One

Life

Lee Howon, namja berkacamata cukup tebal itu menghela nafasnya perlahan. Tangannya bergerak menghentikan music yang tengah mengalun cukup keras. Melantunkan lagu I Got A Boy, Girls generation. Menghentikan namja ramping yang tadinya tengah meliuk-liukkan badannya mengikuti alunan music.

“Hyung!” dan tak ayal, sebuah protes langsung didapatkan Howon.

“Aku sedang belajar, Jongie. Bisakah kau mendengarkannya nanti? Ketika aku sudah menutup buku-buku ini?” ucapan Howon kali ini membuat sosok yang dipanggil Jongie memutar bola matanya.

“Kau menyuruhku mendengarkannya tengah malam nanti? Aish, kau tak akan bisa lepas dari buku itu jika sudah membacanya hyung!” rengekan Sungjong hanya dibalas Howon yang mengangkat kedua bahunya. Namja berkacamata itu memilih memunggungi Sungjong dan mulai sibuk dengan buku-buku di hadapannya.

“Ia hanya gila belajar, Lee Sungjong. Biarkanlah. Lagi pula wajar kan, Howon sebentar lagi menyelesaikan skripsinya.” Sebuah suara lain menghentikan rengekan Sungjong dan membuat Howon mengalihkan pandangannya lagi dari buku-bukunya.

“Hyung juga harusnya sesibuk dirinya, tapi nyatanya hyung tak segila dia saat belajar!” si pemilik suara itu terkekeh melihat Sungjong yang kini tengah melipat kedua tangannya di depan dada. Sementara namja yang menjadi bahan omongan hanya menghela nafas dan kembali melanjutkan aktifitasnya.

“Sudahlah, mau ikut hyung membeli bahan makan tidak? Aku harus membuatkan bubur untuk Sunggyu, tapi bahannya habis. Sekalian kita cari makanan untuk kita makan malam nanti. Bagaimana?”

“Baiklah, daripada diam hanya dipunggungi oleh Howon hyung. Kajja Woohyun hyung!” Woohyun terkekeh saat tangannya langsung disambar Sungjong dan menariknya keluar dari ruangan. Meninggalkan Howon yang masih disana.

“Dasar maknae,” dan setelah mereka pergi sehingga keadaan benar-benar sepi, Howon bergumam pelan sambil menyunggingkan sebuah senyuman kecil.

 

**

 

Ngiiiinnnnnngggggg

 

Suara sirine itu membuat kedua namja yang tengah memacu kendaraan bermotor mereka saling menoleh. Tampak sekilas keduanya saling tersenyum sinis sebelum kembali mengalihkan pandangan mereka ke jalanan di depannya.

Dan dalam sekejap, dua motor itu melesat menjauhi mobil-mobil yang tengah mengejarnya dari belakang.

Mereka sudah menjadi buron sekarang.

Salah satu dari namja itu tertawa dibalik helmnya. Bukan tawa sinis, tapi lebih pada tawa mengejek. Suara tawanya terbang bersama angin yang menerpa mereka kencang berlawanan arah dengan laju motor keduanya.

Cukup lama kedua motor itu berpacu dalam kecepatan penuh, sebelum akhirnya salah satu dari mereka memberi kode untuk mengakhiri aksi mereka. Dan motor itu berhenti tepat di pinggir pantai yang sepi tanpa pengunjung.

“Woohooooo~!” namja berambut ungu menyala melepaskan helmnya dan mengibas-ngibaskan rambutnya. Sebelum tertawa kencang entah untuk apa.

Namja lain yang berdiri didekatnya melakukan hal yang sama. Melepaskan helmnya, memperlihatkan rambut hitam legamnya dan sorot matanya yang tajam, yang sedari tadi tertutup helmnya.

“Kita berhasil mengecoh mereka lagi.” Namja berambut hitam itu berujar pelan. Membuat namja berambut ungu menoleh kepadanya. Mereka berdua saling berpandangan, menciptakan senyum sinis di sudut bibir mereka, sebelum namja berambut ungu menghambur dan memeluk namja berambut hitam.

“This is my pleasure, really! Wohoooooo~!”

 

**

 

Namja berpipi chubby itu menatap tak tertarik kearah jendela mobilnya. Menghela nafasnya berkali-kali hanya untuk menunjukkan ia masih bernafas pada sosok yang mengemudi mobil didepannya.

“Tuan muda, apa kita tidak sebaiknya pulang?” akhirnya, namja berpakaian serba hitam seperti seragam resmi itu membuka suara.

Namja berpipi chubby itu melirik sekilas namja yang memanggilnya tuan muda itu. Menghela nafasnya lagi, kali ini lebih dalam. Sebelum mengucapkan sebuah kata pelan, “Baiklah..”

Namja berseragam itu tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Segera, ia putar balik arah mobilnya. Membawa namja chubby yang duduk di bangku penumpang untuk kembali ke rumahnya. Home sweet home.

Tangan panjang namja chubby itu merogoh saku jaketnya. Meraih ponselnya yang tersimpan disana. Melihat layar ponselnya. 25 misscalled, 30 messages.

Namja itu membuka salah satu pesan dari 30 pesan yang dikirimkan. Pesan dari orang yang sama.

 

From : Jonghyun

Hyung, eoddie? Chanhee mengamuk lagi. Ia meneriakkan namamu. Cepat kemari.

 

Namja chubby itu menghempaskan kepalanya pada senderan di mobilnya. Memejamkan matanya sambil menggenggam erat ponsel di tangannya. Sampai tangannya memutih, karena terlalu kencang.

 

Niga eobseul ttae ~ Niga eobseul ttae~

 

“Yoboseyo?”

“Hyung, cepat ke rumah sakit! Chanhee melukai dirinya!”

Lagi, namja itu memejamkan matanya lebih rapat kali ini. Ia tekan tombol end pada ponselnya. “Han-ssi, bawa aku ke rumah sakit.”

Dan tanpa menolak atau berkata apapun, Han-ssi membawa mobilnya menuju jalan lain lagi. The hospital..

 

**

 

Howon menaruh pensilnya diatas mejanya. Matanya melirik jam dinding di kamarnya. Masih jam 7 malam, baru 30 menit yang lalu Woohyun dan Sungjong meninggalkan kamarnya. Perlahan namja itu bangkit dari duduk bersilanya dan berjalan keluar kamar.

Ia bukannya bosan belajar, ia hanya tiba-tiba memiliki firasat buruk. Langkahnya membawanya menuju kamar lain, tempat Woohyun berbagi kamarnya dengan namja manis yang juga tinggal bersama mereka. Namja yang tengah tertidur lelap dengan selimut yang menutupi tubuhnya, tak membiarkannya merasa dingin. Dengan wajah yang damai.

Howon menghela nafas lega saat melihat tak terjadi apa-apa dengan namja itu. Ia tersenyum kecil sambil tetap memandangi sosok itu. Namja yang tak tau apa-apa kalau ia tengah menjadi pusat perhatian sekarang.

Suara langkah kaki menaiki tangga yang berisik membuat Howon tersadar dari aktifitasnya dan menoleh kearah pintu flat. Sebentar lagi Sungjong dan Woohyun akan masuk. Segera, Howon berjalan kembali memasuki kamarnya dan mengambil posisi seperti semula.

“Kami pulaaannnggg~!” Suara Woohyun memenuhi isi flat. Howon mengambil kembali pensilnya dan mulai fokus kembali pada buku didepannya.

 

Tap tap tap

 

“Hyung, ayo makan malam! Aku beli Jjajjangmyeon tadi.” Sungjong melongokkan kepalanya kedalam kamar dimana Howon berada. Howon melirik Sungjong sekilas sebelum menggelengkan kepalanya.

“Nanti saja, aku menyusul.”

Decakan sebal Sungjong keluarkan. Tanpa melihat Sungjong pun Howon tau pasti namja itu tengah memutar bola matanya sebal, melipat kedua tangannya di depan dada, dan mengetuk-ngetukkan kakinya ke lantai kayu flat mereka.

“Kalau nanti itu dingin, hyung! Bisakah kau tak mengucapkan kata nanti untuk makan?!” Sungjong bertanya sebal.

“Hmm,” hanya gumaman kecil yang menyambut Sungjong. Membuat namja ramping itu menghentakkan kakinya kesal ke lantai dan meninggalkan Howon. Menghampiri Woohyun yang tengah membuat bubur di dapur.

“Hyung, apa Sunggyu hyung belum boleh makan jjajjangmyeon?” tanya Sungjong sambil mengeluarkan jjajjangmyeon yang baru saja mereka beli.

“Bukannya tak boleh, aku hanya tak mau Sunggyu kenapa-napa. Nah, tolong jaga buburnya sebentar ya Jongie. Aku akan membangunkan Sunggyu dulu.” Woohyun menutup panci tempat ia memasak bubur. Mengacak-ngacak rambut Sungjong sebelum berjalan keluar dapur. Menuju kamarnya.

Woohyun menghampiri sosok namja manis yang tengah tertidur di tempat tidur yang tak besar dengan damai. Woohyun berlutut di samping tempat tidur itu, menatap wajah damai namja itu. Woohyun menggerakkan tangannya perlahan membelai rambut hitam namja itu. Tak tega untuk membangunkannya.

“Eungh..” namja itu bergerak sedikit dalam tidurnya. Sebelum akhirnya kedua matanya terbuka, menampakkan sepasang mata sipit yang mengerjap-ngerjap, menyesuaikan dengan cahaya lampu kamar. Woohyun tersenyum melihatnya.

“Chagi, makan dulu ya? Aku sudah membuatkan bubur untukmu.” Woohyun berujar lembut sambil masih mengelus surai hitam milik namja itu. Membuat namja itu menatap Woohyun dan perlahan tersenyum.

 

Cuupp!

 

Woohyun mengecup kening Sunggyu, namja yang masih dalam posisi berbaring di tempat tidur sebelum membantunya mendudukkan Sunggyu di tempat tidurnya.

“Tunggu sebentar ne, aku ambilkan dulu buburnya.” Woohyun mengusap pipi chubby milik Sunggyu lembut.

“Hyunnie~” suara manja Sunggyu serta tangannya yang bergerak menahan tangan Woohyun membuat namja tampan itu tak jadi beranjak dari posisinya. Ia kembali menghadapkan tubuhnya kearah Sunggyu.

“Wae, eum?”

“Aku makan di ruang tengah saja ya, sekalian makan bersama Howon dan Jongie.” Woohyun tersenyum mendengar permintaan Sunggyu lalu mengangguk. Dengan hati-hati dan lembut Woohyun membantu Sunggyu untuk berdiri dan memapahnya keluar kamar. Semuanya ia lakukan dengan perlahan, seolah takut jika ia akan melukai Sunggyu.

“Gyu hyung!” Sungjong yang tengah sibuk dengan bubur Sunggyu langsung menghampiri namja manis itu dan mengambil alih dari tangan Woohyun.

“Hyung, kau siapkan buburnya saja untuk Gyu hyun, arasso?” perintah Sungjong yang disambut tawa Sunggyu dan protes dari Woohyun. berani-beraninya maknae yang berbeda dua tahun darinya itu menyuruhnya? Walau nyatanya namja tampan itu tetap beranjak menuju dapur untuk menyiapkan bubur kekasihnya.

“Hyung, kau mau nonton apa?” tanya Sungjong sambil meraih remote tv didekatnya. Bersiap untuk memindahkannya sesuai permintaan Sunggyu nanti.

“Hmm, acara apa yang menurutmu seru? Aku jarang nonton tv sih.”

Sungjong tampak memikirkan jawaban yang tepat untuk Sunggyu. Tiba-tiba ia menjentikkan jarinya dan segera memindahkan channel tvnya. Dan segera terpampanglah wajah Hyungdon dan Defcon disana.

“Ini… acara apa?” tanya Sunggyu bingung melihat satu presenter plus pelawak dan satu produser music yang bergabung menjadi grup rookie baru itu muncul di tv.

“Weekly idol hyung! Ini lucu loh! Apalagi yang episode Infinite :D” Sunggyu hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.

“Gyuyie buburmu siaappp~ Jongie makan sana Jjajjangmyeonmu. Sudah agak dingin tadi karena terlalu lama kau tinggal.” Woohyun duduk disisi lain sebelah Sunggyu. Sementara Sungjong segera beranjak menuju dapur untuk mengambil jjajjangmyeonnya.

“Howon mana Hyunnie?” tanya Sunggyu saat Woohyun akan memasukkan buburnya ke mulut Sunggyu. Membuat aktifitas namja tampan itu terhenti.

“Kau tau kan ia selalu begitu jika sudah berurusan dengan buku pelajaran?” jawab Woohyun sambil mengisyaratkan Sunggyu untuk membuka mulutnya. Dan namja manis itu menurut. Membuka mulutnya untuk membiarkan bubur di sendoknya masuk kedalam kerongkongannya.

“Eh, Howon hyung?” Sungjong menghentikan langkahnya saat melihat Howon keluar dari kamarnya. Begitu juga dengan Woohyun dan Sunggyu, yang sekarang menatap sosok berkacamata itu.

“Bolehkah aku bergabung?”

Sungjong, Woohyun dan Sunggyu saling bertatapan. Ini pertama kalinya, selama mereka tinggal bersama Howon meminta izin untuk bergabung dengan mereka. Selama ini, namja kutu buku itu lebih tertarik dengan buku-bukunya, dibanding berbicara dengan mereka.

“Tentu saja! siapa yang melarangmu, pabo?” Woohyun menyambutnya dengan senyuman. Howon membetulkan posisi kacamatanya dan berjalan menuju dapur. Hendak mengambil jjajjangmyeon miliknya.

“Dia sedang tidak kesambet kan?” bisik Sungjong yang langsung menghampiri Woohyun dan Sunggyu setelah Howon pergi ke dapur.

“Ya!” woohyun menjitak kepala Sungjong. Membuat Sungjong memajukan bibirnya.

“Biarlah, bukannya bagus kalau ia mulai terbuka dengan kita?”

“Aigoo.. tentu saja Gyuyieku selalu berwibawa!” Woohyun memeluk Sunggyu setelah namja manis itu selesai berujar. Membuat Sungjong memutar bola matanya.

“Tapi tetap saja, ia belum mau tersenyum.” Lanjut Sungjong sambil mengambil posisi duduk di bawah sofa, di depan Sunggyu.

“Semua pasti melalui proses, Jongie..”

Howon menghentikan langkahnya yang hampir keluar dari dapur mendengar ucapan Sunggyu. Ia tatap jjajjangmyeon di tangannya lalu Woohyun, Sungjong dan Sunggyu yang berada di ruang tengah.

‘Aku tak salah mengambil langkah kan..?’

 

**

 

Namja tinggi itu tak henti-hentinya berjalan mondar-mandir di depan pintu rumah sakit. Tangannya mengepal kuat dan menumpu dagunya. Mulutnya bersuara pelan seolah memanjatkan doa. Dan sesekali pandangannya tertuju pada pintu di depannya.

“Jonghyun,” sebuah suara membuat sosok tinggi itu membalikkan badannya. Wajah paniknya menampakkan sedikit kelegaan melihat siapa yang datang. Segera, ia peluk sosok yang memanggilnya erat.

“Sungyeol hyung, akhirnya kau datang. Aku benar-benar tak tau bagaimana.. Chanhee.. aku..” karena terlalu panic namja bernama Jonghyun itu bahkan tak sempat menyelesaikan kalimatnya. Sementara namja chubby yang ia panggil Sungyeol mengusap punggung Jonghyun, menenangkan namja itu.

“Ceritakan bagaimana kejadian sebenarnya.” Sungyeol melepaskan pelukannya setelah merasa Jonghyun sudah cukup tenang, dan menagih cerita.

“Aku tak tau pasti. Tadi aku ke rumahmu untuk mengajakmu berbincang sebentar, seperti biasa. Tapi saat aku sampai di depan pintu kamarmu, yang kutemukan bukan sosokmu, tapi Chanhee. Awalnya Chanhee menyambutku dengan ramah. Kami bahkan sempat mengobrol sesaat. Tapi saat ia mengucapkan nama orang itu..”

“Cukup.” Sungyeol memotong pembicaraan Jonghyun. Tanpa menyuruh Jonghyu menceritakan semuanya, ia tau apa yang terjadi.

“Apa yang ia lakukan? Bagaimana ia bisa melukai dirinya? Dengan apa?” Sungyeol mengganti pertanyaannya. Jonghyun menghela nafas perlahan sebelum melanjutkan ceritanya.

“Aku meninggalkannya untuk ke kamar mandi sebentar. Ia ada di meja makan. Dan saat aku kembali.. ia tengah menusuk-nusuk nadi di tangannya dengan garpu makan.”

Sungyeol menyenderkan kepalanya pada dinding rumah sakit yang dingin. Memejamkan matanya dan menghembuskan nafasnya dalam.

“Mianhe hyung, seharusnya aku..”

“Sudahlah. Ini bukan salahmu Jonghyun. Aku sebagai sepupunya saja tidak becus merawatnya. Kau hanya sahabatku, yang tak sengaja datang ke rumahku saat itu. Sudahlah.. kita berdoa saja yang terbaik untuk Chanhee..”

Sungyeol berusaha tabah. Ini takdirnya. Ia tak akan melibatkan siapapun dalam masalah keluarganya. Cukup hanya Jonghyun yang terpaksa terseret hari ini. Ia tak tahan melihat wajah sahabat yang ia anggap dongsaengnya itu menahan tangis.

Sungyeol berusaha tabah. Masalah demi masalah selalu ada penyelesaiannya. Ia akan menyelesaikan masalah sepupunya terlebih dahulu. Sebelum ia menyelesaikan masalah dengan hyungnya..

 

**

 

Namja berambut ungu itu masih sibuk membangun sebuah istana pasir di tengah suasana malam pantai itu. Sementara temannya, namja bermata tajam hanya berbaring malas di atas pasir sambil memejamkan matanya.

“Kim Myungsoo! Daripada kau bermalas-malasan lebih baik temani aku membangun istana ini! Aku akan membuat tingkat empatnya!” teriakan itu mengganggu istirahat Kim Myungsoo. Membuatnya membuka mata elangnya dan berdecak kesal.

“Bisakah kau biarkan aku istirahat disini hyung? Urus saja permainan konyolmu. Dasar, usia sudah 23 tahun tapi masih bertingkah seperti anak kecil.”

“YA! Aku mendengarmu! Ppalli! Atau kau tak akan dapat jatah sarapan dan makan siang besok!”

Lagi-lagi, namja bernama Kim Myungsoo itu berdecak sebal, walau akhirnya ia tetap bangkit dari posisinya.  Tentunya dengan enggan dan menyeret langkahnya mendekati namja lain yang tengah tersenyum lebar kearahnya.

“Lalu apa yang bisa kubantu Jang Dongwoo?” tanya Myungsoo yang mulai mendudukkan tubuhnya di hadapan namja bernama Dongwoo. Memperhatikan istana pasir yang hampir jadi, buatan Dongwoo.

“Ayo kita selesaikan ini!” Dongwoo berseru riang, persis seperti anak kecil. Myungsoo menatap sosok yang lebih tua satu tahun darinya tak percaya sebelum mengeleng-gelengkan kepalanya. Tapi pada akhirnya, tangannya ikut membantu Dongwoo menyelesaikan istana pasir itu.

“Selesai!” Dongwoo merentangkan kedua tangannya di udara sambil melompat tak jelas saat istana pasir itu akhirnya selesai. Myungsoo hanya menatap tak tertarik pada hyungnya itu.

“Lalu apa yang kita lakukan jika sudah selesai?” tanya Myungsoo seraya menopang dagunya pada lututnya.

“Menghancurkannya!”

Myungsoo sukses dibuat melongo parah saat melihat kaki Dongwoo merusak istana empat lantai yang baru beberapa detik lalu jadi itu.  Menatap Dongwoo yang sekarang berlari kearah ombak pantai yang menyambutnya.

“Apa-apaan orang itu?” Myungsoo menatap Dongwoo tak percaya. “Aish, apa pekerjaan ini membuatnya makin stress?” Myungsoo mengacak-ngacak rambutnya dan memilih kembali membaringkan tubuhnya di atas pasir. Mata elangnya kembali tertutup diiringi suara tawa Dongwoo yang melengking memenuhi pantai.

 

Dongwoo bukan tertekan, hanya itu caranya menghabiskan kebebasannya. Kebebasan dari belenggu kehidupan yang kejam, yang menyeretnya dan Myungsoo dalam posisi sekarang..

 

TBC

 

Gimana? Ancur? Banget -___- baru kali ini bikin Infinite couple digabung semua. Selama ini paling bikin WooGyu, MyungYeol ama DongYanya atu-atu. Oh ya, dilanjut tidak? Rasanya cerita ini agak sedikit aneh ya -___- Tapi aku boleh ngarep CL nya kan? ;)

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Sumayeol #1
Chapter 2: Aaa penasaran plis lanjutinn
Sumayeol #2
Chapter 1: Bagus bgt cara ceritanyaaa sukakkk
Sumayeol #3
Chapter 1: HABIS BACA B ING TERUS LIAT INI KAGET KOK B INDO WKWKWKWKWK
hhalimatun #4
Chapter 1: Updatemore pleeeeeeeeeeeeeeeesssssssssssssssss update update update UPDATE PLEEEEESSSSSSSSSSSSSSSSSSSS!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
fapra91 #5
Chapter 2: tuh kan bener prediksiku,ff ini prospek,ff ini ngena suspenya.so author kudu lanjut,nde
fapra91 #6
Chapter 1: lanjut tor,prospek ini fanfic. q bkal jd pembc stia fanfic ini. tngkatanya lbh tingg krna gbung2n couple.semangat tor
redvelvetrose #7
Chapter 1: Aaah, semua karakternya bikin penasaran >.<
Sunggyu sakit apa? Penasaran sama hubungan Sunggyu-Woohyun-Sungjong-Hoya, kenapa mereka tinggal satu rumah. Kenapa Hoya kq awkward k yg lain.
Kasihan Sungyeol yg kebebanan sama perbuatan sepupunya.
Trs penasaran jg sama Myungsoo-Dongwoo yg ugal2an d jalan, hahha..
adorexo
#8
Seems interesting! Keep writing author-nim!! would you mind checking out my fanfic? Sorry for advertising :D