My Brother; Part 1

My Brother

Sorry for Miss Typo n Hope you enjoy it~ ^^


 

...........

 

“Ini flat anda, saya harap anda akan nyaman dan betah tinggal di sini.” Wanita pemilik gedung apartement itu tersenyum ramah pada Junho, penghuni baru salah satu flat di tingkat tiga tersebut.

 

Junho mengangguk, membalas dengan senyuman ramah sambil mengucapkan kata terima kasih. Setelah wanita paruh bayah itu pamit pergi, Junho beranjak untuk melihat flat kecil yang ia beli sebagai tempat tinggal barunya di kota ini.

 

Flat sederhana itu hanya memiliki tiga ruangan. Satu kamar tidur, satu kamar mandi, dan satu ruangan utama yang dibagi dengan dapur dan hanya disekat dinding pembatas sepinggang orang dewasa. Sangat sederhana tapi sudah sangat nyaman bagi Junho yang sedang dalam pelarian dari ’seseorang’.

 

Junho membuka pintu kamarnya. Sebuah ranjang dengan kasur bersih tanpa seprei, langsung jadi objek pandangnya. Ia menarik salah satu koper berisi perlengkapan bajunya dan menuju lemari pakaian yang juga masih kosong. Waktunya untuk merapikan semua barang bawaannya.

 

”Kamarku akan berubah,” sebuah suara lain menyeletuk, terdengar agak menggema. Tapi Junho tak mau mempedulikannya. Ia masih melanjutkan pekerjaan memindahkan pakaian ke dalam lemari. Beberapa menit kemudian, suasana kembali hening dalam kamar yang hanya ditempati Junho, seorang diri.

 

............

 

Namanya Lee Junho, pemuda berumur dua puluh tiga tahun itu berprofesi sebagai penulis novel dengan pen nama Nuneo. Tiga buku novel miliknya sudah terbit dan cukup banyak terjual di pasaran. Karya tulisnya dapat diterima dengan baik di masyarakat karena mengandung banyak kisah yang kadang terjadi di kehidupan nyata. Kisah cerita yang ia buat tak pernah muluk, sederhana, tapi cukup membuat pembaca selalu meneteskan air mata dengan kisah yang ia buat. Yah, dia selalu membuat cerita yang berakhir sedih, dengan pemeran utama yang meninggal di akhir cerita karena suatu hal.

 

..............

 

Junho memasuki kamar mandi. Ada sosok namja lain yang duduk memeluk kedua lututnya di atas toilet duduk. Mata foxsi namja itu memperhatikan gerak gerik Junho yang sedang meletakkan perlengkapan mandi di lemari kecil samping wastafel. Sementara Junho tetap diam, tak membuat kontak mata atau bahkan melirik sosok namja yang sedang memandang punggungnya lekat itu.

 

”Kerannya masih rusak,” suara namja itu menyeletuk, sekali lagi terdengar menggema pelan. ”Minta pada pengurus apartement untuk memperbaikinya, kalau kau tidak mau kulitmu membeku dengan air dinginnya.”

 

Tangan Junho terulur untuk memutar sedikit keran air shower, sementara tangan lain, menengadah, merasakan suhu airnya, dan Junho langsung terjingkat kebelakang satu langkah sambil mengeryit, saat kulitnya ditusuk oleh air dingin yang mengalir dari atas shower.

 

”Apa kubilang? Kau tidak mau dengar sih,” namja di atas toilet itu kembali berbicara, meski ia tahu Junho lagi-lagi menghiraukannya. Dia lalu menghela nafas, sedih. ”Dasar kau bodoh, udong,” ejeknya pada dirinya sendiri, mengerucutkan bibir merah mudanya dan menumpukan dagu di atas lutut yang ia peluk. Ia melihat Junho yang beranjak ke arah pintu, melewati dirinya di atas toilet duduk begitu saja. ”Mana mungkin dia bisa mendengarmu, udong...” ia berbisik lirih pada dirinya sendiri namun tetap terdengar menggema,. ”...... kau yang sekarang kan sudah mati....”

 

Tangan Junho yang menyentuh kenop pintu kamar mandi sempat terhenti, hanya sebentar, sebelum akhirnya dia benar-benar keluar, meninggalkan sosok namja chubby tembus pandang yang duduk sendirian di atas toilet duduk.

 

...........

 

Lee Junho tak mau mengakui kalau dia bisa melihat sesuatu yang tak bisa dilihat orang lain. Mendengar sesuatu yang tak mungkin bisa didengar kebanyakan orang lain. Dan juga bisa berinteraksi dengan sesuatu yang seharusnya sudah tak ada di dunia ini. Karena bagi Lee Junho, kemampuan yang ia punya hanya akan merepotkan dririnya sendiri. Sudah cukup dia menjadi ajang tempat curhat bagi ’mereka’ yang tak bisa berbicara dengan orang lain selain dengan Junho. Meski terkadang dari cerita ’mereka’ bisa membuat inspirasi bagi Junho untuk plot cerita novel yang ia buat. Tapi tetap saja, ia jauh-jauh pindah dari Seuol kembali ke Ilhsan bukan untuk menjadi pendengar setia keluh kesah dari sesosok tembus pandang, seperti biasa yang ia lakukan di Seoul, tapi tidak di Ilhsan. Dia mau istirahat dari hal yang merepotkan itu.

 

Sebenarnya ada dua alasan lain mengapa Junho memilih untuk pindah ke Ilhsan. Pertama, Ia ingin mencari kakaknya yang menghilang, dan yang kedua....

 

.... Ia ingin menghilang dari kehidupan seseorang....

 

Andai itu bisa semudah yang ia rencanakan.

 

............

 

Pagi harinya, Junho memulai hari barunya di tempat tinggal barunya. Seperti rutinitas-nya sehari-hari, hanya saja ini di tempat yang baru. Sosok tembus pandang namja itu masih saja ada di flat barunya, selalu muncul di setiap sudut ruangan dimana Junho berada. Sosok itu selalu berceloteh sendiri, tentang merawat flat yang dulu adalah miliknya, ia berbicara bebas dan tak sungkan mengejek Junho yang ceroboh megoreng telur gosong. Tak ada beban bagi sosok itu untuk terus berkomentar karena mengira Junho tak bisa mendengarkannya. Sementara Junho juga terus terdiam tanpa sekali pun menimpalinya, meski rasanya ia ingin sekali menyumpal mulut sosok itu. Ah, mana mungkin? Memegangnya saja Junho pasti tak bisa.

 

”Dasar pendek, menaruh kardus di atas lemari saja kau tidak bisa. Gunakan kursi!”

 

Urat nadi Junho sempat berkedut kesal. Tapi ia mencoba bersabar dengan suara menggema tersebut, dan terus mengabaikannya.

 

.........

 

Hyung, sekarang kau di mana? Aku sudah pindah di Ilhsan.

 

Satu pesan Junho tulis dan mengirimnya ke email kakaknya. Tak ada balasan. Ini sudah yang kesekian kalinya Junho mengirimnya email, tapi kakaknya tak pernah membalas. Jelas itu membuat Junho khawatir. Beberapa hari tak mendapatkan kabar dari kakaknya, membuat Junho gelisah.

 

Awalnya dia berniat ingin ke Ilhsan untuk bertemu dengan kakaknya yang sudah selama sepuluh tahun ini mereka berpisah. Tapi karena suatu masalah, Junho memutuskan untuk sekalian pindah ke Ilhsan. Namun, entah karena ada alasan apa, kakaknya lagi-lagi menghilang seperti sepuluh tahun yang lalu, tanpa kabar, tanpa membalas email Junho lagi.

 

Lee Junho tak memiliki keluarga lain selain kakaknya, setelah kematian ibunya dua tahun lalu. Karena itu, ia tak ingin kehilangan keluarganya lagi. Tidak untuk kesekian kalinya. Dan untuk menempuh cara apapun, dia akan berusaha mencari kakaknya. Tak peduli email-nya kunjung dibalas, Junho tak akan menyerah begitu saja.

 

Hyung, Kalau kau sudah membuka emailku, tolong balas lah lagi seperti dulu.

 

Untuk kesekian kalinya, Junho kembali mengirim email.

 

..........

 

Gelas aluminium yang Junho pegang, terjatuh dari tangannya. Junho melompat ke belakang dengan sebelah tangan yang mengelus dadanya, terkejut. Menatap tajam sosok yang melayang di hadapannya.

 

”Tak bisakah kau berhenti muncul secara tiba-tiba?” sungut Junho memprotes. Tapi detik berikutnya, Junho menyesali apa yang baru saja ia katakan.

 

Sosok tembus pandang di hadapannya itu melebarkan mata onyx-nya tak percaya. ”Kau...” ia menunjuk dirinya sendiri. ”.....bisa melihatku?” suaranya menggema.

 

Junho melengos, melirik lantai samping sambil mengumpat pelan. ”Sial, aku keceplosan.” Sementara sosok tembus pandang di hadapannya mulai menjerit histeris.

 

”Gyaaaa! Dia bisa melihatku!!!” sosok namja chubby itu panik, buru-buru melayang pergi menembus dinding.

 

Junho sweatdropp di tempat. ”Dasar hantu bodoh.”

 

.

 

.

 

.

 

.

 

Bersambung~


Untuk fic kali ini, mungkin akan lebih ringan dan tidak serumit Like a Drama.

Perchapter juga tak panjang-panjang, tapi update juga tak selama Like a Drama (Aya usahakan yang ini tiga, dua atau bahkan satu hari bisa update sekali)

Idenya juga sudah ada sebelum Like a Drama muncul, sebenarnya banyak ff yg belum jadi tersimpan dlm folderku, tapi blum sempat publish, takutnya nanti terabaikan, makanya pelan-pelan, yang ini dulu aja ah, keburu idenya hilang lagi.. :P

Komentar dan saran selalu Aya terima dengan senang hati. Boleh menebak sendiri (Dan mungkin sudah bisa ketebak) siapa kakak Junho di sini, tapi jangan harap Aya langsung menjawabnya, kecuali di chap yang nanti Aya tentukan sendiri XD

 

~ Sayaka Dini ~

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
Sayaka_Dini
Siapa mau epilog? :P

Comments

You must be logged in to comment
adindazca #1
Chapter 20: ASDFGHJKL TOO MUCH FEELS, AUTHOR-NIM. LOVELINE NYA KHUNYOUNG DAN BROMANCE NYA WOOHO NYENTUH BANGET ASDFGHJKL

Ini fanfic romance-family punya 2pm pertama yang bikin saya nangisㅜㅜ penyampaiannya author-nim keren banget, gak muluk dan bisa cepat diterima.

Great job, author-nim! Saya harap author-nim masih berkenan membuat sequel meskipun sudah 3 tahun berlalu, muehehe. Fighting!
aririska #2
Chapter 20: ini cerita keren bgt .... bikin peanasaran di awalnya ... sempet ngira kalo bakalan jadi sad ending,, tapi happy ending jg akhirnya ^_^ #nyesekbingitz ...

bikin cerita kyk gini lagi y thor ... #hwaiting :)
shaxobyarm #3
Chapter 19: thor sequel donggg ^^
hottestwinkies_ #4
Chapter 20: Padahal udah baca berkali Kali. Tpi tetep aja nangis :'(
oka_oke #5
Chapter 19: q baca lg dan q mewek
sehijaudaun #6
Chapter 20: This is such a great story! Rasa pengen nangis T T but thank you for the happy ending \(^w^)/
Hikari2317 #7
Chapter 20: .......
KENAPAAAAAAA T_T
ENDINGNYA KOK AGAK NGEGANTUNG???????
HIKSSS
NANGIS TERUS NIH..
NICE JOB AUTHORNIM!!!
KALO BISA MINTA SEQUEL YAAA~~~ XD (caps lock jebolXD)
mannuel_khunyoung
#8
Chapter 20: Ngebut bca chap 1/20 Hapy Ending,bang yong keren.

ini udah bca yg kdua kali nun,tpi dulu slient reader(blum pny akun)

dan yah,bca kdua kalinya..dan rasa sedihnya nggk hilang2

makasih nunna T.T
ayuchan98 #9
Chapter 15: Ini sedih banget sampek nangis TT_TT
ayuchan98 #10
Chapter 6: udong hyungnya junho, atau enggak. Duhh jadi kepo~