My Brother; Part 2

My Brother

A/N: Wahhhhh!! langsung dapet 22 Subscriber, dan satu vote, diluar dugaan, Aya sungguh terharu dan tidak menyangka, karena saking senangnya, Aya update lagi yah, tidak apa-apa kan, update yang ini dulu, LAD'a mungkin besok atau Lusa bisa menyusul. *bow*

Ohya, satu lagi, disarankan nyetel lagu S4 - Mungkin sambil baca adegan yang di bawah (promosi ala S4US #plaak)

Sorry for Miss Typo n Hope you enjoy it~ ^^

Soundtrack :: S4 - Mungkin


 

...........

Bukan suara alarm yang membangunkan Nichkhun dari alam mimpinya, tapi suara dering ponsel yang berbunyi nyaring dalam kamarnya. Tangannya ke luar dari balik selimut, meraba nakas dengan asal, meraih ponsel itu, dan menekan tombol.

 

Kepalanya menyamping dari posisi tengkurap di balik selimut, menempelkan ponsel ke sisi telinga dengan mata yang masih terpejam. “Hmmm??”

 

Ada suara dengusan di ujung sana. “Ini sudah jam sepuluh siang, Khun. Kau harus bangun.”

 

“Kalau kau menelpon hanya untuk membangunkan aku, akan ku tutup telponnya.”

 

“Arraso, aku akan langsung ke intinya.” Ada helaan nafas lagi dari namja di ujung saluran. “Malam ini kau harus kembali bekerja, atau aku akan terpaksa memecatmu?”

 

Ancaman itu tidak berarti, karena Nichkhun sama sekali tidak merespon. Seolah ia tak peduli dengan hal itu lagi.

 

“Hei, kau dengar aku–”

 

“Hmm, pecat saja aku Taec.”

 

”Yach! Nichkhun!” yang di ujung sana malah keberatan dengan ancamannya sendiri. ”Aku tidak sedang serius. Astaga, tapi sungguh. Sampai kapan kau akan terus seperti ini? Ini sudah lewat dari seminggu, Khun. Bergerak lah maju. Tak ada gunanya kau mengurung terus di dalam apartementmu.”

 

”Aku hanya.....” Suara Nichkhun agak tercekat, ia membuka matanya yang tampak sendu. ”....mencoba menenangkan diri...”

 

Taecyeon tak segera membalas, seolah ia mengerti bagaimana perasaan Nichkhun saat ini. ”Khun-ah...” suara Taecyeon berubah pelan. ”Kami mengkhawatirkanmu....” lirihnya. ”....dia pasti juga mengkhawatirkanmu.”

 

Nichkhun tersenyum miris. ”Arraso Taec. Aku akan ke tempatmu malam ini,” ujarnya, tak ingin membuat teman dekat sekaligus bosnya itu kecewa, dan ikut larut dalam kesedihannya.

 

”Ah, Jangan memaksakan diri kalau–”

 

”Hei, Hei, kau yang tadi mengancamku. Mengapa kau sekarang berubah lemah padaku?” Nichkhun mencoba sedikit bercanda, terkekeh kecil, meski tidak sepenuh hati. ”Baiklah, sampai jumpa nanti malam.” dan sambungan telepon ditutup.

 

Keheningan kembali menyeruak dalam kamar itu. Nichkhun masih tidak bergerak dari posisi tengkurap di balik selimutnya. Beberapa detik berlalu, ia mencoba bangkit. Tapi baru sesaat, setelah tanpa sengaja arah pandangnya jatuh pada bingkai foto di atas nakas. Sebuah foto dirinya yang sedang merangkul mesra namja chubby lain di hadapannya, tersenyum bersama di hadapan kamera, penuh kebahagian.

 

Seolah ada beban berat yang kembali jatuh menimpa punggung Nichkhun, hatinya teriris menyadari kebahagian itu tak akan pernah datang lagi. Setiap sendi ototnya berubah lemas, dan ia kembali jatuh tengkurap di atas kasur. Dengan sebulir air mata yang tercipta di ujung kelopaknya. Kembali terisak lirih di atas bantal, seperti hari-hari sebelumnya.....

 

“Bogoshipo Wooyoung-ah.....” selanya di isak tangis, meremas permukaan seprei dengan putus asa.

 

Aku sangat merindukanmu........

 

.

 

.

 

.

 

.

 

Lima tahun yang lalu...

 

Sambil berjalan, Nichkhun melirik nomor kamar tiap flat di lantai tiga gedung apartement. Mencari sebuah flat yang sudah ia pesan jauh hari. Tanpa disangka ada seseorang yang menabrak punggungnya dari belakang. Nichkhun oleng kedepan, lalu berbalik.

 

“Ah, mianata.” Sebuah suara namja menyahut, wajahnya tak terlihat karena ia sedang membawa tumpukan tiga kardus di depannya. Dari bawah, terlihat kakinya yang berdiri itu sedikit gemetar, menahan beban berat kardus yang ia bawa. Mau tak mau, Nichkhun simpati padanya.

 

“Tak apa, biar ku bantu.” Nichkhun mencoba mengambil dua kardus teratas yang dibawa namja itu.

 

“Ah, tidak perlu–” dia tak sempat memprotes, karena dua kardus itu sudah berpindah tangan pada Nichkhun. “Astaga, aku jadi merepotkanmu,” sesalnya, tanpa sadar mempoutkan bibirnya.

 

Nichkhun melihat itu, dan ia tersenyum geli menyadari betapa lucunya raut wajah namja yang baru ia temui itu. “Jadi mau dibawa kemana?” tawarnya sambil tersenyum ramah.

 

Namja di hadapannya berkedip. Sempat terdiam sesaat melihat Nichkhun. “A-ah, itu...” ia melirik ke direksi lain di balik punggung Nichkhun. “... ke depan kamar flat 23.”

 

“Ah. Nomor kamar flatku 22. Jadi kita tetangga?”

 

“Benarkah?”

 

“Sepertinya begitu.”

 

“Ah. Sebenarnya aku baru pindah. Jadi mohon bantuannya.”

 

”Aku juga penghuni baru di sini.”

 

Keduanya saling memandang, lalu tertawa bersama.

 

“Namaku Jang Wooyoung imida. Mohon bantuannya,” namja chubby itu membungkuk sopan.

 

Nichkhun hanya bisa tersenyum sambil mengangguk karena sedang membawa dua tumpukan kardus. “Aku Nichkhun. Ayo, kita ke depan flatmu, barang bawaanmu berat juga.”

 

”Ah, maafkan aku.”

 

Nichkhun terkekeh pelan melihat wajah Wooyoung berubah panik, tapi tetap terlihat lucu. ”Aku hanya bercanda.”

 

.................

 

”Jadi kau tidak meneruskan kuliah lagi?” Wooyoung bertanya penuh minat. ”Kenapa? Padahal kau masih muda, hanya beda satu tahun di atasku.”

 

”Uangku belum cukup untuk itu.”

 

”Ah, maaf, aku tak bermaksud–”

 

”Tak apa.” Nichkhun tersenyum, tak merasa keberatan. ”Aku senang kau punya minat untuk tahu tentangku,” senyumannya membentuk sebuah seringai menggoda.

 

Wooyoung memicingkan mata jijik, meski warna merah di pipinya mengkhianati aktingnya. ”Aku kan hanya ingin tahu,” belanya. ”Jadi kau akan terus kerja jadi pelayan restoran?” suara Wooyoung kini berubah simpati. ”Apa kau tak memiliki sebuah cita-cita? Kita kan masih muda.”

 

Nichkhun tersenyum, tersentuh, mengerti bagaimana Wooyoung mengkhawatirkan masa depannya. ”Tenang saja, kalau tabunganku cukup. Aku akan menyusulmu untuk mengambil pendidikan kuliah yang lebih tinggi.”

 

”Benarkah?” mata Wooyoung berbinar, entah mengapa dia begitu peduli dengan tetangganya tersebut. ”Janji yah.”

 

”Hmm. Janji.” Nichkhun ikut tersenyum bersamanya, mengacak rambut Wooyoung dengan gemas.

 

...............

 

Di pagi buta, Nichkhun baru kembali pulang ke flat apartement-nya yang sederhana. Agak terkejut mendapati Wooyoung sudah berada di ruang tengahnya. Duduk di karpet, dengan kepala berbaring di atas meja, dan sebuah cake ulang tahun berhiaskan strawberi di hadapannya.

 

Sebuah katu ucapan bertuliskan ’Selamat ulang tahun yang ke 22, Khunnie hyung’ tergeletak di sampingnya. Nichkhun tersenyum, membelai pelan sisi kepala Wooyoung yang sedang terlelap.

 

”Umm...” Wooyoung terjaga, membuka mata pelan, mengerjap, lalu bergumam pelan. ”Hyung...”

 

”Hmm, aku pulang.”

 

”Ah,” Wooyoung mengangkat kepalanya. Mengucek matanya. ”Kenapa pulangnya lama sekali? Ini bahkan sudah hampir mau pagi.” Ia cemberut melihat jam yang tertera di dinding.

 

”Maaf,” Nichkhun mengambil kartu ucapan Wooyoung. ”Biar aku telat pulang. Tapi kau tetap yang pertama mengucapkan ulang tahun padaku. Terima kasih.”

 

”Aku belum mengucapkannya~”

 

”Oh, kalau begitu ucapkan.”

 

”Kau belum meniup lilinnya.”

 

”Oke, oke, aku nyalakan dulu.” Nichkhun mengambil pemetik api di atas meja, dan menyalakan lilin di atas cake. ”Nah, sekarang tiuplah.”

 

”Yang ulang tahun siapa sih?” Wooyoung merengut.

 

Nichkhun terkekeh. ”Ku kira kau mau meniupnya.”

 

”Hyung~”

 

”Arraso. Akan ku tiup.”

 

”Make a wish dulu~”

 

”Hmm.” Nichkhun memejamkan mata sebentar, lalu meniup lilinnya.

 

Wooyoung tersenyum senang. Bertepuk tangan riang. ”Yee... Selamat ulang tahun Khun-hyung~” Kini ia beralih menatap Nichkhun dengan rasa penasaran. ”Apa yang tadi kau harapkan?”

 

Dan sebuah kecupan manis mendarat di bibir Wooyoung.

 

”Kau.....”

 

Nichkhun tersenyum. Wooyoung merona.

 

.

 

.

 

.

 

.

 

.

 

Kenangan manis itu memang selalu indah untuk kembali dikenang, tapi terasa begitu sakit saat menyadari hal itu tak bisa lagi terulang.

 

Dengan kaki terseret, tanpa semangat, Nichkhun berjalan pelan melewati ruang utama tanpa minat. Menuju dapur hanya untuk sekedar menghapus dahaganya. Tak ada lagi makanan apapun dalam kulkas, kosong, persedian seminggu sudah habis untuknya seorang diri selama ini. Taecyeon benar, ia harus bergerak maju, terbukti dengan bunyi perutnya terdengar nyaring saat ini, meminta jatahnya.

 

”Meski bekerja dari pagi sampai malam, kau tak boleh melupakan makan siangmu hyung. Lihatlah badanmu itu, terlihat makin kurus. Aku tak mau dengan namja yang kurus sepertimu!”

 

Nichkhun tersenyum miris di depan kulkas, saat suara Wooyoung yang mengomelinya berkelabat dalam ingatannya. Dalam kesunyian ruangan itu, Nichkhun berbisik lirih. Sebuah kalimat sama yang ia lontarkan pada balasan omelan Wooyoung yang lalu.

 

”Meski aku kurus, kau masih mencintaiku ’kan?”

 

Senyuman Nichkhun yang miris, perlahan menghilang, terganti dengan gigitan bibir bawahnya, ia lalu menambahkan dengan hati yang makin teriris, ”....bahkan saat kau sudah tak ada, mungkin kah kau juga masih mencintaku?”

 

Tangannya terangkat untuk menutup wajahnya. Kembali air mata menyakitkan itu menetes, tak peduli seberapa banyak ia menangis, bahkan jika persedian air mata itu telah habis, tak akan ada yang bisa menyembuhkan hatinya yang sudah teriris. Ironis, dan sangat miris.

 

.............

 

Nichkhun membuka pintu flatnya, keluar untuk mengambil kiriman botol susu di depan pintu.

 

Ada suara kunci pintu yang diputar dari flat sebelah. Membuat Nichkhun terhenti, menoleh ke pintu sebelah dengan penuh antisipasi. Kenop pintu itu mulai berputar dari dalam. Nichkhun tercekat di tempat, sebuah harapan yang sebenarnya mustahil terwujud, muncul dalam benaknya, seandainya mukjizat itu ada, mungkinkah....

 

Pintu terbuka, tapi bukan Wooyoung yang keluar dari sana, melainkan sosok namja lain berkacamata persegi yang Nichkhun tak kenal siapa. Pintu kembali ditutup dari luar oleh namja itu, suaranya mampu menyadarkan Nichkhun dari lamunannya.

 

Junho, namja yang baru saja mengunci pintu flatnya, menoleh, menyadari keberadaan tetangganya. Ia tersenyum ramah, sambil membungkuk sedikit, sekedar memberikan tata krama pada tetangga barunya.

 

Tapi Nichkhun tak membalas. Menatap dengan pandangan tak bersahabat pada Junho, lalu berbalik, membanting pintu flatnya dengan kasar. Junho terperanjat dengan sikap tak sopan itu.

 

”Apa-apaan dia?” gumam Junho heran, seorang diri.

 

.

 

.

 

.

 

.

 

Bersambung~


Ada yang pernah bilang, Kalau Aya buat ff khunyoung, selalu Wooyoung yg menderita. Nah, di sini aya coba buat Khun yang menderita, meski sebenarnya Woo sudah -ehm- #plaak

Komentar dan saran selalu Aya terima dengan senang hati.

Terima kasih banyak yang udah subscriber cerita ini~ XD

 

~ Sayaka Dini ~

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
Sayaka_Dini
Siapa mau epilog? :P

Comments

You must be logged in to comment
adindazca #1
Chapter 20: ASDFGHJKL TOO MUCH FEELS, AUTHOR-NIM. LOVELINE NYA KHUNYOUNG DAN BROMANCE NYA WOOHO NYENTUH BANGET ASDFGHJKL

Ini fanfic romance-family punya 2pm pertama yang bikin saya nangisㅜㅜ penyampaiannya author-nim keren banget, gak muluk dan bisa cepat diterima.

Great job, author-nim! Saya harap author-nim masih berkenan membuat sequel meskipun sudah 3 tahun berlalu, muehehe. Fighting!
aririska #2
Chapter 20: ini cerita keren bgt .... bikin peanasaran di awalnya ... sempet ngira kalo bakalan jadi sad ending,, tapi happy ending jg akhirnya ^_^ #nyesekbingitz ...

bikin cerita kyk gini lagi y thor ... #hwaiting :)
shaxobyarm #3
Chapter 19: thor sequel donggg ^^
hottestwinkies_ #4
Chapter 20: Padahal udah baca berkali Kali. Tpi tetep aja nangis :'(
oka_oke #5
Chapter 19: q baca lg dan q mewek
sehijaudaun #6
Chapter 20: This is such a great story! Rasa pengen nangis T T but thank you for the happy ending \(^w^)/
Hikari2317 #7
Chapter 20: .......
KENAPAAAAAAA T_T
ENDINGNYA KOK AGAK NGEGANTUNG???????
HIKSSS
NANGIS TERUS NIH..
NICE JOB AUTHORNIM!!!
KALO BISA MINTA SEQUEL YAAA~~~ XD (caps lock jebolXD)
mannuel_khunyoung
#8
Chapter 20: Ngebut bca chap 1/20 Hapy Ending,bang yong keren.

ini udah bca yg kdua kali nun,tpi dulu slient reader(blum pny akun)

dan yah,bca kdua kalinya..dan rasa sedihnya nggk hilang2

makasih nunna T.T
ayuchan98 #9
Chapter 15: Ini sedih banget sampek nangis TT_TT
ayuchan98 #10
Chapter 6: udong hyungnya junho, atau enggak. Duhh jadi kepo~