangannya ke seluruh sudut kantin. Berusaha mencari sosok namja tadi. namun hasilnya nihil, karena tak ada lagi sosok itu di kantin ini.

 

“Pabo..”

 

**

 

Dongwoo tersenyum pada namja berjas putih di hadapannya. Namja berjas putih itu mengisyaratkan namja dino itu untuk segera beranjak dari hadapannya. Walau Dongwoo tau apa maksudnya, tapi ia berpura-pura tak mengerti dan malah beranjak duduk di pinggir tempat tidur di ruangan itu.

“Ya, kalau ada yang melihatmu disini bagaimana? Kau tak takut tertangkap eoh?” mendengar ucapan namja berjas putih itu membuat Dongwoo tertawa. Tawa yang dipaksakan dan terdengar sinis.

“Kau takut aku yang tertangkap atau kau yang ketahuan?” tanya Dongwoo dengan sinis, setelah tawa yang juga sinis selesai ia keluarkan.

“Ya!”

Dongwoo hanya tersenyum tipis lalu berjalan mendekati namja berjas putih itu. Menarik sedikit jas putih namja itu, dan mengusap namtage yang bertengger di dada sebelah kiri dari jas itu.

“Jangan takut Kim-ssi. Aku hanya ingin beristirahat sebentar di ruangan ini sebelum salah satu rekanku datang.” Dongwoo berujar santai dan melepas nametag namja berjas putih itu.

“Tapi ini ruang pasien!”

Lagi, Dongwoo hanya tertawa menanggapi ucapan panic namja itu.

“Sabarlah sebentar. Temanku akan datang sebentar lagi, percayalah.”

“Keluar atau semua akan tau untuk apa kau kesini!’

Untuk kali ini, bukan tawa sinis yang keluar dari bibir tebal Dongwoo. Matanya yang tajam lah yang kini menyorotkan tatapan sinis.

“A-atau kau bisa lebih lama sedikit disini sampai temanmu itu datang menjemputmu.” Dibawah tatapan Dongwoo, namja berjas putih itu tak berkutik.

“Aku keluar sekarang.”

“T-tapi kau tak akan melaporkan ada penyelundupan di rumah sakit ini atas namaku kan?”

Dongwoo tak membalas ucapan namja tadi dan segera melangkah keluar ruangan itu. Tak memperdulikan seruan namja itu yang menyuruhnya kembali.

 

Masih dengan sedikit mengumpat untuk namja itu dalam hatinya, Dongwoo menusuri lorong-lorong putih panjang rumah sakit itu. Lain di hati lain di mulut. Jika di hatinya Dongwoo mengumpat untuk namja berjas putih tadi, di bibir tebalnya yang keluar adalah umpatan untuk Myungsoo. Yang menghilang secara tiba-tiba.

“Anak itu tak akan kutraktir makan siang!”

Dongwoo masih setia dengan kegiatan mengumpatnya sampai ia tak terlalu memperhatikan jalan. Membuat tubuhnya bertabrakan dengan seseorang. Dan dengan sukses bokongnya membentur rumputan taman rumah sakit. Bahkan, namja dino itu belum tentu sadar ia sudah berada di taman rumah sakit sekarang.

Dongwoo meringis kecil sambil mengusap-ngusap bokongnya. Matanya menyipit seiring dengan ringisan keluar dari mulutnya. Tapi, matanya itu masih dapat dengan jelas melihat sebuah kacamata tergeletak di sampingnya.

Tangan milik Dongwoo lebih cepat mengambil kacamata itu daripada si pemilik yang hendak ingin mengambilnya. Membuat tangan si pemilik terhenti di udara, memancing Dongwoo untuk melihat, siapa sosok yang ia tabrak.

Dongwoo sedikit tersentak melihat sosok yang ia tabrak. Sosok yang terus menatap kearah kacamatanya yang berada di tangan Dongwoo.

 

Sosok itu adalah namja. A cute boy.

 

“Apa sesakit itu?” Padahal Dongwoo bisa saja mengomeli orang yang bertabrakan dengannya walau itu kesalahannya. Tapi yang keluar dari bibir Dongwoo sangat bertolak belakang. Sebuah ucapan kekhawatiran.

Namja manis yang ia tabrak itu akhirnya mengangkat kepalanya perlahan untuk menatap Dongwoo. Menatap kedua mata tajam milik Dongwoo.

“Apa sesakit itu sampai kau menangis?” Dongwoo mengulangi pertanyaannya, dengan sedikit penambahan.

Namja manis itu sedikit tersentak, sebelum akhirnya mengerjap-ngerjapkan matanya bingung. Menatap Dongwoo dalam diam.

“Kau terlalu manis untuk menangis..” lagi-lagi bukan kata-kata yang wajar yang keluar dari mulut Dongwoo. Kali ini sukses membuat namja itu melongo mendengar kata-katanya.

 

“Aku.. tidak menangis.”

 

**

 

Woohyun melangkahkan kakinya keluar dari ruangan dokter Nam, dokter yang memanggilnya tadi. seiring kakinya melangkah keluar dari ruangan itu, Woohyun merasa dirinya sudah tak menapak di tanah.

 

“Sunggyu harus cepat-cepat melakukan operasi tranplantasi jantung. Atau tidak umurnya tak akan bertahan lebih dari sebulan. Kami sudah menemukan pendonornya. Hanya tinggal persetujuan dari pihak keluarganya. Ingat Woohyun, kami pihak rumah sakit tidak bisa sembarangan melakukan sebuah operasi, apalagi ini sebuah operasi besar. Tak ada kepastian siapa keluarga dari Sunggyu. Pihak rumah sakit tak mau mengambil resiko jika pihak keluarga tak mengizinkan.”

 

Woohyun memejamkan matanya perlahan seiring dengan hambusan nafas berat yang ia keluarkan. Kakinya sudah membawa ia kembali ke sini. Tempat Sunggyu berada didalamnya.

Woohyun merasakan sebuah tepukan di bahunya. Membuat Woohyun menoleh dan menemukan sosok Sungjong disampingnya.

“Apa kata dokter?” suara Sungjong terdengar pelan dan serak. Benar-benar tampak jelas bahwa Sungjong habis menangis.

Woohyun tak langsung menjawab pertanyaan Sungjong. Ia kembali menghela nafas berat, lalu menyenderkan tubuhnya pada dinding rumah sakit yang dingin.

“Kita harus menghubungi keluarga Sunggyu.”

“A-apa?” terkejut. Woohyun sudah tau itu lah reaksi yang akan dikeluarkan oleh Sungjong.

“Operasi tidak bisa dilaksanakan jika tak ada persetujuan dar pihak keluarga. Dan..”

“Biayanya? Bagaimana dengan biayanya?”

Itulah yang Woohyun khawatirkan. Walau ia lebih khawatir tentang urusan keluarga..

 

“Mana Howon?” Woohyun memilih untuk mengganti topic. Tak mau lebih lama terjerat dalam dua hal baru yang memenuhi pikirannya itu.

“Orang itu menghilang begitu saja dari tadi, sebelum kau pergi ke ruangan dokter Jung. Kau saja yang tak sadar hyung. Dasar, kemana sih orang itu?”

Dan mulailah segara umpatan-umpatan kecil yang Sungjong tujukan untuk salah satu hyungnya itu. Terkesan tidak sopan, tapi Woohyun bisa memakluminya. Sungjong dalam kondisi yang tak stabil setelah berbagai berita buruk datang padanya.

“Dia yang berjasa, Jongie. Jika ia tak menemukan Sunggyu pingsan, aku tak tau bagaimana..”

Ucapan Woohyun terpotong saat dongsaengnya itu memeluk tubuhnya erat. Isakan tangis yang pecah membuat Woohyun mengerjap-ngerjapkan matanya perlahan.

“Uljima..” Woohyun berbisik tepat di telinga Sungjong untuk menenangkan namja cantik itu. Walau nyatanya, Sungjong yang ingin menenangkan Woohyun

 

Woohyun terlihat diam dan tak ikut menangis seperti Sungjong. But inside him, he’s crying louder than Sungjong..

 

**

 

Myungsoo tak bisa henti-hentinya memasang senyuman di wajahnya. Ia bahkan lupa, atau bisa dibilang tak sadar bahwa ia telah meninggalkan Dongwoo. Bahkan sampai Myungsoo memasuki mobil porche yang terparkir di parkiran rumah sakit. Dan suara nyaring Dongwoo lah yang pertama kali menyadarkan Myungsoo.

“Ya! Kenapa pergi begitu saja?!!” Myungsoo tentu terkejut saat baru saja ia duduk di kursi sebelah pengemudi dan langsung mendapat semprot dari si pengemudi.

“Astaga..” dan saat itu lah seorang Kim Myungsoo baru menyadari kebodohannya. Menyisakan decakan sebal dari Dongwoo.

“Hehehe..” dan bukan kata maaf yang keluar dari mulut Myungsoo. Melainkan sebuah cengiran tak jelas yang hampir membuat Dongwoo menonjok sahabatnya itu.

“Ah lupakanlah. Lagipula ada untungnya juga kau menghilang.” Ucapan Dongwoo kali ini sukses menghentikan cengiran gaje di wajah Myungsoo. Bergantikan raut wajah heran Myungsoo.

“Kau tau, aku bertemu malaikat di rumah sakit ini! Namja itu.. namja manis itu… aahh Kim Myungsoo I’m in love now!” Myungsoo mengerjap-ngerjapkan matanya berusaha mencerna ucapan Dongwoo. Tapi beberapa saat kemudian matanya membulat.

“Namja?!”

Dongwoo menoleh kearah Dongwoo yang terkejut. Dengan entengnya Dongwoo menganggukkan kepalanya. Seolah tak perduli apa komentar Myungsoo tentang dirinya yang menyukai namja.

“Huwaaaa!” Myungsoo tiba-tiba memeluk Dongwoo. Membuat namja dino itu gentian terkejut.

“Kenapa kita benar-benar sehati? Aku juga sedang jatuh cinta!  Dengan seorang namja tinggi berpipi chubby yang kutemui di kantin rumah sakit!”

Kali ini giliran Dongwoo yang sukses melongo hebat. Sebelum akhirnya pelukan Myungsoo terlepas. Keduanya saling berpandangan sesaat, lalu tiba-tiba bertos ria dan kembali berpelukan lagi. Membuat teriakan tak jelas didalam mobil mereka.

 

They aren’t like what the side that they always show. That’s their reality. The happy, and playfull namja..

 

**

 

Sungyeol menggeser pintu kamar Chanhee. Namja tinggi itu langsung disambut oleh sapaan ceria Chanhee dan Jonghyun. Sungyeol tersenyum pada keduanya dan segera berjalan mendekati Chanhee. Duduk di sisi tempat tidurnya dan mengusap lembut surai coklat milik Chanhee.

“Hyung, aku permisi dulu ya? Karena hyung sudah kembali, aku harus segera pulang. Eomma sudah menelponku berulang-ulang tadi.” Jonghyun beranjak dari kursi di sisi tempat tidur Chanhee dan berjalan mendekati Lee bersaudara itu. Memeluk mereka berdua sekaligus.

“Jeongmal gomawo Jonghyun-ah. Istirahatlah yang cukup. Aku rasa badanmu pegal-pegal karena semalaman tidur dalam posisi duduk, hehe.” Chanhee tersenyum memamerkan deretan giginya.

Jonghyun membentuk huruf O dengan ibu jari dan telunjuknya. Ia menatap Sungyeol yang membisikkan kata terima kasih banyak tanpa suara. Jonghyun mengangguk dan melambaikan tangan pada keduanya.

Setelah sosok Jonghyun menghilang di balik pintu, perhatian Sungyeol langsung tertuju pada Chanhee, yang tengah menyenderkan kepalanya di pundak Sungyeol.

“Chanhee mengantuk?” Sungyeol bertanya pelan. Tangannya kembali aktif membelai surai coklat milik Chanhee.

“Nde~” suara Chanhee terdengar berat, menandakan namja itu memang tengah mengantuk.

“Tidurlah..”

“Shireo. Aku takut kalau aku tertidur nanti Sungyeol hyung akan pergi lagi.”

Hembusan nafas berat keluar dari mulut Sungyeol. Dieratkannya rangkulannya terhadap bahu Chanhee. Membuat Chanhee menyamankan posisi kepalanya dan menikmati pelukan hangat Sungyeol.

“Mianhe.. Hyung janji tak akan meninggalkanmu.”

 

Dan setelah ucapan Sungyeol itu, Sungyeol mulai merasakan nafas teratur milik Chanhee. Ditatapnya sepupunya yang rapuh itu dalam pelukannya.

 

Semua karena orang yang ia sebut hyung. Meluangkan begitu banyak waktu untuk mencarinya, membuatnya lupa akan sosok rapuh dalam pelukannya sekarang. Mungkin, ia harus melupakan sejenak tentang hyungnya itu. Setidaknya sampai kondisi Chanhee membaik.

 

He just to fragile for this.. Chanhee isn’t the right person to accept this..

 

**

 

Howon berjalan menaiki undakan tangga kampusnya. Pikirannya tak menentu memikirkan kondisi Sunggyu di rumah sakit. Walau ia menyesal meninggalkan hyungnya itu, masih ada tugas penting yang harus ia lakukan di kampus ini. Ia tidak bisa meninggalkan tugasnya yang menjadi seorang asisten dosen.

Tak hanya masalah Sunggyu yang memenuhi pikirannya saat ini. Tapi seseorang yang ia temui di rumah sakit.

Juga.. Orang yang tak sengaja ditabraknya dan mengatakan seenaknya dirinya menangis. Walau sekeras apa Howon mengatakan ia tidak menangis, tapi tetap saja orang itu mengatakannya menangis. Tak ada air mata di pipi Howon saat itu. Tapi nyatanya, ia memang menangis dalam hatinya..

 

It’s because him. Howon saw him. In the last 3 years, he’s back again. Him. The most avoided person by Howon..

 

TBC

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Sumayeol #1
Chapter 2: Aaa penasaran plis lanjutinn
Sumayeol #2
Chapter 1: Bagus bgt cara ceritanyaaa sukakkk
Sumayeol #3
Chapter 1: HABIS BACA B ING TERUS LIAT INI KAGET KOK B INDO WKWKWKWKWK
hhalimatun #4
Chapter 1: Updatemore pleeeeeeeeeeeeeeeesssssssssssssssss update update update UPDATE PLEEEEESSSSSSSSSSSSSSSSSSSS!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
fapra91 #5
Chapter 2: tuh kan bener prediksiku,ff ini prospek,ff ini ngena suspenya.so author kudu lanjut,nde
fapra91 #6
Chapter 1: lanjut tor,prospek ini fanfic. q bkal jd pembc stia fanfic ini. tngkatanya lbh tingg krna gbung2n couple.semangat tor
redvelvetrose #7
Chapter 1: Aaah, semua karakternya bikin penasaran >.<
Sunggyu sakit apa? Penasaran sama hubungan Sunggyu-Woohyun-Sungjong-Hoya, kenapa mereka tinggal satu rumah. Kenapa Hoya kq awkward k yg lain.
Kasihan Sungyeol yg kebebanan sama perbuatan sepupunya.
Trs penasaran jg sama Myungsoo-Dongwoo yg ugal2an d jalan, hahha..
adorexo
#8
Seems interesting! Keep writing author-nim!! would you mind checking out my fanfic? Sorry for advertising :D